Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Antara Dia (Allah Swt) dan Hamba

Bagi seseorang hamba yang arif dan sadar akan keadaan dirinya, tentulah di saat dalam beribadah kepada Allah Swt akan menerapkan anjuranNya seperti yang tersirat dalam Al-Qur’an, yaitu : "Walillahil masyriqu walmaghribu fa’ainamaa tuwalluu fassama wajhullah(i). Innallaha waasyi’un’aliim", artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Semua yang ada di dunia ini adalah merupakan fenomena akan keberadaan-Nya dan bukti akan keagungan-Nya, asma – asma-Nya dan sifat – sifat-Nya, pada keseluruhan isi alam semesta adalah merupakan rumus – rumus yang mengisyaratkan tentang hakikat adanya akan ketuhanan dan dari sifat – sifat-Nya, tidak sesuatupun di alam ini yang lepas dari segala asma, sifat dan af’al Allah Swt yang di sandarkan-Nya di alam ciptaan-Nya ini, semua ini dalam pandangan kita akan mengundang rasa kagum dan takjub pada diri seseorang hamba yang mau berpikir akan tuhannya.

Pada semua alam wujud ini adalah keajaiban yang tersamar dari manusia akan kejadiannya dan bukanlah tidak dapat pula untuk di ketahui, namun semua ini akan memerlukan ikhtiar akan ilmu pengetahuan serta ibadah yang istiqamah kepada Allah Swt, yang senantiasa berdzikir dalam hatinya secara berkepanjangan, dan ini tentu akan menimbulkan hikmah yang di beri oleh Allah Swt kepada seseorang hamba yang di kehendaki-Nya, oleh sebab itu senantiasalah mengingat Allah Swt di mana saja berada dan bertafakkurlah kepada-Nya.

Degupkan hati dengan selalu ucapan Allah…Allah…Allah secara berkepanjangan selama umur hingga akhirnya, dengan itu maka Allah Swt akan memberikan karunia dan hidayah-Nya kepada kita yang berupakan kasyaf akan ruhani dan nurani serta akan alam semesta ini, terbersitlah padanya rahasia – rahasia nur illahi yang agung dan luhur yang di berikan Allah Swt kepadanya dengan sifat yang suci dan luhuryang menyatakan akan kebenaran dari Allah Swt yang datang padanya dengan tidak di sangka – sangkanya, palingkanlah hati akan selalu kepada dunia tetapi palingkanlah hati untuk dunia ini yang di sandarkan akan kebesaran bahwasanya itu adalah merupakan karya Allah Swt yang maha agung.

Hikmah akan penciptaan makhluk adalah tampak jelas baginya akan kegaiban Allah Swt yang maha suci dan maha tersembunyi (gaib), atau dengan ungkapan lain adalah bahwa hikmah yang terkandung dalam penciptaan alam semesta adalah supaya kegaiban sang pencipta nan maha suci dan tersembunyi itu dapat di indera oleh makhluk-Nya yang sempurna, yaitu manusia atau hamba-Nya yang shaleh dan shalehah, dengan sedemikian maka bagi seseorang hamba ikhlas akan selalu menebarkan pandangannya pada setiap sesuatu di alam nyata (dunia) ini dengan berdasarkan atau bersamaan dengan penglihatan mata hati sanubarinya (‘ainul bashirah) dengan khusyu’ sambil dalam hatinya berkata : “Tiada tuhan selain Allah Swt, dia-Nya tampak pada alam wujud ini pada bayangan belakang dari hasil cipta dan karya-Nya yang sarat dengan hikmah yang membentuk akan keagungan dan kebesaran-Nya.”

Berdasarkan keladziman seseorang hamba untuk selalu mengingat tuhannya, maka kemanapun hatinya berpaling dan berputar di dunia ini tentu muaranya akan mengakui kebesaran Allah Swt yang maha agung dan maha suci serta baginya yang terlihat hanyalah sebagai tanda – tanda kebesaran tuhan semata dan inilah merupakan bayangan atas nama – nama dan sifat serta perbuatannya Allah Swt di alam semesta ini yang di ciptakan-Nya dengan penuh kesempurnaan bagi makhluk-Nya.

Jika ada pertanyaan,”Mengapa tuhan tidak nampak? Tentu akan kita jawab dengan,”Bagaimana tuhan tidak nampak, sedangkan alam yang di atas dan di bawah serta segala isinya adalah merupakan penampilan atau contoh daripada sosok-Nya, segala sesuatu yang terlihatdi alam semesta ini adalah mengisyaratkan akan maknaNya, ke-ESA-an-Nya secara keseluruhan.” Tiada tuhan selain Allah Swt sejak awal hingga akhir, lahir dan bathin yang terisyarat di belakang hijab bagi makhluknya, apa yang kau lihat di alam semesta ini tak lain adalah merupakan rahasia – rahasia tas nama – nama-Nya yang baik dan yang menampakkan gambaran pula di sebaliknya.

Setiap kejadian atau sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak di ciptakan-Nya dengan adanya kejadian ulangan (siaran ulang), meskipun banyak sekali yang di lakukannya, ini menyiratkan bahwa Allah Swt adalah benar akan sifat-Nya yang maha kaya akan sesuatu dan maha luas kebesaran-Nya, oleh karena tiap sesuatu milik-Nya mempunyai aspek khusus yang membedakan atau saling berbeda dari sifat – sifat lain yang di miliki-Nya, jadi perumpamaan atau persamaan itu hanya ada pada sisi lahiriah atau pada tiap sesuatu yang terpantul dari keagungan sifat-Nya.

Dari aspek khusus inilah terangkai hubungan antar segala sesuatu dengan Allah Swt dan di situlah letak rahasia ciptaan illahi yang melaluinya terpantullah keagungan Allah Swt dan tidak akan pernah berulang sesuatu itu dengan yang serupa dahulunya.

Setiap nafas illahi senantiasa mendatangkan sesuatu yang baru, segala sesuatu yang juga mengenal batasan – batasan dan selalu dalam kerangka penciptaan yang baru lagi, dalam masalah ini manusia selalu bingung, karena itu menurut kaum sufiyah membuat trik dengan cara harus selalu takjub terhadap alam semesta ini yang mana merupakan ciptaan Allah Swt yang maha pencipta dan alam semesta ini beroleh akan kedudukan-Nya, dia bukan ruh dan jasad, tak ada batasan yang bisa memuat-Nya, Dia senantiasa di cari dan di jadikan tempat memohon bagi semua makhluk, semua makhluk mencari-Nya tetapi tidak seorangpun yang menemukan-Nya, Dia itu satu dan tak ada sesuatupun yang menyamai-Nya dan menyendiri dalam kesempurnaan-Nya.

Semakin dalam seseorang hamba mengenal alam semesta, semakin mantap pula pengetahuannya bahwa semua itu pada hakikatnya tidak ada, yang ada hanyalah Allah Swt, apa yang tampak baginya adalah penampakan illahi, dari situlah bisa di mengerti bahwa itu adalah petunjuk bagi dirinya dari Allah Swt dan mengakui bahwa tidak tuhan selain Allah Swt dan segala sesuatu adalah merupakan bayangannya Allah Swt, segala sesuatu selain dari Allah Swt adalah merupakan isyarat bagi-Nya dan segala sesuatu selain Allah Swt adalah merupakan hasil perbuatan-Nya.

Allah Swt tidak akan menampakkan dzat-Nya sebagaimana keadaan-Nya melainkan hanya berlatar belakang-kan pada alam semesta yang nyata ini, apabila berkehendak melihat-Nya, maka yang tampak bukanlah seperti keadaan yang sebenarnya, tetapi bayangan-Nya hanya ada pada alam semesta, sementara secara bathiniah hanya bisa melalui kasyaf yang melintas di angan, alam semesta merupakan bayangan dari sifat – sifat Allah Swt yang memantul dari hadirat-Nya yang maha besar dan agung, secara nyata akan terhijab dari seseorang hamba untuk melihat-Nya.

Allah Swt menampakkan dzat-Nya melalui hakikat – hakikat alam semesta, yaitu apa yang ada di balik hakikat alam wujud ini, maka sembahlah Dia dengannya, sebab jika hanya menyembah-Nya maka kita bukanlah seseorang hamba yang penyembah Allah Swt karena Allah Swt tiada berbentuk dan tiada seumpama dengan apapun juga, memang kata – kata ini selintas seperti bolak – balik, tetapi renungkanlah.

Hati – hatilah jika mengaku beribadah kepada Allah Swt, sebab jika hanya mengaku saya telah beribadah kepada Allah Swt, maka pada hakikatnya ia bukanlah seseorang hamba yang menyembah Allah Swt, sebab hakikat beribadah adalah hanya kepada Allah Swt saja dengan tanda – tanda dan dalil – dalil-Nya yang selalu menunjuk kepada-Nya dan adalah ia harus mengerti bahwa ia bisa menyembah-Nya dengan berkat pertolongan-Nya, ini baru beribadah yang benar.

Pengetahuan adalah salah satu segi milik Allah Swt yang ada pada setiap makhluk dan ciptaan-Nya, juga ilmu syari’at dan hakikat keduanya merupakan simbol atau bayangan dari asma-Nya yang zahir dan bathin, ilmu yang paling mulia adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah seputar agama dan ilmu akan ketuhanan, Allah Swt menyiratkan manusia dengan berikut ini : “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedangkan mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai.” (Q.S 30:7), Allah Swt menciptakan makhluk dalam sosok yang selaras dengan asma – asma dan sifat – sifat-Nya, yaitu bisa mendengar, melihat, berkehendak, hidup, berbicara dan lain sebagainya, ketahuilah ke-ESA-an yang maha kuasa dari pada keesaan dirimu sendiri, ketahulah kesendirian-Nya dari pada kesendirianmu pula, kita adalah satu tetapi Dia maha satu, kita tidak tidak kekal dan Dia maha kekal, kita serba terbatas dan Dia tidak terbatas, kita hidup, berbicara, melihat, memiliki rasa, cinta, belas kasihan, sabar, perkasa, berkuasa, mengetahui dan lain sebagainya, itu adalah merupakan sifat-Nya yang di sandarkan-Nya pada makhluk-Nya, sadarilah itu dan perhatikanlah bahwa kita hanya lemah dan kerdil di hadapan-Nya, sesuai dengan firman Allah Swt : “Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikan?.” (Q.S 51:21).

Allah memiliki sifat yang sesuai dengan keadaan diri-Nya, seperti halnya hamba juga mempunyai sifat yang selaras dengan keadaannya, karena itu kedua sifat tadi jelas jauh berbeda meski satu nama dan satu istilah, satu nama tapi lain pengertian, hamba tetap hamba dan yang maha pencipta tetap yang di sembah, katakanlah “Aku tetap benar – benar hamba yang bahwa diriku adalah hambaNya, aku selamanya adalah seorang hamba yang senantiasa menyembah-Mu.”

Posting Komentar untuk "Antara Dia (Allah Swt) dan Hamba"