Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

PENGERTIAN DAN BERSIKAPLAH “ZUHUD”

Dalam kehidupan didunia ini usahakanlah memiliki sifat Zuhud, hal ini penting untuk mendukung pencapaian keridhaan Allah Swt, zuhud adalah merupakan sikap yang serba sedikit atas segala sesuatu dan tanpa menggunakan nafsu yang besar untuk mencapainya atau meraihnya, artinya dia selalu tunduk dan taat atas apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt dalam segala hal, umur dan rezeki dari berbagai sudut aspek, ia hanya tahu dan mau untuk melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Swt terhadap dirinya serta selalu menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an sebagaimana telah turun melalui Nabi Muhammad Saw lengkap dengan keterangannya dari beliau (Nabi Saw), menjalani cara hidup dengan zuhud didunia tidaklah berupa atau bersikap menjadi benci terhadap dunia itu sendiri, karena membenci terhadap apa-apa yang diciptakan Allah Swt adalah merupakan juga suatu keingkaran, sebab dunia dan segala isinya adalah pasti ciptaan Allah Swt, mengingkarinya adalah suatu dosa.
Allah Swt menciptakan sifat baik dan buruk, yang baik ada perolehannya, yang buruk juga demikian, Allah Swt menciptakan sifat buruk berguna untuk menjaring para umat manusia supaya dapat bersikap baik dan taat, jika diciptakan hanya sifat baik saja, tentu semuanya lolos kesyurga yang dijanjikannya, karena tidak adanya sifat buruk sebagai syarat untuk lepas dan bermuara kepada perolehan syurga Allah Swt.

Oleh sebab itu jangan membenci keduniaan karena kita memang hidup didunia, karena dengan tidak adanya keduniaan tentu tidak ada juga akhirat, untuk menuju akhirat mesti dilakukan didunia ini, nah sebagai proses atas keperluan tersebut, maka Allah Swt menciptakan sifat baik dan buruk secara global berikut definisi-definisinya, gunanya untuk sebagai sarana proses menguji keimanan bagi umat manusia dalam beramal ibadah menyembah kepada-Nya menuju kehidupan abadi diakhirat.

Seorang manusia yang baik dan taat, tidak mengambil bagian dunia kecuali apa yang membawa bermanfaat untuk akhiratnya, inilah yang sebenar-benarnya pengertian zuhud, lebih kuat ia dalam menghadapi godaan dunia maka ini dinamakan bersifat wara', karena wara' adalah meninggalkan apa yang membahayakan dari perkara dunia, sedangkan zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat untuk negeri akhirat, inilah pengertian zuhud.

Zuhud tidaklah mutlak selalu benci akan dunia, ini adalah merupakan pendapat yang keliru dari beberapa ahli zuhud, namun zuhud dalam arti kata mesti bersikap serba memadai atas apa yang telah dikaruniakan kepadanya tanpa ada bermaksud untuk mengajar akan hal-hal yang menyangkut dan lebih condong kepada dunia itu sendiri, bersikap zuhud secara sederhana adalah gampang, buatlah kesenangan didunia ini hanya untuk mencapai kebahagiaan diakhirat, karena dunia merupakan sara serta jembatan untuk mencapai akhirat, tanpa adanya dunia tentu akhirat juga tidak ada, kita lebih dulu hidup didunia sebagai proses yang telah ditetapkan oleh sang pencipta sebagai saringan bagi umat manusia atas karunia terbesar yang ada hanya diakhirat nanti, boleh meninggalkan kesenangan dunia yang berupa mengganggu terhadap proses mencapai keridhaan Allah Swt, karena hal inilah yang senantiasa jadi senjata bagi syaithan untuk menyesatkan umat manusia supaya melalaikan kehidupan akhirat, zuhud yang disyari'atkan adalah meninggalkan keinginan dalam perkara yang tidak bermanfaat untuk pada proses untuk menuju kepada kehidupan akhirat. seperti selalu berbuat secara berlebihan pada perkara-perkara yang tergolong kepada hukum mubah, yang tidak berguna dalam pelaksanaan penyelenggaraan ketaatan kepada Allah Swt serta tidak menggambarkan atas perbuatan-perbuatan yang ada perolehan pahalanya, hanya saja perbuatan mubah ini dibebaskan Allah Swt dari sanksi dengan perolehan hanya tidak dikenakan dosa, namun tentu bukan sebagai amal ibadah.

Seperti pada sifat-sifat wara' yang disyari'atkan adalah meninggalkan perkara yang kadang kala dapat membahayakan untuk akhirat, perkara-perkara yang memang ada dan bermanfaat, maka bersikap zuhud terhadapnya bukanlah juga termasuk bagian dari agama yang disyari’atkan, bahkan para pelakunya terkena juga pada ancaman Allah Swt sebagaimana telah difirmankan dalam Al-Qur’an : yang berbunyi : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-Maidah Ayat : 87). 


Nah, sikap yang berlebihan pada perkara-perkara mubah adalah merupakan lawan dari sikap zuhud yang disyari’atkan, jika seumpama perkara mubah ini membuat seseorang sibuk, sementara yang wajib malah tertinggal, apalagi ditinggalkan, maka ini adalah berbuat maksiat seperti yang tersirat pada makna firman Allah Swt diatas, karena sudah lumrah sifat manusia, jika ia bersikap dan selalu melakukan perkara-perkara mubah, maka itu adalah dapat menghela kepada perbuatan haram, karena syaithan tidak pernah tinggal diam dan lalai dalam menggoda umat manusia, manusia saja yang selalu lalai dan tidak mawas akan kinerjanya syaithan.

Posting Komentar untuk "PENGERTIAN DAN BERSIKAPLAH “ZUHUD”"