Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

LETAK RUH DALAM RAGA

Di manakah Letak Ruh Dalam Jasad?

Ruh berjalan di seluruh badan, Ibnu Taimiyyah menjelaskan, tidak ada satu tempat khusus bagi ruh didalam badan, bahkan dia berjalan didalam badan sebagaimana berjalannya kehidupan yang tersebar di segenap bagian badan, syarat mutlak adanya kehidupan adalah ruh, apabila ruh berada didalam jasad, maka jasad tersebut akan hidup, sebaliknya apabila ruh telah meninggalkan jasad, maka jasad tersebut akan ditinggalkan oleh kehidupan juga.

Ruh Adalah Makhluk

Sebagian kaum filsafat berpendapat, bahwa ruh bukan makhluk (tidak diciptakan), akan tetapi dia ada sejak dulu, akan tetapi tidak termasuk Zat Allah, demikian juga keyakinan mereka tentang akal dan jiwa, adapun yang beragama, mereka meyakini bahwa ruh adalah malaikat.

Sebagian yang lain dari kalangan kaum zindiq (munafik kelas kakap) dan tersesat dari umat ini, baik dari kalangan ahli filsafat, tasawuf dan ahli bid'ah berpendapat, bahwa ruh adalah bagian dari Zat Allah. Mereka ini adalah yang paling jelek pendapatnya dalam hal ini, lalu mereka jadikan manusia itu didalam dirinya ada dua bagian, setengahnya adalah ruh (Allah) dan setengahnya lagi adalah jasad hamba, yang benar dan tidak boleh diselisihi adalah bahwa ruh itu makhluk (diciptakan) dan dahulunya sebelum diciptakan belum ada. Sebagaimana terbukti dalam dasar-dasar hukum berikut ini :

1.Ijma' (Kesepakatan Ulama Umat Islam

Ibnu Taimiyyah menyatakan, bahwa "Ruh anak Adam adalah makhluk (diciptakan) berdasarkan kesepakatan (ijma') para pendahulu umat ini (para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in), para imam mereka serta para imam ahlussunnah dan telah disebutkan ijma' tersebut oleh lebih dari satu ulama kaum muslimin, semisal : Muhammad bin Nashr Al-Maruzi, beliau adalah seorang imam yang terkenal dan termasuk paling tinggi ilmunya tentang ijma', perbedaan pendapat.

Demikian juga Abu Muhammad bin Qutaibah, ketika beliau membicarakan tentang ruh dalam kitab "Al-Luqath" beliau menyatakan, segenap manusia telah bersepakat (ijma') bahwa Allah adalah Pencipta jasad dan ruh. Abu Ishaq bin Syaqilah ketika menjawab pertanyaan tentang ruh apakah termasuk makhluk atau bukan, beliau berkata, ini adalah perkara yang tidak ada keraguan didalamnya bagi orang yang diberi taufiq untuk menemukan kebenaran…Ruh termasuk golongan makhluk (yang diciptakan), hal ini telah dibicarakan para ulama terkemuka sekaligus mereka mengetengahkan sebagian dalilnya adalah firman Allah berikut ini, "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan akan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S. An-Nisaa' (4) : 115).

Demikian juga sabda Nabi berikut ini, "Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan." (H.R. Ibnu Majah, Abu Dawud dan At-Tirmidzi) membantah pendapat yang menyatakan dia bukan makhluk, sampai-sampai Al-Hafidh Abu Abdillah Ibnu Mandah menulis sebuah buku besar tentang ruh dan jiwa, beliau sebutkan didalamnya begitu banyak hadits dan atsar, sebelum beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Nashr Al-Maruzi dan selainnya, demikian juga Syeikh Abu Ya'qub Al-Khorroz, Abu Ya'qub An-Nahrojuri, Al-Qodhi Abu Ya'la, demikian juga para imam besar semisal Imam Ahmad.

2.Al-Qur'an dan Hadits.
Firman-Nya, "Allah adalah Pencipta segala sesuatu." (Q.S. Ar-Ra'd (13) :16). Ibnu Abil 'Izz menyatakan, ayat ini umum dan tidak ada pengkhususan sedikitpun, juga firman-Nya, "Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (Q.S. Al-Insaan (76) : 1). Demikian juga firman Allah terhadap Nabi Zakaria As, "Dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (Q.S. Maryam (19) : 9).

Manusia adalah kesatuan dari ruh dan badannya dan yang diajak bicara Allah adalah ruh dan badan Zakaria, maka ruh adalah makhluk juga. Ibnu Taimiyah berkata, manusia tersusun dari badan bersama ruh, bahkan intinya adalah ruh, karena badan hanyalah wadah ruh, sebagaimana perkataan Abu Ad-Darda', "Badanku ini hanyalah wadah….". Ibnu Mandah dan selainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dikatakan, persengketan akan senantiasa berlangsung pada hari kiamat, sehingga ruh dan badan juga bersitegang.

Ruh berkata kepada badan : Engkau telah melakukan keburukan-keburukan. Badan menjawab : Engkau yang memerintahkanku, maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menyelesaikan persengketaan tersebut seraya menjelaskan, sesungguhnya permisalan kalian berdua adalah bak kursi dengan si Buta yang memasuki sebuah kebun, kursi melihat isi kebun yang penuh dengan buah-buahan sehingga dia bercerita kepada si Buta, sesungguhnya aku melihat buah, tapi aku tidak bisa menggapainya. Si Buta menjawab, aku bisa menggapainya tapi aku tidak bisa melihatnya. Kursi mengatakan, kemari dan angkatlah aku, agar aku bisa memetik buah tersebut, maka si Buta pun mengangkat kursi, sehingga kursi memerintahkannya ke arah yang dia kehendaki sampai dia bisa memetik buah. Malaikat bertanya : "Siapakah diantara keduanya yang menanggung hukuman? Ruh dan badan menjawab : "Keduanya." Malaikat berkata : "Begitu juga kalian berdua.

3. Pada pembahasan terdahulu, telah kita sebutkan berbagai dalil tentang dicabutnya ruh, lalu diletakkan didalam kafan atau karung, kemudian dibawa naik ke langit, disiksa dan diberi nikmat, ditahan ketika jasad tertidur, lalu dilepaskan, semua ini adalah sifat dan keadaan makhluk.

4. Jika bukan suatu makhluk yang diciptakan niscaya tidak akan mengakui ketuhanan Allah, padahal Allah telah mengambil perjanjian dengan hamba-hamba-Nya di alam ruh, bukankah Aku ini tuhan kalian? Semuanya menjawab : Benar. Allah mengabadikannya, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?" mereka menjawab : "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan : "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)." (Q.S. Al-A'raaf (7) : 172). Selama ruh-ruh tersebut mangakui bahwa Allah itu Rabb mereka, maka mereka adalah makhluk yang diciptakan.

5. Andaikata ruh itu bukan makhluk, niscaya kaum Nashara tidak tercela ketika menyembah Isa, demikian juga dalam perkataan mereka bahwa Isa adalah Anak Allah, bahkan sebagiannya meyakini bahwa Isa adalah Allah.

6. Jika ruh itu bukan makhluk, maka dia tidak akan masuk syurga atau neraka, tidak akan terhalang dari melihat Allah, tidak keluar dari badan, tidak direngguh oleh malaikat maut, tidak dihitung amalnya, tidak disiksa atau diberi nikmat dan seterusnya.

Posting Komentar untuk "LETAK RUH DALAM RAGA"