Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HATI YANG MASIH DI LIPUTI RASA TAKUT (KEDUKA CITAAN) MENANDAKAN MASIH BELUM BISA MELIHAT KEPADA KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ALLAH

"Apa yang hati telah di alami, di rasakan dan menempuh dari bermacam-macam kerisauan dan kedukacitaan, maka semata-mata itulah yang menghalangi diri dari melihat wujud daripada kebesaran dan keagungan Allah."
Dalam suatu perjuangan, sering kali manusia di kalahkan oleh musuh-musuh yang bercokol di dalam diri sendiri, yang senantiasa menjadikan musuh dalam selimut dan merupakan bagian dari salah satu ragam penyakit hati, penyakit itu yang di sebabkan ini adalah rasa dendam, rasa sakit hati dan bermuara pada rasa takut sehingga malas untuk berbuat hal-hal lainnya, artinya mengalami efek jera dalam menempuh kehidupan, yang akan merembet pula kepada kehidupan kerohanian, jikapun ada itu serasa semu belaka.

Agama Islam mengajarkan supaya muslimin jangan menyerah begitu saja dan di kuasai oleh rasa yang tersebut di atas, dalam Al-Qur’an Allah mengatakan : “Sesungguhnya orang-orang mengatakan : Allah Tuhan kami, kemudian mereka berpendirian teguh, maka Malaikat-Malaikat akan turun kepada mereka dan mengatakan : Jangan kamu takut dan jangan berduka cita dan terimalah berita gembira dengan syurga yang telah di janjikan kepada kamu, Kami pelindung kamu dalam kehidupan di dunia ini dan di hari akhirat, di sana kamu memperoleh semua apa yang menjadi keinginan jiwamu (hatimu) dan di sana kamu memperoleh semua yang kamu kinta sebagai hidangan karunia dari Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Q.S. Fusshilat 30-310. 


Adapun perasaan takut itu adalah satu gejala kejiwaan yang amat berbahaya, rasa takuttimbul karena jiwa tidak kuat menghadappi masalah atau tantangan yang di hadapi, adakalanya memang di takut-takuti, teror mental diri sendiri dari dalam, intimidasi dan lain sebagainya.

Seringkali pula mengalami kekhawatiran yang tak menentu dan di besar-besarkan, hal ini menandakan bahwasanya ia masih belum bisa melihat akan wujud kebesaran, keagungan dan kesucian Allah di bumi ini. Pada ssaat seseorang di hinggapi rasa takut ketika memulai sesuatu kegiatan atau aktivitas, pada hakikatnya ia saat itu sudah mengalami kegagalan, padahal hal itu adalah merupakan ujian atas tujuan yang di lakukannya sendiri, apapun itu bentuknya, hakikatnya rasa takut itu adalah sesungguhnya bagian dari perjuangan. 


Salah satu yang fatal dari rasa takut itu adalah semangat yang maju mundur dan berbolak balik dalam menghadapi segala hal, sifat ini mesti di usahakan mengikisnya, yang lebih celaka lagi adalah orang-orang yang di cekam rasa takut tak menentu pada umumnya minim prestasi, kalangan sufi mengatakaannya adalah “iffah”. 

Iffah itu adalah naluri pembelaan terhadap diri sendiri, apabila di perlakukan orang dengan cara tak wajar, orang-orang yang di hinggapi rasa takut itu akan tetap menerima dan menelan saja atas misalnya hinaan, tindasan, semena-mena dan lain sebagainya terhadap dirinya, tapi kalau orang yang beriman akan menanggapinya dengan mendo’kannya agar ia bisa segera bertaubat kepada Allah seraya mema’afkannya dengan ma’af yang sebenarnya, jika sebaliknya maka itulah iffah yang mengakibatkan kegagalan untuk memahami wujud kebesaran dan keagungan Allah terhadap segala bentuk ciptaan-Nya. 

Jika ia berhasil menghadapi hal tersebut maka sesuai sudah ia dengan apa yang di katakan Allah, yaitu “Maka barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, maka mereka tidak merasa takut dan tidak bersedih hati.” (Q.S. Al-A’raf : 35). Salah satu kekuatan yang paling ampuh dalam memberantas rasa takut itu adalah dengan berusaha keras untuk mempertebal dan menghayati jiwa tauhid, yaitu kepercayaan yang bulat dan tunggal atau satu atau ahad terhadap kekuasaan Illahi, hanya merasa tergantung dan takut kepada-Nya saja, lain tidak. 

Mengenai soal tauhid itu sebagai satu landasan yang ampuh menghilangkan rasa takut itu di jelaskan dalam Al-Qur’an, yakni : “Maka barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan-perbaikan, maka tidak akan merasa takut dan berdukacita.” (Q.S. Al-An’am : 48). Pada ayat-ayat kutipan di atas, di tegaskan bahwa sari pati tauhid itu di rangkaikan dalam pengakuan yang bulat dan mutlak bahwa Tuhan itu adalah Allah (Rabbunallah) dan supaya pengakuan itu di pegang teguh (Istiqamah) dalam setiap hal keadaan. 

Dalam menafsirkan Rabbunallah itu adalah “Perkataan itu bukanlah semata-mata di ucapkan saja, tetapi menjadi benih aqidah di dalam jiwa yang bisa tumbuh bila di rawat dengan baik, jalan yang lurus dalam menempuh kehidupan di setiap hal keadaan dan selalu berkembang makin besar (makin baik dalam segi akhlak dan ketaatan), sehingga inilah yang menjadi dasar landasan berfikir dan memperoleh pemahaman kehidupan jasmani dan rohani pada tiap perbuatan atau kegiatan dalam memahami alam wujud ini secara lahir dan bathin.”

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH hanya kepada Allah manusia mengabdi, hanya kepada Allah manusia menyembah, hanya kepada Allah manusia mohon keridhaan dan hanya kepada Allah manusia tempat bersandar dalam segala hal.

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH tidak ada yang dapat menimpa bala kepada seseorang kecualli Allah dan tidak ada yang di taakuti kecuali hanya Allah.

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH setiap yang timbul, setiap pikiran dan takdir hanya mengarah kepada Allah dan mengharap ridha-Nya.

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH tidak ada tempat meminta keadilan kecuali hanya kepada Allah, tidak ada pimpinan yang utama kecuali hanya Allah, maka ikuti perintah-Nya.

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH setiap orang dan setiap benda atau apapun itu dalam alam dunia ini dan segla isinya, yang bersangkut paut dengan kepentingan kita, sesungguhnya adalah bermuara hanya Allah yang mencukupi, maka syukurlah.

Selanjutnya RABBUNALLAH ADALAH satu jalan menuju kepada akhir tujuan yang abadi dan hal ini bukan sekedar di ucapan saja, tapi laksanakan sesuai perintah-Nya agar keterkaitan jiwa dengan Allah tetap bersambung.

Semangat tauhid yang memantul dari penngaakuan Rabbunal itu mampu memberantas rasa takut dan menjadikan rasa takut itu hanya kepada Allah, sehingga segala aral rintangan menuju Allah perlahan-lahan menipis dan bila di kehendaki-Nya maka akan sirna, efek jiwa dan semangat tauhid itu yang berdasarkan ungkapan pada ayat tersebut adalah yang dapat di hayati maknanya dan di terapkan dalam kehidupan di dunia dan berlanjut hikmahnya pada kehidupan akhirat. 


Apabila rasa takut memudar, maka otomatis raasa harap akan Allah kian menebal, rasa takut kepada Allah kian besar, sehingga tersungkur takut pada-Nya dengan mengharapkan ridha-Nya, dengan sedemikian maka inilah orang yang beriman, dukacita lenyap, lega dalam beribadah, damai dalam kehidupan, rasa senang dalam hal keadaan apapun juga walaupun itu dalam ujian dan cobaan yang bagi manusia lainnya yang lemah iman itu adalah pahit dan berat, berhasil akan ini maka menjadilah ia faham akan wujud kebendaan dan wujud hikmah perbuatan (af’al) Allah terhadap segala bentuk ciptaan-Nya, di beri limpahan ridha-Nya dan kembali dengan jiwa yang tenang.

Posting Komentar untuk "HATI YANG MASIH DI LIPUTI RASA TAKUT (KEDUKA CITAAN) MENANDAKAN MASIH BELUM BISA MELIHAT KEPADA KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ALLAH"