Sekilas Kehidupan Bathin
Di alam ini, manusia mempunyai kehidupan lahir yang terkait dengan fisiknya, dia makan, minum, tidur, bergerak dan bekerja, namun pada saat yang sama, manusia juga mempunyai kehidupan ruhani di dalam batinnya, pada saat manusia hidup di dunia, pada saat yang sama juga di dalam badannya manusia berjalan menuju ke arah kebahagiaan, kesempurnaan dan cahaya atau menuju ke arah kesengsaraan dan kegelapan, bergerak menuju Allah atau menyimpang dari jalan lurus kemanusiaan, meniti tingkatan-tingkatan kesempurnaan yang menuju ke arah cahaya, kebahagiaan dan keindahan atau meniti jalan ke arah kegelapan, siksaan dan kehancuran, meskipun kebanyakan manusia tidak menyadari kehidupan batin ini, namun kehidupan jenis ini merupakan sesuatu yang nyata.
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an Al-Karim, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja demi kehidupan dunia, sedang mereka lalai tentang kehidupan akhirat.” (Q.S. Ar-Rum : 7).
Mengetahui dan tidak mengetahui tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap realitas, pada hari kiamat, ketika tabir-tabir kegelapan materi di singkapkan dari penglihatan manusia, manusia akan mengetahui realitas dan perbuatan dirinya.
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an : “Sungguh kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, mata penglihatanmu pada hari itu amatlah tajam.” (Q.S. Qaf : 28).
Dari ayat di atas dapat di tarik kesimpulan, bahwa urusan-urusan yang berkaitan dengan alam akhirat mempunyai wujud di alam ini dan di alam batin manusia, akan tetapi manusia lalai akan hal ini, kelak pada hari akhirat tabir kelalaian akan di singkapkan dari pandangan manusia, sehingga mereka dapat melihat semuanya.
Dari ayat-ayat dan hadist-hadist tersebut dapat di tarik pelajaran, bahwa di alam ini, diri manusia mengumpulkan sesuatu dan sesuatu yang di kumpulkannya itu senantiasa akan bersama dia dan sangat menentukan bagi kehidupan masa depannya di alam akhirat.
Sebagai contoh, Allah berfirman di dalam Al-Qur'an : “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah di perbuatnya.” (Q.S. Al-Mudatstsir’ : 38).
Dengan perantaraan hal-hal ini, secara sedikit demi sedikit diri manusia terbentuk dan bagaimana bentuk akhir dirinya tergantung kepada hal-hal keyakinan-keyakinan yang benar dan akhlak yang utama.
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an Al-Karim, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja demi kehidupan dunia, sedang mereka lalai tentang kehidupan akhirat.” (Q.S. Ar-Rum : 7).
Mengetahui dan tidak mengetahui tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap realitas, pada hari kiamat, ketika tabir-tabir kegelapan materi di singkapkan dari penglihatan manusia, manusia akan mengetahui realitas dan perbuatan dirinya.
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an : “Sungguh kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, mata penglihatanmu pada hari itu amatlah tajam.” (Q.S. Qaf : 28).
Dari ayat di atas dapat di tarik kesimpulan, bahwa urusan-urusan yang berkaitan dengan alam akhirat mempunyai wujud di alam ini dan di alam batin manusia, akan tetapi manusia lalai akan hal ini, kelak pada hari akhirat tabir kelalaian akan di singkapkan dari pandangan manusia, sehingga mereka dapat melihat semuanya.
Dari ayat-ayat dan hadist-hadist tersebut dapat di tarik pelajaran, bahwa di alam ini, diri manusia mengumpulkan sesuatu dan sesuatu yang di kumpulkannya itu senantiasa akan bersama dia dan sangat menentukan bagi kehidupan masa depannya di alam akhirat.
Sebagai contoh, Allah berfirman di dalam Al-Qur'an : “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah di perbuatnya.” (Q.S. Al-Mudatstsir’ : 38).
Rasulullah Saw bersabda kepada salah seorang dari sahabatnya, “Wahai Qais, mau tidak mau kamu akan mempunyai teman yang akan menyertaimu di alam kubur. Dia hidup dan kamu di kubur bersamanya, jika dia baik dan mulia, maka kamu pun akan menjadi mulia, namun dia keji dan hina, maka kamu akan menjadi hina, kemudian pada hari kiamat kamu akan di bangkitkan bersamanya dan kamu tidak akan di tanya kecuali mengenainya, sebab itu, janganlah kamu jadikan dia kecuali menjadi shaleh. Jika. dia shaleh, kamu akan senang kepadanya, namun dia rusak, maka janganlah kamu takut kepada sesuatu kecuali kepadanya.”Di alam dunia ini manusia sibuk membina diri dan mempersiapkan kehidupan akhiratnya, dengan perantaraan berbagai keyakinan dan pemikiran, dengan perantaraan berbagai sifat, kecintaan, perhatian dan perbuatan, manusia memberikan pengaruh kepada dirinya.
Dengan perantaraan hal-hal ini, secara sedikit demi sedikit diri manusia terbentuk dan bagaimana bentuk akhir dirinya tergantung kepada hal-hal keyakinan-keyakinan yang benar dan akhlak yang utama.
Posting Komentar untuk "Sekilas Kehidupan Bathin"
Terimakasih atas kunjungan anda...