Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Abu Nawas dan Tentang Ibu Sejati

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman As ketika masih muda, entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak.

Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu, karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan dan Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan.

Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah, tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al-Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya.

Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan, padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu saling memandang, kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.

"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua perempuan itu serentak.

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
"Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu, biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega, karena sekarang topeng mereka sudah terbuka.

Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua. Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya, karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih.

Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan, namun Abu Nawas menolak, karena ia lebih senang menjadi rakyat biasa.

Posting Komentar untuk "Abu Nawas dan Tentang Ibu Sejati"