POKOK DAN SENDI IBADAH DALAM SEHARI - HARI
Dalam kehidupan sehari – hari yang di anugerahkan Allah Swt kepada kita mesti dengan mengikuti perintahNya yang salah satunya melalui melanggengkan beribadah kepadaNya, oleh karena itu selalu bermohon kepada Allah Swt agar di jauhkan dari godaan dan tipu daya iblis, jin dan syaithan, sehingga kita dapat senantiasa menghadap hati kehadirat Allah Swt.Ibadah terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu : Ibadah lahir, maksudnya seluruh anggota badan zahir atau jasmani menjalankan perintah – perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangan – laranganNya, kedua Ibadah bathin, artinya selalu menerima apa yang telah di tetapkan oleh Allah Swt kepadanya, baik itu berupa kenikmatan ataupun cobaan dengan tidak mengandalkan amal ibadahnya untuk hal tersebut, karena dapat menyebabkan amal yang ria.
Senantiasa berharap selama hidup di dunia ini dengan tujuan yang pertama, supaya dapat mengerjakan perintah – perintah Allah Swt secara lahiriah, mengerjakan semua ketaatan di dalam mengikuti semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya, dan yang kedua adalah selalu bergantung kepada Allah Swt sebagai tempat menggantungkan sesuatu dengan secara bathin, sebagai tempat bersandar, tempat minta pertolongan dan lain sebagainya dan bukan pada tempat yang lain menyandarkan sesuatu melainkan hanya kepadaNya, dan sebaik – baik permohonan adalah bermohon kepada Allah Swt agar selalu memberi kesempatan supaya ibadah dapat di jalankan secara lahir maupun bathin.
Selalu merasa sedih tatkala meninggalkan amalan yang baik, jika terdapat yang demikian maka segeralah bangkit dari kelalaiannya tersebut kepada menidirkan ibadah secara lahir dan bathin, dengan adanya sifat perasaan ini adalah menunjukkan bahwa hamba tersebut telah mendapatkan hidayah karunia dari Allah Swt, jika tidak mau juga berarti telah terperdaya oleh tipu daya iblis, jin dan syaithan.
Merasa menyesal dan sedih ketika ketinggalan berbuat amal kebaikan atau beribadat, akan tetapi ia tidak cepat – cepat merubah amal perbuatannya itu atau merasa sedih tapi tidak di sertai dengan bangkit untuk menjalankan amal ibadah dan ketaatan, amalah dia selalu menumpuk amal – amal perbuatan yang jelek atau yang di murkai Allah Swt, artinya secara lahir saja dia menyesal atau sedih tetapi bathinnya tidak, maka orang yang begini adalah hamba yang tidak ada dapat petunjuk atau limpahan karunia dariNya, ini adalah sifat hamba yang menunjukkan kesedihan atau penyesalan yang dusta dan ini adalah karena pengaruh dari iblis, jin dan syaithan.
Kesedihan dan penyesalan yang sebenarnya adalah penyesalan yang bangkit dari kelalaian dan hijrah menuju kepada ketaatan pada saat yang terlupakan tersebut, oleh karena itu hendaklah selalu mohon perlindungan kepada Allah Swt atas sikap yang demikian dengan selalu berdo’a secara demikian : “Rabbi a’udzubika min hamazaatisy syayaathiin waa’udzubika rabban yahdhuruun”, artinya Wahai tuhanku, aku mohon perlindungan kepadaMu dari godaan – godaan syaithan, dan aku mohon perlindungan kepadaMu wahai tuhanku atas kedatangannya”.
Demikianlah hendaknya kita selalu minta pertolongan kepada Allah Swt agar selalu di jauhkan dan di pelihara dari godaan iblis, jin dan syaithan yang menyesatkan, bukanlah hamba yang ma’rifat itu yang apabila di berikan isyarat maka dia merasa menemukan Allah Swt lebih dekat kepadanya dari isyaratNya tersebut, maka hal tersebut adalah salah, akan tetapi hamba yang ma’rifat adalah hamba yang baginya tidak ada isyarat karena ketiadaannya di dalam wujud Allah Swt dan di dalam melihatNya.
Orang yang ma’rifat itu adalah seseorang hamba yang menunjukkan sesuatu dari rahasia Allah Swt, kemudian dengan penunjukan tersebut dia menganggap merasa lebih dekat denganNya dan lebih dekat petunjukNya, jadi hamba yang ma’rifat ialah hamba yang tidak merasa ada isyarat sama sekali, meskipun isyarat itu bisa keluar darinya, perasaan tiadanya isyarat yang keluar itu di karenakan penglihatannya kepada Allah Swt sedang tinggi puncaknya dan bertambah tinggi keyakinannya sehingga terungkap pengakuan yang tulus dan ikhlas bahwa tuhan yang selai Allah Swt itu tidak ada.
Harapan harus di sertai dengan perbuatan amal kebaikan yang rutin sehingga dapat membangkitkan kesungguhan di dalam beramal tersebut, bila pengharapan tidak di sertai dengan amal ibadah dan perbuatan yang baik, maka itu hanyalah khayal dan angan – angan belaka.
Angan – angan dan khayal yang kosong itu adalah merupakan jurang kebinasaan dan kehancuran, sebab mengkhayal yang tidak di sertai dengan usaha dan ikhtiar nantinya akan membawa diri kepada lembah kehinaan dan kegagalan yang nyata, seseorang hamba yang selalu kerjanya hanya mengkhayal akan kebesaran Allah Swt menandakan hamba tersebut imannya kosong dan lemah, sementara yang di tuntut saat itu hanyalah amal ibadah yang tekun dan rutin (istiqamah)
Harapkanlah kepada Allah Swt berupa kesungguhan dalam megabdi kepadaNya dengan menunaikan hak kewajiban kepada Allah Swt, sebagai makhluk yang di ciptakan adalah mempunyai tugas dan amanah yaitu berbakti kepada Allah Swt dengan ketaatan berupa beramal ibadah kepadaNya, selalu menjunjung adab sopan santun kepadaNya berupa sabar, syukur, tabah menerima cobaan dan lain sebagainya setiap perbuatan yang baik dan di ridhai Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :
“Wamaa khalaqtul jinna wal insya illa liya’buduun”.
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (Adz-Dzariyat Ayat 56).
Pengertian ibadah kepada Allah Swt sangat luas pemahamannya, yaitu bukan hanya terbatas kepada Shalat, Zakat, Puasa dan lain sebagainya, tetapi menyangkut semua pekerjaan yang di senangi dan di ridhai Allah Swt dari setiap perbuatan dan perkataan, baik zahir maupun bathin.
Senantiasa berharap selama hidup di dunia ini dengan tujuan yang pertama, supaya dapat mengerjakan perintah – perintah Allah Swt secara lahiriah, mengerjakan semua ketaatan di dalam mengikuti semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya, dan yang kedua adalah selalu bergantung kepada Allah Swt sebagai tempat menggantungkan sesuatu dengan secara bathin, sebagai tempat bersandar, tempat minta pertolongan dan lain sebagainya dan bukan pada tempat yang lain menyandarkan sesuatu melainkan hanya kepadaNya, dan sebaik – baik permohonan adalah bermohon kepada Allah Swt agar selalu memberi kesempatan supaya ibadah dapat di jalankan secara lahir maupun bathin.
Selalu merasa sedih tatkala meninggalkan amalan yang baik, jika terdapat yang demikian maka segeralah bangkit dari kelalaiannya tersebut kepada menidirkan ibadah secara lahir dan bathin, dengan adanya sifat perasaan ini adalah menunjukkan bahwa hamba tersebut telah mendapatkan hidayah karunia dari Allah Swt, jika tidak mau juga berarti telah terperdaya oleh tipu daya iblis, jin dan syaithan.
Merasa menyesal dan sedih ketika ketinggalan berbuat amal kebaikan atau beribadat, akan tetapi ia tidak cepat – cepat merubah amal perbuatannya itu atau merasa sedih tapi tidak di sertai dengan bangkit untuk menjalankan amal ibadah dan ketaatan, amalah dia selalu menumpuk amal – amal perbuatan yang jelek atau yang di murkai Allah Swt, artinya secara lahir saja dia menyesal atau sedih tetapi bathinnya tidak, maka orang yang begini adalah hamba yang tidak ada dapat petunjuk atau limpahan karunia dariNya, ini adalah sifat hamba yang menunjukkan kesedihan atau penyesalan yang dusta dan ini adalah karena pengaruh dari iblis, jin dan syaithan.
Kesedihan dan penyesalan yang sebenarnya adalah penyesalan yang bangkit dari kelalaian dan hijrah menuju kepada ketaatan pada saat yang terlupakan tersebut, oleh karena itu hendaklah selalu mohon perlindungan kepada Allah Swt atas sikap yang demikian dengan selalu berdo’a secara demikian : “Rabbi a’udzubika min hamazaatisy syayaathiin waa’udzubika rabban yahdhuruun”, artinya Wahai tuhanku, aku mohon perlindungan kepadaMu dari godaan – godaan syaithan, dan aku mohon perlindungan kepadaMu wahai tuhanku atas kedatangannya”.
Demikianlah hendaknya kita selalu minta pertolongan kepada Allah Swt agar selalu di jauhkan dan di pelihara dari godaan iblis, jin dan syaithan yang menyesatkan, bukanlah hamba yang ma’rifat itu yang apabila di berikan isyarat maka dia merasa menemukan Allah Swt lebih dekat kepadanya dari isyaratNya tersebut, maka hal tersebut adalah salah, akan tetapi hamba yang ma’rifat adalah hamba yang baginya tidak ada isyarat karena ketiadaannya di dalam wujud Allah Swt dan di dalam melihatNya.
Orang yang ma’rifat itu adalah seseorang hamba yang menunjukkan sesuatu dari rahasia Allah Swt, kemudian dengan penunjukan tersebut dia menganggap merasa lebih dekat denganNya dan lebih dekat petunjukNya, jadi hamba yang ma’rifat ialah hamba yang tidak merasa ada isyarat sama sekali, meskipun isyarat itu bisa keluar darinya, perasaan tiadanya isyarat yang keluar itu di karenakan penglihatannya kepada Allah Swt sedang tinggi puncaknya dan bertambah tinggi keyakinannya sehingga terungkap pengakuan yang tulus dan ikhlas bahwa tuhan yang selai Allah Swt itu tidak ada.
Harapan harus di sertai dengan perbuatan amal kebaikan yang rutin sehingga dapat membangkitkan kesungguhan di dalam beramal tersebut, bila pengharapan tidak di sertai dengan amal ibadah dan perbuatan yang baik, maka itu hanyalah khayal dan angan – angan belaka.
Angan – angan dan khayal yang kosong itu adalah merupakan jurang kebinasaan dan kehancuran, sebab mengkhayal yang tidak di sertai dengan usaha dan ikhtiar nantinya akan membawa diri kepada lembah kehinaan dan kegagalan yang nyata, seseorang hamba yang selalu kerjanya hanya mengkhayal akan kebesaran Allah Swt menandakan hamba tersebut imannya kosong dan lemah, sementara yang di tuntut saat itu hanyalah amal ibadah yang tekun dan rutin (istiqamah)
Harapkanlah kepada Allah Swt berupa kesungguhan dalam megabdi kepadaNya dengan menunaikan hak kewajiban kepada Allah Swt, sebagai makhluk yang di ciptakan adalah mempunyai tugas dan amanah yaitu berbakti kepada Allah Swt dengan ketaatan berupa beramal ibadah kepadaNya, selalu menjunjung adab sopan santun kepadaNya berupa sabar, syukur, tabah menerima cobaan dan lain sebagainya setiap perbuatan yang baik dan di ridhai Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :
“Wamaa khalaqtul jinna wal insya illa liya’buduun”.
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (Adz-Dzariyat Ayat 56).
Pengertian ibadah kepada Allah Swt sangat luas pemahamannya, yaitu bukan hanya terbatas kepada Shalat, Zakat, Puasa dan lain sebagainya, tetapi menyangkut semua pekerjaan yang di senangi dan di ridhai Allah Swt dari setiap perbuatan dan perkataan, baik zahir maupun bathin.
Posting Komentar untuk "POKOK DAN SENDI IBADAH DALAM SEHARI - HARI"
Terimakasih atas kunjungan anda...