Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

KIAT KHUSYU' DALAM SHALAT

Kiat Khusyu' Dalam Shalat

Ada beberapa kiat khusyu' dalam shalat yang kerap kali disinggung oleh para ulama dalam buku-buku mereka khususnya yang berkenaan dengan hukum dan tata cara shalat, berikut kami sampaikan tulisan yang dikutip dan diramu dari buku "Kaifa Naksya'u  Ash-Shalah"- oleh Fauzan Ahmad Az-Zumari - cetakan Darul Basyair Al-Islamiyah - Beirut - Libanon.Vitalitas shalat di antara sekian banyak ragam ibadah adalah aksioma yang sudah mengakar dalam aqidah dan keyakinan seorang mukmin. Betapa tidak? Allah berfirman tentang shalat dua kali, dalam deretan syarat keberuntungan mukmin di hadapan Allah yaitu pada awalnya : "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman; Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya..." sampai akhir ayat: " ...Yaitu orang-orang yang selalu memelihara shalat-shalat mereka...' (Q.S. Al-Mukminun : 1-9). Firman Allah yang artinya : "Kemudian, Allah menganugerahkan bagi mereka Jannah Firdaus nan abadi." (Q.S. Al-Mukminun : 10).

Dengan shalat, pribadi mukmin dapat menggapai puncak kebahagiaan tertinggi, sebagaimana tersebut di atas dan jika serampangan menunaikannya, seorang mukmin juga bisa terperosok ke jurang Wail di Narr Jahannam. Allah berfirman : "Maka Narr Wail bagi mereka yang shalat; yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya itu.." (Q.S. Al-Ma'un : 3-4).

Melalui shalat, seorang mukmin dapat mengentaskan tabi'at buruk manusia yang tak mau susah, tapi juga tak tahu di untung. Allah berfirman : "Sesunguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir; melainkan orang-orang yang shalat." (Q.S. Al-Ma'arij : 19-21).

Shalat adalah media efektif untuk mengerem manusia dari berbagai perbuatan maksiat dan kemungkaran : "Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar." (Q.S. Al-Ankabut : 45). Sebagai makhluk sosial, manusia juga pasti dilingkungi oleh komunitas hidup yang akrab dengan beragam problematika. Ketabahan jiwa menghadapi berbagai persoalan menjadi senjata ampuh menuju kebahagiaan hidup, pamungkas nya?

Bagi seorang mukmin, tentu saja hubungan yang menyeluruh dan berkwalitas dengan Sang Maha pencipta, yang tak lain adalah shalat : "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah : 153).

Gelombang kehidupan yang terkadang bergolak amat keras juga seringkali mengombang-ambingkan seorang mukmin antara ketaatan dan kemaksiatan. Kitabullah sebagai pegangan, haruslah kita pelihara dengan sekuat tenaga. Salah satu di antara kiat jitu melanggengkan sikap konsistensi kita berpegang kepada hukum ilahi adalah dengan memperbaiki kualitas shalat : "Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan Kami beri pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang mengadakan perbaikan." (Q.S. Al-A'raf : 170).

Oleh sebab itu, di antara hal paling penting dari perintah Allah yang harus di sosialisakan dalam keluarga adalah juga, shalat. melalaikan shalat adalah malapetaka. Sebaliknya, menyibukkan diri dengan ibadah tak akan membikin manusia celaka, sengsara atapun merana. "Dan perintahkanlah kepada keluarga kamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta dari kamu rezki. Kamilah yang akan memberimu rizqi dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (Q.S. Ath-Thaha : 132).

Hanya saja, tak sembarang orang mukmin mampu dengan mudah mengabadikan amalan shalat, apalagi dalam ujud yang sempurna rukun dan syaratnya, ditambah sejumlah sunnah-sunnah yang juga terdapat dalam shalat. Kemudahan itu hanya milik mereka yang mampu tampil khusyu' dalam shalatnya. Dalam hal itu, Allah sudah menegaskan : "Dan sesungguhnya yang demikian itu (shalat) amatlah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." (Q.S. Al-Baqarah : 45).

Celakanya, kebanyakan kaum Muslimin sering menjadi pelanggan shalat yang kerap alpa dan lalai melakukannya. Itu sudah menjadi ketentuan ilahi yang akan berlaku, dan akan diperbuat oleh satu generasi di akhir jaman. "Maka datanglah sesudah mereka generasi yang jelek yang mensia-siakan shalat dan memper turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Q.S. Maryam : 59). Padahal, shalat adalah amalan yang paling utama, yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba di hari akhir nanti. Bahkan Rasulullah Saw menjadikannya sebagai wasiat akhir sebelum kematian beliau. Beliau Saw bersabda : "Allah, Allah, (Wahai kaum Muslimin) pelihara lah shalat, peliharalah shalat dan bertaqwalah kepada Allah, serta peliharalah para hamba sahaya yang menjadi milikmu." (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Demikianlah keagungan nilai shalat, dan demikian sebagian di antara ratusan dalil yang berbicara tentang keutamaan shalat, dengan itu, kita dapat menilai realita yang ada di kalangan kita kaum Muslimin: Yaitu realita menganggap shalat hanya sebagai rutinitas hidup, instrumen pelehgkap dalam putaran roda kehidupan, yang tak lagi memiliki ruh, kualitas dan kemuliaan yang seharusnya melekat pada ibadah shalat tersebut.

Shalat sudah dianggap melelahkan, terlalu menguras waktu (entah waktu yang bagaimana), dan terkesan membosankan dan satu hal yang lumrah jika persepsi itu memasyarakat, karena kaum muslimin, kecuali yang mendapat rahmat Allah sudah kehilangan miliknya yang paling berharga dalam menjalankan shalat, yaitu: kekhusyu'an. Nabi Saw bersabda : "Sesungguhnya karunia pertama yang dicabut Allah dari para hamba-Nya adalah kekhusyu'an dalam shalat." Oleh sebab itu, sedapat mungkin kita berupaya memperoleh kembali (kalau sungguh telah hilang dari kita) kekhusyu'-an dalam shalat yang menjadi ciri mereka yang meyakini hari kebangkitan, berusaha membiasakannya dalam diri kita, bahkan mencari cara dalam ajaran As-Sunnah yang dapat menguak jalan ke arah itu.

Posting Komentar untuk "KIAT KHUSYU' DALAM SHALAT"