PROSES KEJADIAN MANUSIA DAN TAKDIRNYA
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai asma’aul husna, bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.” (Q.S Al-Hasyr Ayat : 24)
Sehubungan dengan makna ayat tersebut di atas maka ada berhubungan dengan yang di katakan Rasulullah Saw seperti dalam suatu riwayat hadist shahih dari perkataan beliau adalah sebagai berikut : Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud Ra, dia berkata : ”Rasulullah Saw telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan senantiasa di benarkan : “Sesungguhnya setiap orang di antara kamu di kumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu di utuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia di perintahkan menulis empat kalimat : Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada di antara kamu yang melakukan amalan penduduk syurga dan amalan itu mendekatkannya ke syurga sehingga jarak antara dia dan syurga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah di tetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah di tetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ucapan Rasulullah Saw di atas sudah jelas dan nyata kepada kita bahwasanya adalah membicarakan tentang “takdir” yang meliputi kepada beberapa macam inti dari permasalahan ini, yaitu tentng ketentuan rezki, ajal, amal dan kebahagiaan atau siksaan yang akan di peroleh kelak setelah hari hisab atau perhitungan di laksanakan untuk menuju semacam kehidupan yang kekal dan abadi kelak sebagaimana yang telah di tentukan Allah Swt.
Perkembangan masalah ini di mulai dari beberapa fase, manusia berasal secara umum dan berdasarkan pada syari’at adalah sebagaimana telah di sebutkan Rasulullah Saw pada hadist di atas, yakni dari bercampurnya air mani dari manusia dewasa dari hubungan yang halal, karena yang kita bicarakan di sini adalah manusia muslim atau yang meningkat kepada yang lebih beriman, lalu selanjutnya menjadi segumpal darah terus lagi menjelma menjadi segumpal daging yang proses kelanjutannya adalah secara pembesaran dan perkembangan secara alami seperti yang telah di gariskan oleh Allah Swt dalam awal program penciptaan bumi dan langit besert isinya sekalian alam ini dengan jangka waktu dalam suatu riwayat adalah di nyatakan selama 40 (empat puluh) hari proses masing-masing tahapan perkembangannya asal kejadian ini.
Setelah berbentuk menjadi wujud yang di namakan dengan manusia menjelang terbentuknya menjadi sempurna bentuknya mengalami 3 (tiga) fase, yaitu penggambaran secara bentuk garis-garis atau sketsa yang lebih di kenal dalam islam namanya adalah “Taswir” dengan waktu proses dalam tahap ini adalah selama 42 (empat puluh dua) hari, selanjutnya masuk pada fase kedua yaitu membuat atau membentuk bagian-bagian batang tubuh yang di namakan dengan “Al-Khalq” baru tahap terakhir pembentukan jasmani ini adalah menyempurnakan kejadiannya sebagaimana bayi, kanak-kanak dan dewasa.
Selanjutnya penyelesaian atau finishing dari proses di atas adalah di tiupkannya ruh kedalam jasmani atau tubuh terbentuk tadi dan tentu saja melalui proses juga, yakni ruh dan jasad atau jasmani mempunyai keterkaitan satu sama lain baik dalam keadaan maupun waktu yang terdiri dari sewaktu jasad dalam rahim ruh ini sudah di mulai ada hanya saja lemah dengan kegunaannya sebagai membantu proses perkembangan pembentukan batang tubuh yang mana pada saat itu adalah di dominasi oleh unsur kehidupan dari ibunya dalam mendongkrak proses pembentukan jasad ini, selanjutnya proses ini seiring sejalan dengan pembentukan jasad hingga lahir, seterusnya setelah lahir di dunia batang tubuh atau jasad ini di dominasi oleh kekuatan jasad atau jasmani yang kian besar kian sempurna dan hubungan kedua jenis ini di sesuaikan dengan kebutuhan kehidupan jasad atau raga.
Setelah menjalani kehidupan di dunia sesuai dengan jangka waktu yang telah di tentukan oleh Allah Swt selanjutnya jasmani mengalami kematian dan ruh berpindah kea lam barzakh, pada tahap ini jasad lanjut proses pengembalian keasalnya alias hancur dan kembali berbaur dengan tanah, sementara ruh tetap menunggu proses ketentuan dari sang maha pencipta hingga hari berbangkit, namun setelah kehidupan akhirat di mulai setelah proses verbal secara hokum atas segala perbuatan manusia selama di dunia dalam hal kebaikan dan keburukan, maka saat inilah keduanya bersatu lagi dan hubungan antara ruh dan jasad pada tahap inilah yang terkuat dan yang akan mengalami pembalasan atas apa-apa yang telah di lakukan dahulu selama menjalani kehidupan di dunia yang berfungsi sebagai jembatan untuk seleksi kehidupan kekal kelak.
Sepintas kita bicarakan di sini mengenai takdir atas ruh dan jasad tadi adalah sebagai berikut :
· “Takdir saabiq”, yaitu penulisan takdir bagi seluruh makhluk di lauhulmahfudz dengan beribu-ribu tahun sebelum penciptaan bumi dan langit beserta isinya.
· “Takdir úmri”, yaitu penulisan takdir bagi janin yang terlaksana ketika janin berusia 4 (empat) bulan dalam rahim.
· “Takdir sanawi”, yaitu penulisan takdir bagi seluruh makhluk setiap tahunnya pada malam lailatul qodr di bulan ramadhan.
· “Takdir yaumi”, yaitu penulisan terhadap setiap kejadian berlaku setiap harinya.
Dalam empat kategori tingkatan atau pembagian takdir ini ada memungkinkan terjadi perubahan kecuali pada jenis “Takdir saabiq” sebagaimana ada tertera dalam Al-Qur’an pada Surah Ar-Rad Ayat : 39, yaitu “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)”, takdir atau ketetapan dari Allah Swt yang telah di buat-Nya sama sekali bukanlah suatu pemaksaan kecuali pada kategori 1 (satu) di atas, karena Allah Swt ada sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim pada segala sesuatu ciptaan-Nya dan Allah Swt lebih tahu terhadap-Nya yang pantas mendapatkan perubahan atas takdir-Nya apakah itu pada hal yang baik ataupun yang buruk Dialah yang menentukan dengan dasar perbuatan makhluk-Nya serta atas permohonan.
Efek beriman kepada takdir ini adalah dapat menimbulkan rasa takut yang luar biasa kepada Allah Swt bagi manusia yang benar-benar beriman dan menimbulkan semangat dalam beribadah serta beristiqamah dengan segala amalannya guna mencapai keridhaan dari Allah Swt, hal ini membuka peluang kepada hidayah dan karunia-Nya dalam ketentuan takdir, beriman kepada takdir juga bukan suatu alasan untuk menyandingkannya dengan perbuatan maksiat atau kemungkaran serta bermalas-malasan hanya karena adanya ampunan rahmat dari Allah Swt, resikonya menyangkut kuta pada ketentuan takdir juga, keadaan hati orang yang beriman selalu ada di antara dua keadaan yaitu selalu khawatir atas apa yang tertulis baginya dan mengkhawatirkan tentang apa yang terjadi di saat akhir hidupnya.
Allah Swt maha sempurna dalam menciptakan hamba-Nya dengan berbagai macam keadaan, di antaranya adalah ada hamba-Nya yang mati dengan atau secara khusnul khatimah yang merupakan karunia-Nya semata, ada yang su’ul khatimah yaitu hamba yang selalu mengisi kehidupnya dengan kejahatan dan keingkaran ini adalah merupakan tindak keadilan-Nya dalam melaksanakan proses hokum yang sangat dan maha bijaksana, manusia pada jenis su’ul atau jahat ini bisa jadi pada hakikatnya tersimpan di dalam hatinya berupa kejahatan-kejahatan yang secara lahir dan bathin pada akhir kehidupannya, karena dalam suatu riwayat Rasulullah Saw sudah mengatakan bahwa setiap amalan baik tersebut hanya sekedar yang tampak pada manusia.
“Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai asma’aul husna, bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.” (Q.S Al-Hasyr Ayat : 24)
Sehubungan dengan makna ayat tersebut di atas maka ada berhubungan dengan yang di katakan Rasulullah Saw seperti dalam suatu riwayat hadist shahih dari perkataan beliau adalah sebagai berikut : Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud Ra, dia berkata : ”Rasulullah Saw telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan senantiasa di benarkan : “Sesungguhnya setiap orang di antara kamu di kumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu di utuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia di perintahkan menulis empat kalimat : Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada di antara kamu yang melakukan amalan penduduk syurga dan amalan itu mendekatkannya ke syurga sehingga jarak antara dia dan syurga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah di tetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah di tetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ucapan Rasulullah Saw di atas sudah jelas dan nyata kepada kita bahwasanya adalah membicarakan tentang “takdir” yang meliputi kepada beberapa macam inti dari permasalahan ini, yaitu tentng ketentuan rezki, ajal, amal dan kebahagiaan atau siksaan yang akan di peroleh kelak setelah hari hisab atau perhitungan di laksanakan untuk menuju semacam kehidupan yang kekal dan abadi kelak sebagaimana yang telah di tentukan Allah Swt.
Perkembangan masalah ini di mulai dari beberapa fase, manusia berasal secara umum dan berdasarkan pada syari’at adalah sebagaimana telah di sebutkan Rasulullah Saw pada hadist di atas, yakni dari bercampurnya air mani dari manusia dewasa dari hubungan yang halal, karena yang kita bicarakan di sini adalah manusia muslim atau yang meningkat kepada yang lebih beriman, lalu selanjutnya menjadi segumpal darah terus lagi menjelma menjadi segumpal daging yang proses kelanjutannya adalah secara pembesaran dan perkembangan secara alami seperti yang telah di gariskan oleh Allah Swt dalam awal program penciptaan bumi dan langit besert isinya sekalian alam ini dengan jangka waktu dalam suatu riwayat adalah di nyatakan selama 40 (empat puluh) hari proses masing-masing tahapan perkembangannya asal kejadian ini.
Setelah berbentuk menjadi wujud yang di namakan dengan manusia menjelang terbentuknya menjadi sempurna bentuknya mengalami 3 (tiga) fase, yaitu penggambaran secara bentuk garis-garis atau sketsa yang lebih di kenal dalam islam namanya adalah “Taswir” dengan waktu proses dalam tahap ini adalah selama 42 (empat puluh dua) hari, selanjutnya masuk pada fase kedua yaitu membuat atau membentuk bagian-bagian batang tubuh yang di namakan dengan “Al-Khalq” baru tahap terakhir pembentukan jasmani ini adalah menyempurnakan kejadiannya sebagaimana bayi, kanak-kanak dan dewasa.
Selanjutnya penyelesaian atau finishing dari proses di atas adalah di tiupkannya ruh kedalam jasmani atau tubuh terbentuk tadi dan tentu saja melalui proses juga, yakni ruh dan jasad atau jasmani mempunyai keterkaitan satu sama lain baik dalam keadaan maupun waktu yang terdiri dari sewaktu jasad dalam rahim ruh ini sudah di mulai ada hanya saja lemah dengan kegunaannya sebagai membantu proses perkembangan pembentukan batang tubuh yang mana pada saat itu adalah di dominasi oleh unsur kehidupan dari ibunya dalam mendongkrak proses pembentukan jasad ini, selanjutnya proses ini seiring sejalan dengan pembentukan jasad hingga lahir, seterusnya setelah lahir di dunia batang tubuh atau jasad ini di dominasi oleh kekuatan jasad atau jasmani yang kian besar kian sempurna dan hubungan kedua jenis ini di sesuaikan dengan kebutuhan kehidupan jasad atau raga.
Setelah menjalani kehidupan di dunia sesuai dengan jangka waktu yang telah di tentukan oleh Allah Swt selanjutnya jasmani mengalami kematian dan ruh berpindah kea lam barzakh, pada tahap ini jasad lanjut proses pengembalian keasalnya alias hancur dan kembali berbaur dengan tanah, sementara ruh tetap menunggu proses ketentuan dari sang maha pencipta hingga hari berbangkit, namun setelah kehidupan akhirat di mulai setelah proses verbal secara hokum atas segala perbuatan manusia selama di dunia dalam hal kebaikan dan keburukan, maka saat inilah keduanya bersatu lagi dan hubungan antara ruh dan jasad pada tahap inilah yang terkuat dan yang akan mengalami pembalasan atas apa-apa yang telah di lakukan dahulu selama menjalani kehidupan di dunia yang berfungsi sebagai jembatan untuk seleksi kehidupan kekal kelak.
Sepintas kita bicarakan di sini mengenai takdir atas ruh dan jasad tadi adalah sebagai berikut :
· “Takdir saabiq”, yaitu penulisan takdir bagi seluruh makhluk di lauhulmahfudz dengan beribu-ribu tahun sebelum penciptaan bumi dan langit beserta isinya.
· “Takdir úmri”, yaitu penulisan takdir bagi janin yang terlaksana ketika janin berusia 4 (empat) bulan dalam rahim.
· “Takdir sanawi”, yaitu penulisan takdir bagi seluruh makhluk setiap tahunnya pada malam lailatul qodr di bulan ramadhan.
· “Takdir yaumi”, yaitu penulisan terhadap setiap kejadian berlaku setiap harinya.
Dalam empat kategori tingkatan atau pembagian takdir ini ada memungkinkan terjadi perubahan kecuali pada jenis “Takdir saabiq” sebagaimana ada tertera dalam Al-Qur’an pada Surah Ar-Rad Ayat : 39, yaitu “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)”, takdir atau ketetapan dari Allah Swt yang telah di buat-Nya sama sekali bukanlah suatu pemaksaan kecuali pada kategori 1 (satu) di atas, karena Allah Swt ada sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim pada segala sesuatu ciptaan-Nya dan Allah Swt lebih tahu terhadap-Nya yang pantas mendapatkan perubahan atas takdir-Nya apakah itu pada hal yang baik ataupun yang buruk Dialah yang menentukan dengan dasar perbuatan makhluk-Nya serta atas permohonan.
Efek beriman kepada takdir ini adalah dapat menimbulkan rasa takut yang luar biasa kepada Allah Swt bagi manusia yang benar-benar beriman dan menimbulkan semangat dalam beribadah serta beristiqamah dengan segala amalannya guna mencapai keridhaan dari Allah Swt, hal ini membuka peluang kepada hidayah dan karunia-Nya dalam ketentuan takdir, beriman kepada takdir juga bukan suatu alasan untuk menyandingkannya dengan perbuatan maksiat atau kemungkaran serta bermalas-malasan hanya karena adanya ampunan rahmat dari Allah Swt, resikonya menyangkut kuta pada ketentuan takdir juga, keadaan hati orang yang beriman selalu ada di antara dua keadaan yaitu selalu khawatir atas apa yang tertulis baginya dan mengkhawatirkan tentang apa yang terjadi di saat akhir hidupnya.
Allah Swt maha sempurna dalam menciptakan hamba-Nya dengan berbagai macam keadaan, di antaranya adalah ada hamba-Nya yang mati dengan atau secara khusnul khatimah yang merupakan karunia-Nya semata, ada yang su’ul khatimah yaitu hamba yang selalu mengisi kehidupnya dengan kejahatan dan keingkaran ini adalah merupakan tindak keadilan-Nya dalam melaksanakan proses hokum yang sangat dan maha bijaksana, manusia pada jenis su’ul atau jahat ini bisa jadi pada hakikatnya tersimpan di dalam hatinya berupa kejahatan-kejahatan yang secara lahir dan bathin pada akhir kehidupannya, karena dalam suatu riwayat Rasulullah Saw sudah mengatakan bahwa setiap amalan baik tersebut hanya sekedar yang tampak pada manusia.
Posting Komentar untuk "PROSES KEJADIAN MANUSIA DAN TAKDIRNYA"
Terimakasih atas kunjungan anda...