Pengertian Hulul dan Ittihad
"Sesungguhnya Allah memilih jasad-jasad tertentu dan menempatinya dengan dan untuk makna ketuhanan setelah menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan yang ada pada diri tersebut. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat : "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat 34). “Tasawuf itu adalah fana dari diri dan baqa dengan Tuhan (dalam ingatan), karena kehadiran hati senantiasa bersama Allah.”
"Ingatlah tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo'a : "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang lurus dalam urusan Kami (ini)." (Q.S. Al-Kahfi Ayat 10).
Pada ilmu tasawuf bilamana seseorang hamba bila ruhaniahnya telah bersih dari segala kotoran penyakit bathin yang buruk dan berpindah atau hijrah kepada sifat–sifat baik yang di ridhai oleh Allah, maka perjalanan bathinnya senantiasa berpindah dari satu maqam ke maqam lainnya yang lebih tinggi serta semakin dekat kepada Allah. Seseorang hamba tersebut naik derajadnya dari muslimin yang awam jadi mukminin yang berilmu serta shaleh dan muqarabbin, pada tingkat muqarabbin ini seseorang hamba telah sangat dekat dirinya kepada tuhan, ruh insannya lenyap dan ruh tauhidnya yang kosong segera terisi dengan segala rahasia ketuhanan yang meliputi sifat, asma, af’al dan tajallinya Allah Swt terhadap segala ciptaanNya, secara kasar dapat di saksikan oleh mata jasmani dan secara bathin dapat di lihat oleh mata hati yang jernih, ini yang di namakan Hulul menurut pendapat kami.
Pendapat tentang hulul ini kami tidak sependapat dengan para ulama sufi yang lain, mereka menyatakan pengertian Hulul adalah “Percampuran ruh antara hamba dengan tuhannya, seperti hal bercampurnya air dengan gula”, pendapat ini tidak sesuai dengan prinsip syari’ah, karena ini adalah syirik menurut pandangan syar’i, sebab Allah Maha Suci dari percampuran dzat-Nya dengan segala sesuatu ciptaan-Nya kecuali hanya dalam hal ingatan saja, ia-Nya berdiri sendiri dan tidak akan bercampur dengan segala sesuatu ciptaan-Nya, Wallahu’alam bissawab.
Pandangan kami pada hulul ini hanya sebatas pada kenalnya ruh tauhid seseorang hamba akan segala rahasia sifat-Nya, Af’al-Nya, Asma-Nya dan Tajalli-Nya pada segenap alam beserta isinya, segala rahasia ini terbuka di sebabkan adalah karunia, rahmat dan rahim dari-Nya jua berdasarkan setelah bersihnya penyakit bathin yang buruk pada seseorang hamba yang di lakukannya dengan perjuangan (riyadhah) yang berat melawan hawa dan nafsunya sendiri serta berbagai tipu daya sifat madzmumah (buruk) yang di tiupkan oleh iblis, jin dan syaithan beserta bala tentaranya, peperangan inilah yang di hadapi dengan membangunkan balatentara hati untuk menghadapinya dengan istiqamah pada amal ibadah wajib, sunah serta rutin dalam melaksanakan tawajjuh (berhadap hati) kepada Allah. Kebenaran yang tersingkap dan yang di maksud pada hulul adalah sesuatu yang di karuniakan oleh Allah Swt dalam pandang seseorang hamba pada saat syuhud fil wahdah dan syuhudul fil kastrah (pandang satu atas yang banyak dan pandang yang banyak atas yang satu) dan musyahadah dan mukasyafah melalui hati sanubari yang bersih laksana cermin, saat itu hanya berlaku kehendak Allah Swt saja bukanlah kehendak hamba, sebab segala sesuatu di alam ini adalah dia-Nya yang merajai.
Jadi pengertian bahwa ruh ketuhanan yang turun atau masuk ke dalam ruh hamba atau makhluk (Hulul) adalah kurang tepat, akan tetapi adalah turunnya karunia dan hidayah-Nya kedalam hati sanubari seseorang hamba, sedangkan pengertian Ittihad menurut kami adalah naiknya derajad akhlak seseorang hamba dari kehinaan (sifat yang buruk) kepada kemuliaan (sifat yang baik), inilah yang di maksud panggilan Allah terhadap hamba-Nya dengan membawa jiwa yang tenang (nafsu muthma’innah) ke hadiratNya, yang berarti bahwa hamba tersebut telah di ridhai Allah dan memperoleh kemenangan di dunia dan akhirat, demikian pendapat yang dapat kami sampaikan secara singkat mengenai Hulul dan Ittihad, yang mana pengertian mengenai hal ini selalu menjadi pertentangan antar ulama dari dulu hingga sekarang.
"Ingatlah tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo'a : "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang lurus dalam urusan Kami (ini)." (Q.S. Al-Kahfi Ayat 10).
Pada ilmu tasawuf bilamana seseorang hamba bila ruhaniahnya telah bersih dari segala kotoran penyakit bathin yang buruk dan berpindah atau hijrah kepada sifat–sifat baik yang di ridhai oleh Allah, maka perjalanan bathinnya senantiasa berpindah dari satu maqam ke maqam lainnya yang lebih tinggi serta semakin dekat kepada Allah. Seseorang hamba tersebut naik derajadnya dari muslimin yang awam jadi mukminin yang berilmu serta shaleh dan muqarabbin, pada tingkat muqarabbin ini seseorang hamba telah sangat dekat dirinya kepada tuhan, ruh insannya lenyap dan ruh tauhidnya yang kosong segera terisi dengan segala rahasia ketuhanan yang meliputi sifat, asma, af’al dan tajallinya Allah Swt terhadap segala ciptaanNya, secara kasar dapat di saksikan oleh mata jasmani dan secara bathin dapat di lihat oleh mata hati yang jernih, ini yang di namakan Hulul menurut pendapat kami.
Pendapat tentang hulul ini kami tidak sependapat dengan para ulama sufi yang lain, mereka menyatakan pengertian Hulul adalah “Percampuran ruh antara hamba dengan tuhannya, seperti hal bercampurnya air dengan gula”, pendapat ini tidak sesuai dengan prinsip syari’ah, karena ini adalah syirik menurut pandangan syar’i, sebab Allah Maha Suci dari percampuran dzat-Nya dengan segala sesuatu ciptaan-Nya kecuali hanya dalam hal ingatan saja, ia-Nya berdiri sendiri dan tidak akan bercampur dengan segala sesuatu ciptaan-Nya, Wallahu’alam bissawab.
Pandangan kami pada hulul ini hanya sebatas pada kenalnya ruh tauhid seseorang hamba akan segala rahasia sifat-Nya, Af’al-Nya, Asma-Nya dan Tajalli-Nya pada segenap alam beserta isinya, segala rahasia ini terbuka di sebabkan adalah karunia, rahmat dan rahim dari-Nya jua berdasarkan setelah bersihnya penyakit bathin yang buruk pada seseorang hamba yang di lakukannya dengan perjuangan (riyadhah) yang berat melawan hawa dan nafsunya sendiri serta berbagai tipu daya sifat madzmumah (buruk) yang di tiupkan oleh iblis, jin dan syaithan beserta bala tentaranya, peperangan inilah yang di hadapi dengan membangunkan balatentara hati untuk menghadapinya dengan istiqamah pada amal ibadah wajib, sunah serta rutin dalam melaksanakan tawajjuh (berhadap hati) kepada Allah. Kebenaran yang tersingkap dan yang di maksud pada hulul adalah sesuatu yang di karuniakan oleh Allah Swt dalam pandang seseorang hamba pada saat syuhud fil wahdah dan syuhudul fil kastrah (pandang satu atas yang banyak dan pandang yang banyak atas yang satu) dan musyahadah dan mukasyafah melalui hati sanubari yang bersih laksana cermin, saat itu hanya berlaku kehendak Allah Swt saja bukanlah kehendak hamba, sebab segala sesuatu di alam ini adalah dia-Nya yang merajai.
Jadi pengertian bahwa ruh ketuhanan yang turun atau masuk ke dalam ruh hamba atau makhluk (Hulul) adalah kurang tepat, akan tetapi adalah turunnya karunia dan hidayah-Nya kedalam hati sanubari seseorang hamba, sedangkan pengertian Ittihad menurut kami adalah naiknya derajad akhlak seseorang hamba dari kehinaan (sifat yang buruk) kepada kemuliaan (sifat yang baik), inilah yang di maksud panggilan Allah terhadap hamba-Nya dengan membawa jiwa yang tenang (nafsu muthma’innah) ke hadiratNya, yang berarti bahwa hamba tersebut telah di ridhai Allah dan memperoleh kemenangan di dunia dan akhirat, demikian pendapat yang dapat kami sampaikan secara singkat mengenai Hulul dan Ittihad, yang mana pengertian mengenai hal ini selalu menjadi pertentangan antar ulama dari dulu hingga sekarang.
apa persamaan dan perbedaan antara hulul dan ittihad?
BalasHapusPersamaan hulul dan ittihad itu adalah faham dan mengerti tentang kaidah standart untuk taat pada tuhannya, sehingga kadar iman bisa dikontrol supaya standart atau sedang, tidak berlebihan dan tidak pula jadi ingkar, minimal ia akan selalu menjaga untuk melaksanakan kewajiban ibadah yg wajib, ia berlaku istiqamah walaupun amalannya sedikit, hal ini lebih disukai Allah Swt daripada amalan besar dan banyak tapi tidak tetap dilakukan, sehari dilakukan sehari tidak, artinya ia tidak konsisten atau istiqamah, maka inilah perlu untuk seimbangkan sikap dengan hulul dan ittihad.
BalasHapusPerbedaan hulul dan ittihad menurut kami :
Hulul : mengerti dan faham tentang tauhid dan bisa menyatakan ke-ESA-an Tuhan.
Ittihad : Identik dgn tingkat keimanan seseorang hamba, yaitu sebagaimana fitrahnya manusia biasa adalah imannya kadang naik kadang turun, untuk menyikapi hal ini maka diperlukan "HULUL" untuk menyatukan dan memahami tentang keimanan terhadap tuhan yang satu atau ESA dan menepis pada segala sesuatu yang syirik ataupun sesuatu yang menimbulkan syirik pada menghantui hati.