WASPADALAH BELAJAR ILMU TASAWWUF
Pada saat sekarang ini menurut tinjauan dalam belajar ilmu agama, baik secara ajaran zahir maupun ajaran secara bathin, maka dapat di ambil kesimpulan dan menjurus kepada beberapa pembahagian pada ajaran islam dalam beramal ibadah kepada Allah Swt.
Pembahagian dan pengaruh ajaran tersebut terdiri dari beberapa pemahaman yang memang berlandaskan pada ajaran agama yang berkembang di tengah masyarakat dari dulu hingga sekarang dan sampai pada akhir zaman, hanya saja memerlukan penilaian dan pertimbangan yang matang untuk menerapkannya dan sebagai pedoman dalam beribadah kepada Allah Swt, beberapa pengaruh ajaran sufi atau tasawwuf ini adalah :
1. Tasawwuf
2. Ajaran bathin
3. Tradisi
1. Tasawwuf
Subur dan terkenalnya perkembangan ilmu islam dengan cara ajaran tasawwuf di mulai kira – kira pada zaman setelah para khulafaur rasyidin, yang di indonesia dapat di temui adanya pengaruh ajaran non islam, seperti di pengaruhi oleh Yahudi, Kristen, dan Hindu serta Budha, yang kurang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist di karenakan oleh pengaruh tersebut.
Saat sekarang ini banyak di temui secara dari dalam bahwa ajaran tasawwuf banyak penyimpangannya, hal ini sangat perlu di luruskan kembali dan harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadist, faktor paling utama yang mudah di temui adalah pada cara berdzikirnya sufi (thariqat) yang mana pointnya terdapat pada tata cara adab dzikir yaitu menghadirkan para masyaikh dan menghadirkan rupa guru (rabithah) di hadapannya, hal ini sangat perlu di luruskan pemahamannya, jika tidak maka akan terjerumus kepada kesyirikan.
2. Ajaran Bathin
Ajaran ini di kenal istilah ilmu kebathinan, di kalangan para pengamal ilmu hakikat dapat di temui banyak paham, terutama dalam bidang pengobatan dan pada bidang kejahatan seperti, menganiaya orang secara halus (santet), cara cari kekayaan dengan mudah, memperalat jin jahat dan lain sebagainya, yang memang sangat banyak menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan yang di sunnahkan oleh Rasulullah Saw.
Ajaran ini memang bersumber dari ajaran islam pada paham sufi atau tasawwuf, yang mana dapat menyerap hubungan dengan tuhan dan bisa bersatu (ma’rifat) sehingga segala sesuatu yang di perbuat maka akan terkabul, arti kata adalah bersatunya seorang hamba dengan tuhannya, maka ini adalah jelas sesat dan menyesatkan, sebab ajaran ini adalah paling utama dalam ajaran budhisme dan hindu, sedangkan dalam islam tidaklah demikian pemahamannya pada masalah ini.
Ilmu kebathinan tidak dapat secara langsung di identikkan bahwa tuhanlah yang mengabulkannya, sebab pada masalah ini bisa saja jin jahat yang melaksanakannya, sementara manusia sering menganggap bahwa ini adalah yang sebenarnya perbuatan Allah Swt, dengan berani ia menyatakan demikian tanpa ada dasar yang jelas mengenai hal ini, sebab Rasulullah Saw pada bidang ini tidak ada menunjukkan atau mengajarkan secara sedemikian, jadi permasalahan mengenai ilmu kebathinan yang benar menurut ajaran islam dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist perlu juga di perjelas supaya tidak menyesatkan umat ini.
3. Tradisi
Dari dulu hingga sekarang tradisi adalah menjadi pedoman utama sebelum agama berkembang di masyarakat, setelah masuk ajaran agama, maka tradisi menjelma menjadi adat yang mesti di patuhi, sementara dia sudah masuk dalam ajaran agama, sementara adat banyak yang menyimpang dari ajaran agama itu sendiri, kebanyakan kesalahan para ulama yang menyebarkan ajaran agama adalah mentolerir akan percampuran adat dengan agama pada pelaksanaannya sehari – hari.
Penyusupan pihak penghalang berkembangnya ajaran islam adalah salah satunya dengan cara menyamakan ajaran tradisi kebathinan dalam kaidah agama, arti kata mencampur adukkan ilmu kebathinan yang syirik dengan ayat – ayat Al-Qur’an, ini adalah salah satu cara pihak – pihak tertentu untuk membuat masyarakat menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Mereka menyatakan bahwa penafsiran ajaran agama pada Al-Qur’an adalah yang wajib di amalkan adalah utamanya bathin, hal ini jelas salah karena syari’at lebih utama di dirikan ibadatnya, ada juga yang membuat terobosan dengan ramalan – ramalan tertentu berupa penafsiran huruf – huruf Al-Qur’an untuk kebutuhan tertentu.
Ada juga para pengamal sufi ketika suluk maka ia tidak shalat jum’at, ini juga menyalahi Al-Qur’an dan Sunah Nabi Saw, membuat azimat dari Al-Qur’an untuk tangkal dan lain sebagainya, ini berawal dari kelalaian ulama sufi dalam mengembangkan ajarannya, sehingga terjadilah hal – hal yang penuh dengan syirik yang dapat menghela kepada neraka jahannam.
Sah – sah saja beribadah dengan cara kebathinan, sebab bathin dan alam ghaib memang tidak lepas dari ajaran islam, tetapi hendaklah di pahami dan di dalami dengan sungguh – sungguh ajaran sufi atau tasawwuf (thariqat) tersebut tidak menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang shahih dan nyata, jadi marilah kita sama – sama dalam menjalankan syari’at agama islam ini baik secara zahir maupun bathin agar tidak keluar dari nash Al-Qur’an dan Al-Hadist Rasulullah Saw, agar kita mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat serta di ridhai Allah Swt.
Pembahagian dan pengaruh ajaran tersebut terdiri dari beberapa pemahaman yang memang berlandaskan pada ajaran agama yang berkembang di tengah masyarakat dari dulu hingga sekarang dan sampai pada akhir zaman, hanya saja memerlukan penilaian dan pertimbangan yang matang untuk menerapkannya dan sebagai pedoman dalam beribadah kepada Allah Swt, beberapa pengaruh ajaran sufi atau tasawwuf ini adalah :
1. Tasawwuf
2. Ajaran bathin
3. Tradisi
1. Tasawwuf
Subur dan terkenalnya perkembangan ilmu islam dengan cara ajaran tasawwuf di mulai kira – kira pada zaman setelah para khulafaur rasyidin, yang di indonesia dapat di temui adanya pengaruh ajaran non islam, seperti di pengaruhi oleh Yahudi, Kristen, dan Hindu serta Budha, yang kurang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist di karenakan oleh pengaruh tersebut.
Saat sekarang ini banyak di temui secara dari dalam bahwa ajaran tasawwuf banyak penyimpangannya, hal ini sangat perlu di luruskan kembali dan harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadist, faktor paling utama yang mudah di temui adalah pada cara berdzikirnya sufi (thariqat) yang mana pointnya terdapat pada tata cara adab dzikir yaitu menghadirkan para masyaikh dan menghadirkan rupa guru (rabithah) di hadapannya, hal ini sangat perlu di luruskan pemahamannya, jika tidak maka akan terjerumus kepada kesyirikan.
2. Ajaran Bathin
Ajaran ini di kenal istilah ilmu kebathinan, di kalangan para pengamal ilmu hakikat dapat di temui banyak paham, terutama dalam bidang pengobatan dan pada bidang kejahatan seperti, menganiaya orang secara halus (santet), cara cari kekayaan dengan mudah, memperalat jin jahat dan lain sebagainya, yang memang sangat banyak menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan yang di sunnahkan oleh Rasulullah Saw.
Ajaran ini memang bersumber dari ajaran islam pada paham sufi atau tasawwuf, yang mana dapat menyerap hubungan dengan tuhan dan bisa bersatu (ma’rifat) sehingga segala sesuatu yang di perbuat maka akan terkabul, arti kata adalah bersatunya seorang hamba dengan tuhannya, maka ini adalah jelas sesat dan menyesatkan, sebab ajaran ini adalah paling utama dalam ajaran budhisme dan hindu, sedangkan dalam islam tidaklah demikian pemahamannya pada masalah ini.
Ilmu kebathinan tidak dapat secara langsung di identikkan bahwa tuhanlah yang mengabulkannya, sebab pada masalah ini bisa saja jin jahat yang melaksanakannya, sementara manusia sering menganggap bahwa ini adalah yang sebenarnya perbuatan Allah Swt, dengan berani ia menyatakan demikian tanpa ada dasar yang jelas mengenai hal ini, sebab Rasulullah Saw pada bidang ini tidak ada menunjukkan atau mengajarkan secara sedemikian, jadi permasalahan mengenai ilmu kebathinan yang benar menurut ajaran islam dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist perlu juga di perjelas supaya tidak menyesatkan umat ini.
3. Tradisi
Dari dulu hingga sekarang tradisi adalah menjadi pedoman utama sebelum agama berkembang di masyarakat, setelah masuk ajaran agama, maka tradisi menjelma menjadi adat yang mesti di patuhi, sementara dia sudah masuk dalam ajaran agama, sementara adat banyak yang menyimpang dari ajaran agama itu sendiri, kebanyakan kesalahan para ulama yang menyebarkan ajaran agama adalah mentolerir akan percampuran adat dengan agama pada pelaksanaannya sehari – hari.
Penyusupan pihak penghalang berkembangnya ajaran islam adalah salah satunya dengan cara menyamakan ajaran tradisi kebathinan dalam kaidah agama, arti kata mencampur adukkan ilmu kebathinan yang syirik dengan ayat – ayat Al-Qur’an, ini adalah salah satu cara pihak – pihak tertentu untuk membuat masyarakat menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Mereka menyatakan bahwa penafsiran ajaran agama pada Al-Qur’an adalah yang wajib di amalkan adalah utamanya bathin, hal ini jelas salah karena syari’at lebih utama di dirikan ibadatnya, ada juga yang membuat terobosan dengan ramalan – ramalan tertentu berupa penafsiran huruf – huruf Al-Qur’an untuk kebutuhan tertentu.
Ada juga para pengamal sufi ketika suluk maka ia tidak shalat jum’at, ini juga menyalahi Al-Qur’an dan Sunah Nabi Saw, membuat azimat dari Al-Qur’an untuk tangkal dan lain sebagainya, ini berawal dari kelalaian ulama sufi dalam mengembangkan ajarannya, sehingga terjadilah hal – hal yang penuh dengan syirik yang dapat menghela kepada neraka jahannam.
Sah – sah saja beribadah dengan cara kebathinan, sebab bathin dan alam ghaib memang tidak lepas dari ajaran islam, tetapi hendaklah di pahami dan di dalami dengan sungguh – sungguh ajaran sufi atau tasawwuf (thariqat) tersebut tidak menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang shahih dan nyata, jadi marilah kita sama – sama dalam menjalankan syari’at agama islam ini baik secara zahir maupun bathin agar tidak keluar dari nash Al-Qur’an dan Al-Hadist Rasulullah Saw, agar kita mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat serta di ridhai Allah Swt.
Posting Komentar untuk "WASPADALAH BELAJAR ILMU TASAWWUF"
Terimakasih atas kunjungan anda...