Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

SEKILAS MAKNA DZIKIR






Dalam sebuah hadist Abu Hurairah Ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Tidakkah engkau ingin kutunjukkan amal dari perbendaharaan syurga di bawah arasy?” yaitu ucapan Laa hawla walaa quwwata illaa billah.” Allah Swt berfirman : “Hambaku telah sadar dan pasrah.”


“Barang siapa pada waktu mengucap radhitu rabba wa bil islaami diina wa bil qur’ani imaama wabi muhhammadin shallallahu’alahi wa sallama nabiyyan wa rasuula (aku ridha dengan Allah sebagai tuhanku, dengan islam agamaku dengan qur’an sebagai tuntunan hidupku serta dengan muhammad sebagai nabi dan rasul), maka sudah semestinya bila Allah menyenangkan orang itu kelak di ahari kiamat.”


Pada sebuah riwayat di nyatakan maknanya begini : Man qaala dzaalika radhiallahu’anhu, artinya : Allah ridha kepada orang itu.”


Oleh tuan guru berkata bahwa : Apabila ada orang keluar dari rumahnya lalu mengucap bismillah, maka malaikat mengucap : “Semoga engkau memperoleh petunjuk Allah, jika orang itu mengucap Tawakkaltu ‘alallahi”, maka malaikat mengucap : “Semoga engkau di cukupi Allah.” Kalau ia mengucap Laa hawla walaa quwwata illaa billah,” maka malaikat mengucap : “Semoga engkau di jaga oleh Allah,” lalu syetan – syetan berhamburan kabur atau lari dari seseorang hamba tersebut dan berkata kepada para temannya : “Kalian mau apa terhadap orang yang telah di beri petunjuk oleh Allah, di cukupi oleh Allah dan di jaga oleh Allah? Kalian tidak akan mendapatkan jalan untuk mengganggu orang itu.”


Timbul pertanyaan, “Apa sebab dzikir Allah yang begitu ringan pelaksanaannya pada lisan dan kesempata malah bisa menjadi lebih utama dan lebih manfaatnya daripada ibadah – ibadah sunnah lain yang cukup payah dalam pelaksanaannya?

Untuk membuktikan kebenaran masalah ini memang agak susah dengan sekedar disiplin ilmu tersurat saja, sebab hal ini dapat di kupas secara individu dan secara bathiiah saja manfaatnya, hanya saja bisa di berikan berupa gambaran – gambaran secara ilmu muamalah secara begini : “Dapat memberi bekas dan manfaat dzikir adalah di laksanakan secara istiqamah (terus menerus) seraya menghadapkan hati kepada Allah Swt, kalau hanya secara lisan saja sedangkan hati lengah maka akan sangat samar dapat di rasakan, suatu contoh adalah mendapatkan ketenangan bathin dalam hak keadaan apapun susahnya dalam kehidupan, tetapi hendaklah di harapkan kesenangan yang kekal kelak di akhirat, sedangkan kehidupan yang penuh dengan rasa susah serta keluh kesah dan lain sebagainya hanyalah sesaat dan sementara saja, di sinilah pentingnya untuk mempelajari tentang ilmu bathin dalam hal beribadah kepada Allah Swt, dengan demikian maka di mengerti akan perasaan yang halus untuk dapat merasakan manfaat daripada hasil dzikir yang dapat di peroleh sekarang di dunia ini, sedangkan hasil nikmatnya yang kekal adalah dalam kehidupan yang abadi di akhirat kelak, semoga Allah swt berkenan untuk mengabulkan hajat dan keinginan kita tersebut, amiin.”Menghdapkan hati dengan dzikir yang hanya sekilas dengan di sertai hati yang ingatannya penuh dengan kesibukan terhadap dunia, maka akan sangat sedikit tersa manfaatnya, sebab beribadah dzikir kepada Allah selalu di sertai dengan ingatan kepada yang selain dariNya.

Sebaiknya menghadap hati kepada Allah Swt dengan tekun dan istiqamah, maka inilah sebagian besar hasil yang akan mengalahkan semua manfaat ibadah bagi kehidupan ketenangan bathin, malah dengan pandainya seseorang dalam dzikir ini menghadapkan hatinya hanya kepada Allah Swt saja bisa menumbuhkan puncaknya ketekunan seseorang hamba untuk selalu berpacu dengan rajin beribadah kepadaNya dengan meninggalkan segala laranganNya dan menuruti segala perintahNya, maka ibadah seperti ini akan mendapatkan rasa puncak kemanisan iman bagi seseorang hamba dan dapat menyaksikan akan kebesaran Allah Swt yang di sembahnya.

Dzikir ini ada permulaan dan akhirnya, permulaan dzikir dapat menyebabkan ketenteraman dan ketenangan hati, sedangkan akhir dzikir dapat juga menyebabkan ketenteraman, ketenangan, kemanisan dan kesukaan hati pula, kesenangan hati ini timbul dari dzikir hanya kepada Allah Swt saja, jika konsentrasi banyak lari kepada yang selain Allah Swt dapat menyebabkan kesusahan dan keresahan hati.

Di tuntut oleh dzikir adalah ketenteraman dan ketenangan hati hanya kepada Allah Swt, karena itu seseorang hamba pada permulaan urusannya terkadang cenderung memberati diri dengan membelokkan tujuan hati dan lisannya serta mengikuti akan kehendak rasa was – was yang menyebabkan lari dari tujuan dzikir untuk hanya ingat kepada Allah Swt saja, mudah – mudahan seseorang hamba tersebut di beri taufik oleh Allah Swt agar ia bisa menetapkan tujuan hatinya hanya kepada Allah Swt saja, dan dapat tertanam dalam lubuk hatinya akan sikap yang sedemikian,amiin.

Apabila seseorang hamba telah terbiasa dengan merutinkan dzikir, maka akan tumbuh rasa cinta kepada kegiatannya tersebut, dalam arti kata jika tumbuh kecintaan kepada ibadah dzikir berarti telah tumbuh kecintaannya kepada Allah Swt, dengan sendirinya ia selalu dalam keadaan ingat kepada Allah Swt dalam setiap tarikan dan keluar nafasnya, jika sedah sedemikian lekatnya ingatan seseorang hamba kepada khaliknya, maka inilah yang di namakan bahwa seseorang hamba tersebut sudah dekat kepada tuhannya dan inilah amal ibadah yang tinggi nilainya di sisi Allah Swt, sesuai dengan keterangan Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Al-Fajr, yaitu nafsu yang tenang telah di anugerahkan kepada hamba tersebut.

Jika sebaliknya pada permulaan seseorang hamba memaksa diri untuk berdzikir kepada Allah Swt yang selalu memperturutkan kehendak rasa hawa dan nafsunya untuk lari ingatannya kepada Allah Swt saat berdzikir tersebut, maka yang sedemikian akan payah untuk mendapatkan nikmatnya rasa kemanisan dari buah dzikir tersebut, akhirnya terjadi rasa bosan dan malah berkurang tingkat rutinitas ibadahnya kepada Allah Swt, seseorang hamba yang begini sangat perlu untuk memperbanyak taubat agar mendapat karunia dari Allah Swt untuk ketetapan iman, “Aku memayahkan diriku selama berpuluh – puluh tahun untuk kemudian merasakan nikmat yang kekal kelak dengan apa yang aku susah payahkan selama berpuluh – puluh tahun.” Ungkapan ini bisa juga di buat sebagai pedoman untuk meladzimkan ibadah kepada Allah Swt karena mengandung ajaran ang benar dengan meninggalkan rasa bosan dan suntuk yang tak lain adalah akibat dari gangguan iblis dan syetan juga.

Didiklah nafsu agar nafsu itu mau dan sanggup untuk menahankan apa saja yang buruk dan sanggup menetapkan kegiatan yang positif dengan sungguh – sungguh, ingatlah setiap perjuangan bathin yang kita lakukan senantiasa di ridhai oleh Allah Swt asal di lakukan dengan ikhlas, tingkat ikhlas ini bisa tumbuh dan dapat di pahami dengan keladziman dan rutinitas seseorang hamba untuk selalu ingat kepada Allah Swt, “Nafsu, apapun yang di biasakan kepadanya, maka ia akan terbiasa, oleh sebab itu kontrollah nafsu dengan akal dan pikiran yang terang dan jernih serta mohon ketetapan iman kepada Allah Swt.”

Apa saja yang di usahakan dengan bersungguh – sungguh pada permulaan, maka pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dan menjadi suatu watak yang tetap atas izinNya, kemudian apabila telah di dapat ketenteraman dan ketenangan hati dengan dzikir kepada Allah Swt, maka hati akan terputus dari selain Allah Swt, semua yang di dunia ini akan mati dan berpisah, di dalam kubur ia tidak akan di dampingi oleh keluarga, handai taulan dan kerabat lainnya atau hartanya, tetapi hanyalah amal ibadah semata, apabila seseorang hamba sudah tenang dan lekat hatinya kepada Allah Swt, maka sudah ada lagi yang dapat menyusahkannya dan memalingkan hatinya selain hanya kepada Allah Swt, apa lagi yang di susahkan, karena segala kebutuhan – kebutuhan yang mendesak di dunia itu sudah di cukupi oleh Allah Swt, ia tidak akan mau menuntut terlalu tinggi akan kemewahan dunia, sebab itu adalah pertanggung jawabannya kelak di akhirat sangat besar dan susah untuk menjaga amanat tersebut.

Dengan demikianlah maka hasilnya sangat besar pada sebuah kesenangan dan ketenangan bathin pada kehidupan yang sementara ini, dzikir dapat membebaskan seseorang hamba dari penjara nafsu akan dunia dan hanya dzikir kepada Allah Swt yang dapat untuk membebaskannya, Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh, ruh suci itu meniupkan di dalam hatiku : “Engkau boleh mencintai apa saja yang engkau cintai, lalu engkau pasti akan berpisah dengannya.” Yang di maksud adalah semua perkara yang ada hubungannya dengan dunia, karena segala dunia itu pasti rusak, dan keduniaan yang berlebihan akan membuat banyak perhitungan kelak di akhirat nanti, sebab para manusia sangat banyak yang susah untuk menjaga amanat keduniaan yang di titipkan Allah Swt kepadanya sebagai sarana pendukung untuk menujua kepada kehidupan yang kekal nanti di akhirat, Allah Swt berfirman : “Semua yang ada di bumi pasti musnah, dan dzat tuhanmu tetap keadaanya dan langgeng serta tidak akan musnah, tuhanlah yang mempunyai sifat kemegahan dan di muliakan.”

Ketenangan nyata dapat di rasakan kelak setelah seseorang hamba mengalami kematian, sehingga ia di tempatkan di hadapan Allah Swt dan memperoleh kemuliaan untuk bertemu dengan tuhannya, jangan ingkar akan tetap untuk berdzikir kepada Allah Swt, agar di saat akan mati dapat selalu ingat ketetapannya akan kekuasaan Allah Swt sehingga ia dapat mati dalam keadaan baik dan ingat kepada Allah Swt akibat selalu lidah lahir dan bathinnya basah menyebut nama Allah Swt semasa hidupnya, inilah seseorang hamba yang beruntung dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Rasulullah Saw bersabda,”Kubur itu ada kalanya satu lubang di antara lubang – lubang neraka atau satu pertamanan di antara taman – taman syurga.”

Juga sabda beliau ,”Ruh orang – orang yang mati syahid itu bertempat di tembolok burung hijau dalam syurga.” Nah, syahid zaman sekarang yang terbesar adalah perjuangan melawan hawa dan nafsu serta pimpinlah dia untuk selal dapat mengingat akan ke-ESA-an Allah Swt.

Rasulullah Saw berkata kepada para mayat orang – orang kafir musyrik dalam perang badar,”Hai fulan!-(Rasulullah Saw menyebut nama – nama prang kafir yang di panggil)-“Apakaha kalian telah melihat yang di janjikan oleh tuhan dengan nyata? Karena aku sudah menemukan apa yang di janjikan oleh tuhan dengan nyata.” Sahabat Umar Ra ketika itu mendengar panggilan Rasulullah Saw, lalu bertanya,”Bagaimana orang – orang kafir ini bisa mendengar dan bagaimana mereka menjawab, sedangkan mereka telah menjadi bangkai?. Lalu Rasullullah Saw bersabda,”Demi Allah yang menguasai diriku! Kalian tidaklah lebih mendengar perkataanku ini daripada orang – orang kafir yang mati ini, tetapi mereka tidak dapat menyahut.” Sehubungan dengan hal ini Allah Swt berfirman dala Al-Qur’an :”Jangalah engkau mengira bahwa orang – orang yang telah terbunuh dalam amal mengagungkan nama Allah itu adalah orang – orang yang mati. Sebaliknya mereka itu hidup di sisi tuhan mereka, di beri rezeki oleh Allah, lagi pula bersenang – senang dengan sebab anugerah Allahyang di berikan kepada mereka dan memberi kabar gembira orang – orang yang belum bisa menyusul mereka.” Karena besarnya kemuliaan dzikir kepada Allah Swt, maka besar sekali pula tingkat syahadah atau pandangan seseorang hamba yang meladzimkannya, karena niatnya bertujuan untuk meninggalkan dunia yang berlebihan dan menghadap kepada Allah Swt dalam keadaan hati yang tenggelam di hadapan Allah Swt serta saat itu putus hubungannya dengan makhluk (dunia).

Jika seseorang hamba bisa menjadikanniatnya bulat tenggelam di hadapan Allah Swt, maka seseorang hamba ini hanya dapat mati dalam keadaan ingat kepada Allah Swt dan kategorinya adalah sama dengan mati di barisan perang fii sabilillah dengan arti perjuangan melawan hawa dan nafsunya yang buruk, jadi keadaan hati yang tetap kepada Allah Swt dalam kesehariannya sama dengan menempatkan diri pada barisan perang fii sabilillah, sebab itu sangat besar sekali dampak dan manfaatnya mengenai urusan dzikir ini, di kehidupan dunia mendapatkan kenikmatan alam musyahadah akan kebesaran Allah Swt secara nyata baginya dan tidak akan terhitung nilainya dengan hitungan jenis apapun di dunia inti untuk membuat perumpamaannya.

5 komentar untuk "SEKILAS MAKNA DZIKIR"

  1. Assalamu'alaikum Wr.Wb.
    Semoga paparan ini menambah rasa kesadaran yang tinggi pada
    semua yang membacanya untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki
    lepas dari pengaruh iblis yang selalu menggoda. Amiiiin.

    BalasHapus
  2. Amiin...amiin...amiin ya rabbal 'alamin.
    Wassalam...
    Admint

    BalasHapus
  3. Semoga bisa memberikan penjelasan yang lebih banyak lagi tentang ilmu tariqat naqsabandiyah, saya akan selalu menunggu pada yang berikutnya.

    BalasHapus
  4. Assalamu'alaikum Wr.Wb
    Semoga bisa memberikan penjelasan yang lebih banyak lagi tentang ilmu tariqat naqsabandiyah, Saya akan selalu setia mengikuti ilmu yang sangat mulia ini. Amin...ya rabbal 'alamin

    BalasHapus
  5. Amiin...Insya Allah Swt kami akan terus mencoba untuk mengupas ibadah dengan ajaran ini sesuai dengan Al-qur'an dan Hadist Nabi Saw yang shahih, agar tidak timbul kesesatan karenanya, karena ibadah yang bid'ah dan sesat adalah tertolak...demikian harapan kita bersama dan semoga dijauhkan Allah dari hal yang sedemikian.

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda...