SIFAT SHALAT RASULULLAH SAW
Sesungguhnya orang - orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka[1]. dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud ria[2] (dengan shalat) di
hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[3].
[1] Maksudnya : Allah Swt membiarkan mereka dalam
pengakuan beriman, sebab itu mereka di layani sebagai melayani para mu’min,
dalam pada itu Allah Swt telah menyediakan neraka buat mereka sebagai
pembalasan tipuan mereka itu.
[2] Ria ialah : Melakukan sesuatu amal tidak untuk
dan atas keridhaan Allah Swt tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di
masyarakat.
[3] Maksudnya : Mereka shalat hanyalah sekali -
sekali saja, yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
Mereka dalam keadaan ragu - ragu antara yang demikian (iman atau kafir) tidak
masuk kepada golongan ini (orang - orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang - orang kafir)[4], maka kamu sekali - kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.
[4] Di sesatkan Allah Swt berarti : Bahwa orang itu
sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk - petunjuk Allah
Swt. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa
sebabnya Allah Swt menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu
menjadi sesat.
Rasulullah Saw bersabda,”Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihatku shalat.” (Hadist riwayat Bukhari). Rasulullah Saw jika hendak
shalat fardhu atau sunat menghadap Kiblat (Ka’bah), sesuai dengan sabda
Rasulullah Saw : “Jika engkau hendak mendirikan shalat, maka sempurnakanlah
wudhu’, kemudian menghadaplah kearah kiblat, lalu bertakbirlah.” (Hadist
Riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan Baihaqi).
WAJIBNYA
MELETAKKAN SUTRAH
(PEMBATAS)
KETIKA SHALAT
Jika seseorang hendak
mendirikan shalat fardhu ataupun sunnah, hendaklah membuat sutrah (pembatas) di
depannya, hal ini adalah sesuai dengan hadist dari Rasulullah Saw sebagai
berikut :
1. “Janganlah engkau shalat tanpa memasang sutrah, dan
janganlah engkau membiarkan seseorang melintas di hadapanmu, kalau dia memaksa
melintas, maka tolaklah, karena syaithan bersama dengannya, beliau bersabda
pula,”Apabila salah seorang kalian shalat dengan memasang sutrah di depannya,
hendaknya dia mendekat kearah sutrahnya, sehingga syaithan tidak dapat
memutuskan shalatnya.” Juga hadist ini : “Apabila beliau shalat di padang pasir di mana
tidak ada sesuatupun yang dapat di jadikan sutrah, beliau menancapkan tombak di
hadapan beliau, lalu, beliau shalat menghadap tombak tersebut dan para sahabat
bermakmum di belakang beliau.” (Hadist riwayat Bukhari. Muslim, Abu Daud,
An-Nasai’, Ath-Thahawi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi). Karena pentingnya sutrah ini,
Rasulullah Saw mencontohkan perbuatannya mengenai sutrah sebagai beikut : “Sekali waktu beliau mengerjakan shalat, tiba
– tiba seekor anak kambing melintas di hadapan beliau, maka beliau maju ke
depan mendahului anak kambing tersebut hingga perut beliau menempel ke dinding,
akhirnya anak kambing itu lewat di belakang beliau.” ( Hadist riwayat
Ath-Thabrani dan Al-Hakim).
2. Boleh membuat tempat tidur dan dinding sebagai
sutrah, sesuai dengan hadist berikut : Aisyah Ra berkata : “Ketika Rasulullah
Saw mengerjakan shalat, sedangkan saya terlentang di atas pembaringan tepat di
hadapan beliau di arah kiblat, lalu urwah bertanya kepada Aisyah Ra, “Apakah
antara keduanya di pisahkan dengan dinding masjid?”. Aisyah Ra berkata, “Tidak,
beliau mengerjakannya di rumah menghadap ke dinding rumah.” (Hadist riwayat
Muslim dan Ath-Thabrani)
3. Rasulullah Saw juga bersabda’”Apabila salah seorang
di antara kalian telah meletakkan di hadapannya (ketika hendak shalat) sutrah
setinggi pelana tunggangan, maka shalatlah dan tidak perlu menghiraukan
siapapun yang lewat di balik sutrahnya.” (Hadist riwayat Muslim, Al-Baihaqi dan
An-Nasai).
4. Aisyah Ra, berkata,”Terkadang beliau mengerjakan
shalat menghadap ke pembaringannya, sedangkan Aisyah Ra tidur terlentang di
atasnya (berselimut kain).”
5. Rasulullah Saw ketika melaksanakan shalat tidak akan membiarkan
apapun yang melintas di antara beliau dan sutrahnya, seperti pada riwayat
berikut,”Sekali waktu beliau mengerjakan shalat, tiba – tiba seekor anak
kambing melintas di hadapan beliau, maka beliau maju ke depan mendahuluianak
kambing tersebut hingga perut beliau menempel di dinding, akhirnya anak kambing
tersebut lewat di belakang beliau.” (Hadist riwayat At-Thabrani dan An-Nasai).
6. Sewaktu beliau mengerjakan shalat fardhu, tiba – tiba
beliau menggenggamkan tangannya. Setelah selesai shalat para sahabat
bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah ada sesuatu yang baru dalam shalat? Beliau
bersabda,”Tidak, hanya saja tadi syetan hendak melintas di hadapanku, maka saya
mencekiknya sampai terasa dinginnya lidahnya pada kedua tanganku. Demi Allah,
kalau tidak karena saudaraku Nabi Sulaiman telah mendahuluiku, tentu akan saya
ikat dia (syetan) itu di salah satu tiang masjid, agar bisa di permainkan oleh
anak – anak penduduk Madinah.” )Hadist riwayat Imam Nawawi).
7. Rasulullah Saw bersabda,”Jika salah seorang di antara
kalian shalat menghadap kepada sesuatu yang dia jadikan sutrah untuk
menghalangi orang – orang yang melintas di hadapannya, hendaknya dia menolaknya
dan menghalaunya semampu dia, jika dia tetap bersikeras melintas, maka
lawanlah, sesungguhnya dia adalah syetan.” (Hadist riwayat Ad-Daruqutni, Ahmad
dan At-Thabrani).pada riwayat lain di katakan,”Jika dia bersikeras untuk
melintas, maka letakkanlah tanganmu di bagian dadanya dan doronglah sekuat
tenaga.”
8. Rasulullah Saw bersabda,”Seandainya yang melintas di
hadapan seseorang yang sedang shalat mengetahui adzab yang di timpakan
kepadanya, niscaya ia akan menunggu untuk tidak melintas selama empat puluh
tahun adalah lebih baik daripada melintasinya.” (Hadist riwayat Muslim, Ibnu
Majah, Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi).
9. “Seandainya seseorang di antara kalian mengetahui
balasan yang di timpakan atas dirinya ketika melintas di hadapan saudaranya
yang sedang shalat dan sedang bermunajah dengan tuhannya, maka dia akan berdiri
selama seratus tahun adalah lebih baik baginya daripada langkah kakinya
melintasi saudaranya tersebut.” (Hadist riwayat Ibnu Majah, Ath-Thahawi dan
Ahmad).
TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT
Berdiri, Rasulullah Saw melaksanakan shalat fardhu dan sunat adalah berdiri, ini berdasarkan firman Allah Swt : “Dan berdirilah kalian dengan penuh ketenangan karena Allah.” (Q.S Surah Al-Baqarah Ayat 238), hadist Rasulullah Saw : “Dari Hafsah Ra isteri Nabi Saw, “Saya belum pernah sekalipun melihat Rasulullah Saw mengerjakan shalat sunnah sambil duduk, hingga setahun sebelum beliau meninggal dunia, ketika beliau shalat sunnah sambil duduk, beliau membaca sebuah surah dari Al-Qur’an dan membaguskan bacaannya sehingga surah itu lebih panjang dari biasanya.” (Hadist riwayat Muslim, An-Nasai, At-Tarmidzi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Berdiri, Rasulullah Saw melaksanakan shalat fardhu dan sunat adalah berdiri, ini berdasarkan firman Allah Swt : “Dan berdirilah kalian dengan penuh ketenangan karena Allah.” (Q.S Surah Al-Baqarah Ayat 238), hadist Rasulullah Saw : “Dari Hafsah Ra isteri Nabi Saw, “Saya belum pernah sekalipun melihat Rasulullah Saw mengerjakan shalat sunnah sambil duduk, hingga setahun sebelum beliau meninggal dunia, ketika beliau shalat sunnah sambil duduk, beliau membaca sebuah surah dari Al-Qur’an dan membaguskan bacaannya sehingga surah itu lebih panjang dari biasanya.” (Hadist riwayat Muslim, An-Nasai, At-Tarmidzi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Niat, karena setiap sesuatu amalan adalah dasar utamanya adalah niat, niat ini pelaksanaannya hanya dalam hati dan tidak di jaharkan. Hadist Rasulullah Saw mengenai niat : “Sesungguhnya setiap amalan berdasarkan niatnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).
Takbiratul Ihram, Hadistnya adalah : “Rasulullah Saw memulai shalat dengan mengucapkan Allahu Akbar.” (Hadist riwayat Muslim, Abu Awanah, Abu Daud, Baihaqi dan Ahmad). Juga hadist ini : “Beliau jika berdiri mengerjakan shalat wajib, beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya.” (Hadist riwayat Baihaqi, Ahmad dan Muslim).
Mengangkat kedua tangan ketika takbir, berdasarkan hadist Rasulullah Saw : “Saya telah melihat Rasulullah Saw bertakbir ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sewaktu bertakbir hingga sejajar dengan kedua bahunya, dan apabila beliau takbir untuk melakukan ruku’, beliau melakukan hal yang sama, dan apabila beliau mengucap sami’allahuliman hamidah, beliau melakukan hal yang sama lalu mengucap rabbana walakal hamdu, dan beliau tidak melakukannya apabila bangun dari sujud.” (Hadist riwayat Bukhari, An-Nasai’, Baihaqi dan Ahmad), juga hadist ini : “Bahwa Rasulullah Saw ketika mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sewaktu bertakbir dan mengangkatnya sejajar dengan kedua telinga beliau, dan beliau melakukannya juga ketika ruku’ dan dan sewaktu bangkit dari ruku’.” (Hadist riwayat An-Nasai’ dan Muslim). Juga pada hadist dari Abu Hurairah Ra ini : “Rasulullah Saw jika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sambil membuka jari – jarinya lurus keatas.” (Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai’, At-Tarmidzi dan Ahmad).
Bersedekap dengan cara meletakkan tangan kanan atas tangan kiri, hal ini berdasarkan hadist Rasulullah Saw : “Sesungguhnya kami, para nabi, di perintahkan menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika kami shalat.” (Hadist riwayat Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Abu Daud), juga hadist ini : “Dan sekali waktu, Rasulullah Saw melewati seseorang yang sedang shalat, dan dia meletakkan tangan kiri di atas tangan kanannya, maka beliau memisahkan kedua tangannya lalu meletakkan tangan yang kanan di atas tangan kiri orang tersebut.” (Hadist riwayat Ahmad, Baihaqi, Ibnu Majah dan Ath-Thabrani), Abdullah bin Mas’ud Ra berkata : “Nabi Saw melihatku meletakkan tangan kiriku di atas tangan kananku, maka beliau menarik tangan kananku dan meletakkannya di atas kiriku.” (Hadist riwayat Muslim).
Meletakkan kedua tangan dengan bersedekap di atas dada, ini dasarnya dari sunnah Rasulullah Saw : “Beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung tangan kirinya, pada pergelangan, dan lengan kirinya.” (Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai’, Ad-Darimi, Ibnu Hibban dan Baihaqi), pada hadist ini juga di bunyikan : Wail bin Hujr Ra berkata : “Saya benar – benar memperhatikan shalat Rasulullah Saw, bagaimana beliau mengerjakannya, beliau berdiri lalu takbir, dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya, setelah itu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung, pergelangan dan lengan kirinya, dan sewaktu beliau hendak ruku’ beliau mengangkat kedua tangannya sebagaimana yang pertama, dan beliau meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya, dan sewaktu mengangkat kepala bangkit dari ruku’ belaiu juga mengangkat kedua tangannya sebagaimana yang pertama, setelah itu beliau sujud dan meletakkan telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya, selanjutnya beliau duduk di antara dua sujud, beliau menduduki kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya (duduk iftirasy), beliau meletakkan telapak tangan krinya pada paha dan lutut kirinya dan meletakkan lengan kanannya pada paha kanannya, lalu beliau menggenggam dua jarinya dan melingkarkannya, lalu mengangkat telunjuk dan saya melihat beliau menggerakkannya sambil berdo’a.” (Hadist riwayat An-Nasai’, Abu Daud, Ad-Darimi, Ibnu Hibban dan Ahmad), juga pada hadist ini : “Rasulullah Saw meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu bersedekap mengeratkan kedua tangannya di atas dada, beliau saat itu sedang shalat.” (Hadist riwayat Abu Daud dan Baihaqi).
Memandang tempat sujud shalat, dasarnya dari hadist berikut : “Apabila Rasulullah Saw mengerjakan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan pandangannya beliau tujukan kearah tanah.” (Hadist riwayat Al-Hakim dan Baihaqi). Juga hadist ini,”Apabila kalian mengerjakan shalat, jangan sekali – kali kalian menongok kekiri dan kekanan, karena Allah telah menghadapkan wajahNya kepada seorang hamba yang sedang shalat selama hamba itu tidak menoleh kekiri atau kekanan.” (Hadist riwayat An-Nasai, Ahmad dan Ibnu Umar). “Allah akan senantiasamenghadapkan wajahNya kepada hamba yangsedang shalat selama hamba itu tidak menoleh kekiri atau kekanan. Apabila hamba itu telah memalingkan wajahnya, maka Allah juga akan berpaling darinya.” (Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban). Rasulullah Saw melarang dari tiga hal : “Sujud dengan cepat layaknya seekor ayam yang mematuk makanan, duduk di atas tumit serupa dengan duduknya anjing dan berpaling (kekiri atau kekanan) seperti musang.” (Hadist riwayat Ahmad dan Abu Ya’la).
Membaca do’a istiftah, sebagaimana dasarnya dari hadist berikut : “Tidak sempurna shalat seseorang hingga dia bertakbir, memuji Allah, menyanjungNya dan membaca ayat – ayat Al-Qur’an yang telah dia hafalkan.” (Hadist riwayat Abu Daud dan Al-Hakim), dari Abu Hurairah Ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah Saw telah melakukan takbir dalam memulai shalatnya, beliau diam sejenak sebelum membaca A-Fatiha, maka saya bertanya : “Wahai Rasulullah, demi ibu dan bapakku, saya melihat engkau diam antara takbiratul ihram dan bacaan Al-Fatiha, apakah yang engkau baca?, beliau menjawab : “Saya mengucapkan ….. lalu ia menyebutkan do’a istiftah.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim Abu Daud, An-Nasai’, Ibnu Majah dan Ahmad), Do’a Istiftah yang Rasulullah Saw baca adalah : “Allahumma baa’id baina khathayaa yaa kama baa ’adta bainal masyriki wal maghrib, Allahumma naqanii min khata yaa ya kama yunaqqassyaubul’abyadhu minaddanasi, allahummaghsilni min khatayaaya bilmaa’I wassalkhi wal baradi, Artinya : “Ya allah, jauhkanlah diriku dari kesalahan – kesalahanku sebagaimana engkau menjauhkan timur dan barat, Ya allah, bersihkanlah aku dari kesalahan – kesalahanku sebagaimana engkau membersihkan kain putih dari noda – noda kotoran, Ya allah, cucilah diriku dari kesalahan – kesalahanku dengan air dan embun.” Juga boleh dengan yang ini : “Wajjahtu wajhiyaa lilladzi fatarassamaa waatiwal ardhi, khanifan musliman wamaa ‘ana minal musyrikiin, inna shalati wanusukii wamah yaaya wama maatilillahi rabbil ‘alamin, laasyarikalahu wabidzalika ‘umirtu wa’ana ‘awwalu muslimiin, Allahumma antal maliku laa ilaha illa anta subhanaka wabihamdika ‘anta rabbi wa’ana ‘abduka dzalamtu nafsi wa’taraftu bidzanbi, faghfirli dzanbi jami’a, innahu layaghfirudzzunuuba illa anta, wahdini li’ahsanil akhlaqi la layahdii illah sanihaa illa anta, wasrif ‘anna sayya’ahaa layasrifu ‘anna sayya’ahaa illa anta, labbaika wasa’daika walkairu kulluhu fii yadaika wassyarru laisa ilaika wal muhdi min hadaita ana bika wailaika laa man jaa wala malja’a minka illa ilaika tabarakta wata’alaita astaghfiruka wa’atubu ilaika.” Artinya : “Aku hadapkan wajahku kepada Rabb pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang – orang musyrik, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata – mata untuk Allah, Rabb alam semesta, tiada sesuatupun sekutu bagiNya, demikianlah aku di perintah dan aku termasuk orang yang pertama – tama menjadi muslim, Ya allah, engkaulah penguasa, tiadalah yang haq selain engkau, engkau maha suci dan maha terpuji, engkaulah rabbku dan aku hambaMu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengakui dosa – dosaku, oleh karena itu ampunilah semua dosaku, sesungguhnya engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa, berilah aku petunjuk kepada akhlak yang terbaik, karena hanya engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlak yang terbaik, dan jauhkanlah diriku dari akhlak buruk, karena hanya engkaulah yang dapat menjauhkanku dari akhlak yang buruk, aku jawab semua seruanMu dan aku selalu menegakkan perintahMu, segala kebaikan ada padaMu, sedang segala keburukan tidak datang dariMu, orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang engkau tunjuki, aku berada dalam kekuasaanMu dan aku kembali kepadaMu, tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari siksaMu kecuali hanya engkau semata, engkau maha mulia dan maha tinggi, aku mohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepadaMu.” Beliau (Rasulullah Saw) mengucapkan do’a ini pada shalat fardhu dan juga pada shalat sunnat dan Umar bin Khattab Ra, mengatakan, “Bahwa beliau mengeraskan suara sewaktu membacanya agar para sahabat mempelajari do’a ini.” (Hadist riwayat Muslim).
Membaca Basmalah, setelah membaca ta’awudz maka selanjutnya membaca basmalah, dalam membaca basmalah ini janganlah dengan suara keras atau suara yang kecil, akan tetap buatlah secara pelan, karena Allah Swt berfirman : “Dan janganlah engkau mengeraskan bacaan shalatmu.” (Al-Isra’ Ayat : 110), ini ada riwayatnya sebagai berikut : “Rasulullah Saw sering mengerskan bacaan Bismillahir rahmanir rahim sambil memanjangkan suara beliau. Orang – orang musyrik sampai terlonjak kaget karenanya, maka Allah menurunkan firmanNya : “Dan janganlah engkau mengeraskan bacaan shalatmu.” (Hadist riwayat Ad-Daraqhutni dan Ath-Tabrani), juga : “Apabila beliau membaca Bismillahir rahmanir rahim, orang – orang musyrik terlonjak kaget dan merekat berkata : “Muhammad menyebut sembahan orang – orang Yamamah.” (Hadist riwayat Ad-Daraqhutni dan Ath-Tabrani), juga tersebut pada hadist ini : “Ayat ini turun, “Dan janganlah engkau mengerskan bacaan shalatmu dan jangan pula merendahkan bacaan shalatmu.” Ketika Rasulullah Saw di kucilkan di Makkah. Apabila beliau mengerjakan shalat mengimami para sahabat, beliau mengerskan bacaan Al-Qur’an, yang jika terdengar oleh orang – orang musyrik, merekapun mencaci maki Al-Qur’an.” (Hadist riwayat Bukhari).
Membaca Al-Fatiha dengan berhenti pada tiap – tiap ayat, dasarnya dari Ummu Salamah Ra, Beliau di tanya tentang bacaan Nabi Saw sewaktu shalat, dan beliau menjawab : “Beliau (Rasulullah Saw) membaca ayat – ayat Al-Qur’an dan berhenti pada tiap – tiap ayat.” (hadist riwayat Ahmad, Baihaqi, Abu Daud dan Ath-Tarmidzi).
Bacaan Al-Fatiha adalah sebagai rukun wajib dalam shalat, sebagaimana Rasulullah Saw menyatakan : “Tidak sah shalat bagi seseorang yang tidak di baca (pada shalat tersebut) Al-Fatiha.” (Hadist riwayatBukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai’, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah), selanjutnya Abu Hurairah Ra, berkata : “Rasulullah Saw memerintahkan aku untuk meneriakkan, “Tidak sah sebuah shalat tanpa membaca Al-Fatiha dan bacaan berikutnya.” (Hadist riwayat Abu Daud, Bukhari, Baihaqi dan Al-Hakim), juga pada hadist ini : “Seseorang tengah mengerjakan shalat dan Nabi Saw memperhatikannya, setelah dia menyelesaikan shalatnya, Nabi Saw bersabda,”Ulangi lagi shalatmu,” (sebanyak sampai tiga kali ulang), maka orang itu bersumpah kepada beliau,”Bagaimanakah shalat yang benar?, padahal saya telah melakukannya dengan sungguh – sungguh, maka Nabi Saw bersabda : “Mulailah shalatmu, dan bertakbirlah, dan pujilah Allah, lalu bacalah ummul qur’an (fatiha) kemudian ruku’lah.” (Hadist riwayat Bukhari).
Ma’mum tidak baca ayat al-qur’an setelah Al-Fatiha, dasarnya sebagai berikut : “Suatu hari ketika Rasulullah Saw membaca sebuah surah ketika shalat. Dan beliau mendengarkan seorang pemuda anshar yang juga membaca sebuah surah. Maka turunlah firman Allah Swt sebagai berikut : “Apabila di bacakan Al-Qur’an maka kalian simaklah bacaan Al-Qur’an dan diamlah kalian mendengarkannya. dengan begitu semoga kalian mendapatkan rahmatNya.” (Q.S Surah Al-A’raf 204)“Rasulullah Saw bersabda : “Kalian membaca qira’at bacaan surah lain setelah Fatiha) sedangkan imam sedang membaca qira’at?” mereka mengatakan : “Kami memang melakukannya. Beliau bersabda : “Jangan kalian lakukan hal itu, kecuali salah seorang di antara kalian membaca Al-Fatiha.” (Hadist riwayat Bukhari, Baihaqi dan Ahmad), juga pada hadist ini adalah menyiratkan bahwa telah mencukupi dengan menyimak bacaan imam tanpa perlu membaca surah Al-Qur’an di belakang imam sesuai dengan sabda Rasulullah Saw : “Barang siapa yang shalat bersama seorang imam, maka bacaan imam adalah bacaan baginya.” (Hadist riwayat Baihaqi dan Ad-Daruquthni).
Wajib Ma’mum membaca Fatiha pada shalat sirriyah, pada shalat sirriyah (yang di pelankan imam suara bacaannya) maka ma’mum pada dua raka’at akhir, dengan dasar sebagai beikut,“Adalah kami pada shalat zhuhur dan ashar di belakang imam, pada dua raka’at pertama selalu membaca fatiha dan surah lainnya. Dan pada dua raka’at terakhir kami membaca Al-Fatiha.” Juga pada hadist ini,”Kami telah membaca Al-Fatiha dan sebuah surah lainnya pada shalat zhuhur dan ashar pada dua raka’at yang pertama, dan pada dua raka’at yang terakhir kami membaca Al-Fatiha.” (Hadist riwayat Ibnu Majah dan Bukhari).
Shalat fardhu yang bacaannya di pelankan (sirriah) adalah Shalat Zhuhur dan Ashar, dengan dasarnya sebagai berikut : “Dari Jabir Ra, ia berkata : “Adalah kami pada shalat zhuhur dan ashar di belakang imam pada dua raka’at pertama membaca Al-Fatiha dan surah lainnya. Dan pada dua raka’at terakhir kami membaca Al-Fatiha.” Hal itu terjadi ketika beliau mengerjakan shalat zhuhur sebagai imam bagi para sahabat. Beliau bersabda : “Siapakah di antara kalian yang telah membaca, sabbihismarabbikal a’la?” maka salah seorang sahabat mengatakan,”Saya, Maka Nabi Saw bersabda : “Saya telah mengetahui bahwa seseorang telah mengganggu pikiranku ketika shalat dengan bacaan dia.” (Hadist riwayat Muslim, Bukhari, Baihaqi dan Ahmad).
Menjaharkan (mengeraskan) bacaan shalat fardhu shubuh dan dua raka’at pertama pada shalat maghrib dan isya, dasarnya sebagai berikut : Rasulullah saw menjaharkan bacaan qur’an pada shalat subuh serta dua raka’at pada shalat maghrib dan isya, beliau mensyiirkan (tidak mengeraskan) bacaannya pada shalat zhuhur, ashar dan raka’at ketiga shalat maghrib dan dua raka’at akhir shalat isya, para sahabat mengetahui bacaan Nabi Saw yang beliau baca secara syiir dari gerakan janggutnya. Abu Ma’mar Abdullah bin Sakhbarah berkata,”Kami bertanya kepada Khabbab : “Apakah Nabi Saw membaca surah pada shalat zhuhur dan ashar?” dia menjawab : “Benar.” Kami bertanya,”Bagaimana kalian mengetahui hal itu?” dia menjawab,”Dari gerakan janggut beliau.” (Hadist riwayat Bukhari, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah), juga pada hadist ini : “Dari Abdullah bin Mas’ud Ra,”Biasanya bacaan beliau pada shalat zhuhur dan ashar dapat di ketahui dari gerakan janggutnya.” (Hadist riwayat A-Tabrani dan Ahmad).
Membaca Amiin setelah imam membaca Al-Fatiha, Rasulullah Saw bila menyelesaikan bacaan fatiha, beliau mengucapkan amiin. Dan mengeraskan serta memanjangkan suaranya. Dengan dasar sebagai berikut : “Apabila Rasulullah Saw telah membaca waladdhaallin, maka beliau mengucapkan Aamiin dengan mengeraskan suaranya.” (Hadist riwayat Bukhari, Abu Daud, At-Tarmidzi dan Ahmad), juga pada hadist berikut : “Abu Hurairah Ra berkata : “Apabila Rasulullah Saw telah menyelesaikan bacaan ummul qur’an, beliau mengeraskan suara beliau dan mengucapkan aamiin.” (Hadist riwayat Al-Hakim, Ad-Daruquthni dan Baihaqi).
Boleh membaca Al-Fatiha saja pada setiap raka’at shalat, dengan dasar sebagai berikut : “Mu’adz Ra biasa shalat isya bersama Rasulullah Saw, kemudian beliau pulang dan shalat mengimami kaumnya. Suatu malam beliau pulang ketengah – tengah kaumnya dam mengimami mereka shalat, ketika itu seorang pemuda dari kaumnya yang bernama salim dari bani salamah ikut shalat bersama mereka. Tatkala shalat tersebut terasa panjang bagi pemuda itu, maka pemuda itupun berpaling dan shalat di salah satu pojok masjid, lalu dia keluar dan mengambil tali untanya kemudian beranjak pergi. Setelah Mu’adz menyelesaikan shalatnya, kejadian itu di sampaikan kepada beliau, maka beliau berkata, “Sesungguhnya ini adalah perbuatan nifak. Demi Allah akan saya laporkan perbuatannya kepada Rasulullah Saw. Pemuda itu balik berkata, “Demi Allah, akan saya laporkan perbuatannya kepada Rasulullah Saw. Keesokan harinya mereka mendatangi Rasulullah Saw, lalu Mu’adz melaporkan perbuatan pemuda tersebut. Maka pemuda itu berkata, “Wahai Rasulullah Saw! Dia berlama – lama duduk di sisimu, kemudian pulang dan memanjangkan shalatnya kepada kami.” Maka Rasulullah Saw bersabda : “Apakah engkau akan menjadi pembawa fitnah, wahai Mu’adz?” lalu beliau bertanya kepada pemuda itu,”Apakah yang engkau baca wahai keponakanku, jika engkau shalat?” maka pemuda itu berkata,”Saya membaca Al-Fatiha, memohon syurga kepada Allah dan meminta perlindungan kepadaNya dari api neraka. Dan saya tidak tahu permohonan anda dan juga permohonan Mu’adz.” Maka Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya aku dan Mu’adz memohon kedua hal ini atau yang serupa dengan ini.” Maka pemuda itu berkata,”Akan tetapi Mu’adz akan mengetahui apabila dia telah tiba di kaumnya. Dan mereka telah di beritahu akan kedatangan musuh.” Dia berkata,”Maka musuh merekapun datang, dan pemuda itu mendapat mati syahid.” Lalu Rasulullah Saw bersabda setelah kejadian itu kepada Mu’adz,”Apa yang telah di perbuat oleh yang bertengkar denganku dan denganmu?”. Dia berkata,”Wahai Rasulullah Saw, dia telah membenarkan Allah dan saya telah berdusta, dia telah mendapatkan mati syahid.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Ruku’, Setelah beliau (Nabi Saw) menyelesaikan bacaan Al-Qur’an beliau terdiam sejenak, kemudian mengangkat kedua tangannya dan beliau berkata kepada Malik dan para sahabatnya,”Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.”
1. Ibnu Umar berkata,”Bahwa Rasulullah Saw mengangkat
kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya bila mengawali shalat dan ketika
bertakbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepalanya bangkit dari ruku’ beliau
mengangkat kedua tangannya seperti itu.” (Hadist riwayat Bukhari, Abu Daud dan
An-Nasai).
2. Abu Humaid berkata,”Saya adalah orang yang paling
mengetahui di antara kalian perihal shalat Rasulullah Saw. Mereka
bertanya,”Bagaimana bisa? Demi Allah! Sesungguhnya anda tidak lebih sering
mengikuti beliau daripada kami dan tidak lebih dahulu menemani menjadi sahabat
beliau Saw!” Abu Humaid berkata,”Benar demikian.” Mereka
berkata,”Sampaikanlah.” Lalu Abu Humaid berkata,”Apabila Rasulullah Saw berdiri
mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan
kedua bahunya. Lalu beliau bertakbir hingga setiap ruas tulang berada pada
tempatnya masing – masing. Kemudian beliau memulai membaca bacaan shalat.
Kemudian beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan
kedua bahunya. Kemudian beliau ruku’ dan meletakkan kedua telapak tangannya
pada kedua lututnya. Beliau melakukannya hingga I’tidal (sejajar) dan beliau
tidak menekuk kepalanya dan tidak pula menengadahkannya. Kemudian beliau
mengangkat kepalanya dan mengucapkan sami’allahu liman hamidah. Lalu beliau
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar lurus dengan kedua bahunya. Lalu
beliau mengucapkan Allahu akbar. Kemudian beliau turun menuju ke tanah dan
beliau merentangkan kedua tangannya di sampingnya kemudian beliau mengangkat
kepalanya dan menyilangkan kaki kirinya dan duduk di atasnya, dan beliau
membuka jari – jari kakinya sewaktu sujud, kemudian beliau sujud. Lalu beliau
mengucapkan Allahu akbar kemudian beliau bangun dan melipat kaki kirinya dan
duduk di atasnya hingga masing – masing tulang kembali keruas persendiannya.
Kemudian beliau melakukan hal yang serupa pada raka’at yang kedua. Selanjutnya
apabila beliau hendak berdiri dari raka’at yang kedua beliau bertakbir dan
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya seperti takbir
beliau pada takbir iftitah di awal shalat. Kemudian beliau melakukan hal yang
serupa pada sisa shalat beliau hingga pada saat duduk setel;ah sujud di mana
beliau mengucapkan salam, beliau mengakhirkan kaki kirinya dan duduk tawarruk
di atas sisi kirinya.” Mereka berkata,”Benar engkau. Demikianlah beliau Saw
mengerjakan shalat.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Daud).
3. Anas bin Malik berkata,”Bahwa Rasulullah Saw
mengangkat tangannya ketika memulai shalat dan apabila hendak ruku’.” (Hadist
riwayat Ibnu Majah, Bukhari dan Ad-Daruqutni).
4. Abu Musa Al-Asy’ari berkata,”Maukah saya tunjukkan
kepada kalian tata cara shalat Rasulullah Saw? Beliau bertakbir dan mengangkat
kedua tangannya untuk melakukan ruku’, kemudian mengucapkan sami’allahu liman
hamidah lalu mengangkat kedua tangannya. Lalu beliau berkata,”Demikianlah yang
harus kalian lakukan dan beliau tidak mengangkat kedua tangannya di antara dua
sujud.” (Hadist riwayatAd-Daruqutni dan Baihaqi).
5. Abu Bakar As-Siddik berkata,”Saya pernah shalat di
belakang Rasulullah Saw, beliau mengnagkat kedua tangannya di saat memulai
shalat apabila hendak ruku’ dan ketika mengangkat kepala dari ruku.” (Hadist
riwayat Al-Baihaqi).
6. Muhammad bin Ja’far berkata, Syu’bah menceritakan
kepada kami dari Al-Hakam, dia berkata,”Saya melihat Thawus sewaktu memulai
shalat, beliau mengangkat kedua tangannya, sewaktu ruku’ dan sewaktu mengangkat
kedua kepalanya dari ruku’, lalu salah seorang murid beliau menceritakan
kepadaku, bahwa beliau menceritakan kepada dia dari Ibnu Umar dan dari
Rasulullah Saw. Riwayat ini dari Ahmad sang Perawi Hadist.
7.
Ibnu Umar berkata,”Bahwa beliau mengangkat kedua
tangannya ketika hendak ruku’ dan ketika hendak sujud.” (Hadist riwayat
Bukhari).
8. Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya tidak sempurna
shalat seseorang di antara kalian hingga dia menyempurnakan wudhu’ seperti yang
Allah Swt perintahkan, kemudian bertakbir dan memuji Allah Swt, menyanjungNya
dan membaca bacaan Al-Qur’an yang di mudahkan baginya dan yang di ajarkan Allah
Swt kepadanya dan di izinkan baginya, kemudian beliau bertakbir dan ruku’
(meletakkan kedua tangan di atas kedua lututnya) hingga ruas tulang belakangnya
menjadi tenang dan lurus.” (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).
Tata Cara Ruku’
Rasulullah Saw
1. Abdullah bin Mas’ud berkata,”Apakah orang yang di
belakang kalian telah menunaikan shalat? Keduanya berkata,”Benar.” Lalu beliau
berdiri di tengah – tengah keduanya, salah seorang berada di bagian kanan
beliau dan yang satunya berada di sebelah kirinya, lalu kami ruku’ dan kami
meletakkan tangan kami di atas lutut kami, maka beliau memukul tangan – tangan
kami, kemudian beliau merapatkan kedua telapak tangan beliau dan meletakannya
di antara kedua pahanya, setelah beliau selesai melakukan shalat, beliau
berkata,”Demikianlah yang di lakukan
Rasulullah Saw.” (Hadist riwayat Muslim dan Ath-Thahawi).
2. Apabila salah seorang di antara kalian ruku’,
hendaknya dia membentangkan kedua lengannya di atas kedua pahanya dan hendaknya
dia menelungkupkan serta merapatkan jari – jari kedua tangannya, seolah – olah
saya melihat jari – jari Rasulullah Saw bersilangan.” (Hadist riwayat Muslmin,
Ath-Thahawi, Al-Baihaqi, Ahmad dan Abu Daud).
3. Abdullah berkata,”Rasulullah Saw mengajarkan kami
tata cara shalat, lalu beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya,
kemudian ruku’ dan merapatkan kedua tangannya dan meletakkannya di antara kedua
lututnya, lalu hal itu di sampaikan kepada Sa’ad dan beliau berkata,”Saudaraku
benar, kami pernah melakukan hal itu, kemudian beliau Saw memerintahkan kami
melakukan hal ini dan beliau memegang kedua lututnya.” (Hadist riwayat Bukhari,
Abu Daud, An-Nasai, Ahmad, Ad-Daruqutni dan Baihaqi).
4. Mush’ab bin Sa’ad berkata,”Saya mengerjakan shalat di
samping bapakku, saya rapatkan kedua telapak tanganku dan meletakkannya di antara
kedua pahaku, bapakku pun melarangku melakukannya seraya berkata,”Dahulu kami
melakukan hal tersebut, lalu kami di larangnya melakukannya dan kami di
perintahkan untuk meletakkan tangan kami di atas lutu.” (Hadist riwayat
Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai,Ath-Thahawi,Al-Baihaqi, At-Tarmidzi,
Ad-Darimi, Ibnu Majah dan Ahmad).
5. Abu Abdurrahman As-Sulami berkata,”Dulu ketika ruku’
kami letakkan tangan – tangan kami di antara paha – paha kami, maka Umar Ra
berkata,”Sesungguhnya termasuk sunnah Nabi Saw meletakkan di atas lutut.”
(Hadist riwayat At-Tarmidzi, An-Nasai, Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi).
6. Juga hadist dari Abu Humaid As-Saa’idi bersama
sepuluh sahabat Nabi Saw, dengan lafadz,”Kemudian beliau ruku’ dan meletakkan
telapak tangannya di atas kedua lututnya.” (Hadist riwayat Bukhari).
7. Rasulullah Saw bersabda,”Apabila engkau ruku’, maka
letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu lalu renggangkan jari
– jari tanganmu, lalu diamlah hingga masing – masing ruas tulangmu menempati
tempatnya.” (Hadist riwayat Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi).
8. Ibnu Umar Ra berkata,”Rasulullah Saw berkata kepada
seseorang Arab Badui,”Apabila engkau ruku’ letakkanlah kedua telapak tanganmu
di atas kedua lututmu, kemudian renggangkan jari – jari tanganmu. Kemudian
diamlah sehingga masing – masing ruas tulangmu menempati tempatnya.” (Hadist
riwayat Ibnu Hibban).
9. Ibnu Abbas Ra berkata,”Apabila engkau ruku’
letakkanlah telapak tanganmu di atas kedua lututmu hingga tuma’ninah, dan
apabila engkau sujud mantapkanlah dahimu di atas tanah hingga rata dengan
tanah.” (Hadist riwayat Ahmad).
Wajibnya
Tuma’ninah ketika Ruku’
1. Rasulullah Saw bersabda,”Sempurnakanlah ruku’ dan
sujud. Demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya! Sesungguhnya saya dapat
melihat kalian dari balik punggungku, apabila kalian melakukan ruku’ dan
apabila kalian melakukan sujud.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasai,
Al-Baihaqi, Ath-Thayalisi dan Ahmad).
2. Abu Hurairah Ra berkata,”Kekasihku Nabi Saw telah
melarangku mengerjakan shalat dengan mematuk sebagaimana seekor ayam yang
sedang mematuk dan berpaling seperti berpalingnya seekor musang dan duduk di
atas tumit seperti seekor kera.” (Hadist riwayat Ath-Thabrani, Ahmad dan Ibnu
Abi Syaibah).
3. Rasulullah Saw bersabda,”Pencuri yang paling jahat
adalah seseorang yang mencuri di dalam shalatnya.” Para
sahabat bertanya,”Wahai rasulullah Saw! Bagaimanakah bisa mencuri di dalam
shalatnya?” beliau bersabda,”Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”
(Hadist riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
4. An-Nu’man bin Murrah berkata,”Beliau (Nabi Saw)
mengerjakan shalat dan melirik dengan sudut matanya kepada seseorang yang tidak
meluruskan punggungnya sewaktu ruku’ dan sujud. Setelah beliau menyelesaikan
shalatnya, lalu beliau bersabda,”Wahai kaum muslimin, sesungguhnya tidak sah shalat
bagi yang tidak meluruskan punggungnya ketika ruku’ dan sujud, tidak sah shalat
seseorang hingga dia meluruskan punggungnya ketika ruku’ dan sujud.” (Hadist
riwayat An-Nasai, Abu Daud, At-Tarmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi,
Ath-Thayalisi, Ad-Daruqutni dan Ahmad).
Dzikir atau
Bacaan Ketika Ruku’
Dalam pelaksanaan ruku’ ini Rasulullah Saw mengucapkan beberapa macam dzikir atau do’a, kadang juga dengan sesuatu dzikir dan juga dengan berbagai macam dzikir lainnya.
Dalam pelaksanaan ruku’ ini Rasulullah Saw mengucapkan beberapa macam dzikir atau do’a, kadang juga dengan sesuatu dzikir dan juga dengan berbagai macam dzikir lainnya.
· Hudzaifah berkata,”Dia pernah mendengar Rasulullah
Saw ketika ruku’ mengucapkan Mahasuci Rabbku yang maha agung, tiga kali,
dan apabila sujud mengucapkan Mahasuci Rabbku yang maha tinggi, tiga kali.”
(Hadist riwayat Ibnu Majah, Ad-Daruqutni dan Ibnu Khuzaimah).
· Ibnu Mas’ud Ra berkata,”Termasuk sunnah adalah
seseorang mengucapkan sewaktu ruku’ : “Maha suci Rabbku yang Maha Agung dan
segala puji bagiNya, tiga kali. Dan sewaktu sujud mengucapkan : “Maha suci
Rabbku yang Maha Tinggi dan segala puji hanya bagiNya, tiga kali.” (Hadist
riwayat Ad-Daruqutni).
· Abu Malik Al-Asy’ari berkata,”Bahwa Rasulullah Saw
mengerjakan shalat dan ketika ruku’ beliau mengucapkan : “Maha suci Allah dan
segala puji hanya bagiNya, tiga kali dan kemudian beliau mengangkat kepalanya.”
(Hadist riwayat Ath-Thabrani dan Ahmad).
· Abdullah bin Aqram berkata,”Saya telah melihat
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan : “Anaha suci Rabbkuyang maha agung,
tiga kali.” (Hadist riwayat Ad-Daruqutni).
· Uqbah bin Amir berkata,”Ketika Allah menurunkan
firmanNya,”Dan bertasbihlah engkau atas nama Rabbmu yang Maha Agung,”
Rasulullah Saw bersabda,”Bacalah ia di saat kalian ruku’. Dan ketika Allah Swt
menurunkan firmanNya,”Dan bertasbihlah dengan nama Rabbmu yang
Maha Tinggi,” Beliaupun bersabda,”Bacalah ia di saat kalian sujud.”
(Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Ath-Thahawi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan
Ahmad).
· Ja’far bin Muhammad berkata,”Bertasbihlah sebanyak
tiga kali tasbih di saat ruku’ dan tiga kali tasbih di saat sujud.” (Hadist
riwayat Al-Baihaqi).
· Ibnu Mas’ud berkata,”Apabila salah seorang di antara
kalian di dalam ruku’nya mengucapkan, (Maha suci Rabbku yang Maha Agung) tiga
kali, maka ruku’nya telah sempurna, dan itu bacaan ruku’ yang paling sedikit.
Dan apabila sujud, dia mengucapkan, (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi) tiga kali,
maka sujudnya telah sempurna, dan itu bacaan sujud yang paling sedikit.”
(Hadist riwayatAbu Daud, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Ad-Daruqutni dan Al-Baihaqi).
· Abu Hurairah berkata,”Apabila salah seorang di antara
kalian ruku’ hendaknya dia bertasbih sebanyak tiga kali. Di karenakan yang ada
pada tubuhnya ikut bertasbih kepada Allah tiga ratus tiga puluh tiga tulang dan
tiga ratus tiga puluh tiga urat.” (Hadist riwayat Ad-Daruqutni dan
At-Tarmidzi).
· Rasulullah Saw pernah sekali waktu lebih banyak
mengulanginya daripada biasanya, yakni pada shalat lail, hingga ruku’ beliau
hampir sama lama dengan berdirinya. Dan beliau membaca tiga surah yang panjang,
(Al-Baqarah, An-Nisaa’ dan Ali Imran) yang di selingi dengan do’a dan
istighfar, lalu beliau ruku’ dan mengucapkan di dalam ruku’nya (Maha suci
Rabbku yang Maha Agung). Maha suci dan Maha Qudus Rabb segenap malaikat dan
ruh.” (Hadist riwayat Ahmad dan Al-hakim).
· Aisyah Ra berkata,”Bahwa Rasulullah Saw ketika ruku’
dan sujud mengucapkan : “Maha suci Rabbku yang Maha Agung dan Maha suci Rabbku
yang Maha Tinggi.” (Hadist riwayat Muslim, Abu Awanah, Abu Daud, An-Nasai,
Al-Baihaqi, Ad-Daruqutni dan Ahmad).
· Abdullah bin Mas’ud berkata,”Nabi Saw apabila
melakukan ruku’ atau sujud beliau mengucapkan,”Maha suci engkau dan segala puji
hanya bagiMu. Saya meminta ampunan kepadaMu dan saya bertaubat kepadaMu.”
(Hadist riwayat Ath-Thabrani).
· Jabir berkata,”Apabila Nabi Saw ruku’, beliau
mengucapkan,”Yaa Allah, hanya kepadaMu saya ruku’ dan hanya kepadaMu saya beriman
dan hanya kepadaMu saya berserah diri dan hanya kepadaMu saya bertawakkal.”
(Hadist riwayat Ad-Daruqutni, Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Al-Walid bin Abdul Malik berkata,”Seseorang dari
kalangan sahabat Nabi Saw mengerjakan shalat di belakang beliau (Nabi Saw),
lalu beliau membaca surah Al-Baqarah, orang tersebut pada keesokan harinya
berkata kepada beliau,”Wahai Nabiyullah, saya berkeinginan untuk shalat serupa
dengan shalatmu, naun saya tidak sanggup.” Beliau bersabda,”Sesungguhnya kalian
tidak akan sanggup, karena saya adalah orang yang paling takut kepada Allah.”
Memperlama
Ruku’
1. Al-Barra’ bin Azib berkata,”Rasulullah Saw melakukan
ruku’, dan apabila bangkit dari ruku’, sujud dan duduk di antara dua sujud,
hampir sama lamanya.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan
At-Tarmidzi).
2. Ruku’, berdiri setelah ruku’, duduk di antara dua
sujud yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kami tidak mengetahui manakah yang
lebih utama.” (Hadist riwayat Ahmad).
3. Ibnu Abi Laila berkata,”Saya memperhatikan shalat
Muhammad Saw, maka saya mendapati berdiri beliau, ruku’ beliau, I’tidal setelah
ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud berikutnya dan duduk di antara
salam dan ketika hendak berpaling, beliau melakukannya hampir sama lamanya.”
(Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, Ad-Darimi dan Ahmad).
Larangan
membaca Al-Qur’an ketika Ruku’
1. Rasulullah Saw melarang membaca Al-Qur’an ketika
ruku’ dan sujud, beliau bersabda,”Ketahuilah, bahwa saya telah di larang
membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud. Adapun ketika ruku’, maka agungkanlah
Rabb kalian, sedangkan ketika sujud maka bersungguh – sungguhlah berdo’a, maka
di sinilah kalian lebih dekat untuk di kabulkan.” (Hadist riwayat At-Tarmidzi,
Muslim, Abu Awanah, Abu Daud, An-Nasai, Ad-Darimi, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan
Ahmad).
2. Ali bin Abi Thalib Krh berkata,”Rasulullah Saw
melarangku membaca Al-Qur’an di saat ruku’ dan sujud.” (Hadist riwayat Muslim,
Abu Awanah, Abu Daud, An-Nasai, Al-Baihaqi dan Ahmad).
3. Ali bin Abi Thalib Krh berkata,”Rasulullah Saw
bersabda kepadaku,”Wahai Ali, sesungguhnya saya mencintaimu sebagaimana saya
mencintai diriku sendiri. Dan saya membenci sesuatu padamu sebagaimana saya
membencinya pada diriku. Janganlah engkau membaca Al-Qur’an di saat engkau
ruku’ dan juga di saat engkau ujud. Dan janganlah engkau mengerjakan shalat
sedangkan engkau mengikat rambutmu, di karenakan itu adalah bokong syaithan,
dan janganlah engkau duduk di atas kedua telapak kakimu di saat duduk di antara
dua sujud, dan janganlah engkau mainkan kerikil, dan janganlah engkau melipat
kedua lenganmu, dan janganlah engkau memperbaiki bacaan imam, dan janganlah
engkau memakai cincin yang terbuat dari emas, dan janganlah engkau memakai
pakaian sutera dan janganlah engkau mengendarai keledai yang beralaskan kain
bersulam sutera.” (Hadist riwayat Ath-Thayalisi).
4. An-Nu’man bin Sa’ad berkata,”Bahwa seseorang bertanya
kepadanya,”Apakah yang harus di ucapkan di saat ruku’ dan sujud? Lalu beliau
menjawab,”Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya saya di larang membaca
Al-Qur’an di saat ruku’ dan sujud. Apabila kalian ruku’ maka agungkanlah Allah,
dan apabila kalian sujud, bersungguh – sungguhlah memohon, karena saat sujud,
do’a kalian lebih dekat untuk di kabulkan.” (Hadist riwayat Ath-Thahawi).
I’tidal dan
Bacaannya
1. Abu Hurairah Ra berkata,”Apabila Rasulullah Saw
mengerjakan shalat, beliau bertakbir di saat berdiri, lalu bertakbir ketika
ruku’, lalu beliau mengucapkan : “Allah mendengar orang yang memujiNya.”
Sewaktu mengangkat punggungnya dari ruku’, di saat berdiri beliau mengucapkan :
“Wahai Rabb kami, segala puji hanya bagiMu,” lalu beliau bertakbir di saat
hendak turun sujud dan bertakbir sewaktu mengangkat kepalanya dari sujud, lalu
bertakbir di saat hendak turun sujud, lalu bertakbir di saat mengangkat
kepalanya. Kemudian beliau melakukan hal itu di dalam shalatnya hingga selesai.
Dan beliau bertakbir sewaktu berdiri dari raka’at yang kedua setelah duduk.”
(Hadist riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasai, Al-Baihaqi dan Ahmad).
2. Abu Hurairah Ra berkata,”Apabila Rasulullah Saw
mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau mengucapkan,”Yaa Allah Rabb kami, dan segala
puji hanya bagiMu.” (Hadist riwayat An-Nasai, Ad-Darimi dan Ahmad).
Memperlama
Berdiri I’tidal dan Wajib Tuma’ninah ketika I’tidal
Rasulullah Saw menjadikan berdiri di saat I’tidal hampir sama lamanya dengan ruku’ beliau, bahkan terkadang beliau berdiri hingga seseorang berkata,”Mungkin beliau telah lupa (karena lamanya beliau berdiri).”
Rasulullah Saw menjadikan berdiri di saat I’tidal hampir sama lamanya dengan ruku’ beliau, bahkan terkadang beliau berdiri hingga seseorang berkata,”Mungkin beliau telah lupa (karena lamanya beliau berdiri).”
1. Anas bin Malik berkata,”Sesungguhnya saya akan
memperlihatkan bagaimana saya shalat sebagaimana saya telah melihat Rasulullah
Saw mengerjakan shalat (mengajarkannya) kepada kami. Lalu Anas melakukan
sesuatu yang menurut kalian belum pernah melakukannya. Apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau berdiri lurus tegak, hingga seseorang
berkata,”Mungkin dia telah lupa,” dan apabila beliau mengangkat kepalanya
bangun dari sujud, beliau duduk terdiam lama, hingga seseorang berkata,”Mungkin
beliau telah lupa.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim dan Al-Baihaqi).
2.
Syu’bah Ra berkata,”Beliau memerintahkan agar
tuma’ninah ketika I’tidal. Beliau bersabda kepada sahabat yang keliru dalam
shalatnya,”Lalu angkatlah kepalamu hingga engkau berdiri tegak lurus (dan
masing – masing ruas tulang menempati tempatnya) dan beliau mengingat orang
itu,”Sesungguhnya shalat seseorang tidak sempurna jika tidak melakukan seperti
itu.” (Hadist riwayat Ahmad).
3. Anas pernah menyifati shalat Nabi Saw, lalu beliau
mengerjakan shalat. Apabila beliau mengangkat kepalanya bangkit dari ruku’,
beliau berdiri, hingga kami mengatakan,”Mungkin beliau telah lupa.” (Hadist
riwayat Al-Baihaqi, Bukhari, Ath-Thayalisi dan Ahmad).
Sujud, Takbir
serta Mengangkat Kedua Tangan sewaktu Hendak Turun Sujud.
1. Malik bin al-Huwairits berkata,”Bahwa beliau telah
melihat Nabi saw mengangkat kedua tangannya sewaktu shalat, ketika ruku’,
ketika bangkit dari ruku’, ketika hendak sujud dan ketika bangun dari sujud
beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua ujung
telinganya.” (Hadist riwayat An-Nasai, Abu Awanah dan Ahmad).
2. Wail Al-Hadhrami berkata,”Bahwa dia pernah shalat
bersama Nabi Saw. Beliau mengucapkan takbir apabila hendak turun dan bangkit,
dan mengangkat kedua tangannya setiap kali bertakbir.” (Hadist riwayat
Ad-Darimi dan Ath-Thayalisi).
3. Anas bin Malik berkata,”Rasulullah Saw mengangkat
kedua tangannya apabila memulai shalat dan apabila hendak ruku’ dan ketika
bangkit dari ruku’ dan sewaktu hendak sujud.” (Hadist riwayat Ad-Daruqutni).
4. Abdullah bin Umar,”Bahwa Nabi Saw mengangkat kedua
tangannya ketika bertakbir untuk ruku’ dan ketika bertakbir hendak turun sujud.”
(Hadist riwayat Ath-Thabrani).
Melaksanakan
Sujud dengan Mendahulukan Kedua Tangan
1. Wail bin Hujr berkata,"Saya telah melihat
Rasulullah Saw apabila melakukan sujud, beliau meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya, dan apabila bangun dari sujud, beliau mengangkat kedua
tangannya sebelum kedua lututnya." (Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai,
At-Tarmidzi dan Ad-Darimi).
2. Anas bin Malik berkata,"Saya telah melihat
Rasulullah Saw turun sambil bertakbir dan kedua lutut beliau mendahului kedua
tangannya." (Hadist riwayat Ad-Daruqutni, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
3. Abu Hurairah Ra berkata,"Bahwa apabila Nabi Saw
sujud, beliau memulainya dengan kedua lututnya sebelum kedua tangannya."
(Hadist riwayat Ath-Thahawi dan Abu Daud).
4. Sa'ad bin Abu Al-Waqqash Ra berkata,"Kami
awalnya meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut, lalu kami di perintahkan
untuk meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan." (Hadist riwayat
Al-Hazimi dan Ibnu Khuzaimah).
5. Beliau meletakkan kedua tangannya di atas tanah
sebelum kedua lututnya. Dan beliau memerintahkan hal itu. Beliau
bersabda,"Apabila seseorang di antara kalian sujud, janganlah dia turun
seperti seekor unta yang turun duduk, hendaknya dia meletakkan kedua tangannya
sebelum kedua lututnya." (Hadist riwayat Ibnu Khuzaimah, Ad-Daruqutni,
Ath-Thahawi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-Hadzimi).
Tata Cara Sujud
· Rasulullah Saw bersabda,"Kedua tangan sujud
sebagaimana wajah sujud. Apabila seseorang di antara kalian meletakkan
wajahnya, hendaknya dia meletakkan kedua tangannya. Dan apabila dia
mengangkatnya, hendaknya dia mengangkat kedua tangannya." (Hadist riwayat
Abu Daud, Ahmad, An-Nasai, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
· Al-Barra' bin Azib berkata,"Rasulullah Saw
melakukan sujud dengan telapak tangannya." (Hadist riwayat Al-Hakim,
Ahmad, An-Nasai, Abu Daud dan Al-Baihaqi).
· Al-Barra' berkata,"Beliau menghamparkan kedua
telapak tangannya, mengangkat pinggang dan merenggangkannya, kemudian beliau
berkata,"Demikianlah Nabi Saw melakukan sujud." (Hadist riwayat Abu
Daud dan Al-Baihaqi).
· Wail bin Hujr berkata,"Bahwa Nabi Saw apabila
melakukan sujud, beliau merapatkan jari - jari tangannya." (Hadist riwayat
Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
· Al-Barra'
berkata,"Apabila Nabi Saw ruku', beliau meratakan punggungnya, dan apabila
sujud, beliau mengarahkan jari – jari tangannya kearah kiblat dan
merapatkannya." (Hadist riwayat Al-Baihaqi).
·
Sufyan berkata,"Beliau sujud dan kedua tangannya
mendekati kedua telinganya." (Hadist riwayat Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Rasulullah Saw memantapkan hidung dan dahinya di atas
tanah." (Hadist riwayat At-Tarmidzi, Abu Daud dan Ath-Thahawi).
· Rasulullah Saw bersabda,"Apabila seseorang hamba
sujud, maka tujuh anggota tubuhnya haruslah menyertainya sujud, wajahnya, kedua
telapak tangannya, kedua lututnya, kedua telapak tangannya, kening dan
hidung." (Hadist riwayat Muslim, Bukhari, Abu Awanah, Al-Baihaqi dan
An-Nasai).
· Rasulullah Saw bersabda tentang seseorang yang
mengerjakan shalat dan menguncir atau mengikat rambut bagian belakang
kepalanya,"Perumpamaan orang ini seperti seseorang yang mengerjakan shalat
dan menjalin rambutnya. Dan beliau juga bersabda,"Demikian itu adalah
pantat syaithan, yaitu tempat duduk syaithan, yaitu tempat syaithan menancapkan
pintalannya. Beliau tidak sujud sambil menghamparkan lengannya, bahkan melarang
perbuatan tersebut. Beliau mengangkat kedua lengannya dan menjauhkannya dari
kedua lambungnya hingga bagian putih ketiak beliau terlihat dari
belakang." (Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, Abu Awanah, An-Nasai,
Ad-Darimi dan Al-Baihaqi).
Wajib Tuma'ninah
Ketika Sujud
Rasulullah Saw memerintahkan untuk selalu menyempurnakan ruku' dan sujud, dan juga memisalkan seseorang yang tidak melakukan hal itu adalah seumpama seseorang yang lapar lalu makan sebiji kurma atau dua biji kurma yang sama sekali tidak mengenyangkannya. Rasulullah Saw bersabda,"Sesungguhnya hal itu adalah seburuk – buruknya pencuri."
Rasulullah Saw menghukum batalnya shalat seseorang yang tidak menegakkan punggungnya ketika ruku' dan sujud, sebagaimana yang telah di cantumkan pada riwayat – riwayat pembahasan di atas, dan beliau memerintahkan para sahabat yang keliru dalam mengerjakan shalatnya untuk melakukan tuma'ninah sewaktu sujud.
Rasulullah Saw memerintahkan untuk selalu menyempurnakan ruku' dan sujud, dan juga memisalkan seseorang yang tidak melakukan hal itu adalah seumpama seseorang yang lapar lalu makan sebiji kurma atau dua biji kurma yang sama sekali tidak mengenyangkannya. Rasulullah Saw bersabda,"Sesungguhnya hal itu adalah seburuk – buruknya pencuri."
Rasulullah Saw menghukum batalnya shalat seseorang yang tidak menegakkan punggungnya ketika ruku' dan sujud, sebagaimana yang telah di cantumkan pada riwayat – riwayat pembahasan di atas, dan beliau memerintahkan para sahabat yang keliru dalam mengerjakan shalatnya untuk melakukan tuma'ninah sewaktu sujud.
Dzikir atau
Bacaan Sewaktu Sujud
Rasulullah Saw sewaktu sujud mengucapkan dzikir atau do'a, yaitu :
Rasulullah Saw sewaktu sujud mengucapkan dzikir atau do'a, yaitu :
- Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi (3 Kali)
- Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dan segala puji
hanya bagiMu (3 Kali)
- Maha suci dan Maha Qudus, Rabb segenap Malaikat dan
Ruh
- Maha suci engkau Yaa Allah dan segala puji hanya
bagiMu Yaa Allah, ampunilah aku.
- Yaa Allah, hanya kepadaMu saya sujud dan kepadaMu
saya beriman, kepadaMu saya berserah diri, engkaulah Rabbku. Wajahku sujud di
hadapan dzat yang telah menciptakannya dan membentuknya hingga sebagus – bagus
bentuk dan memberikan pendengaran dan penglihatan, Maha suci Allah sebaik –
baik pencipta.
- Yaa Allah, ampunilah dosaku semuanya, baik yang
sedikit maupun yang banyak, yang terdahulu maupun yang akhir, yang nampak
mapupun tersembunyi.
- Segala naluri dan khayalku sujud kepadaMu, hati
sanubariku beriman kepadaMu, saya mengakui segala nikmatMu bagiku, inilah kedua
tanganku dan segala kejahatan yang telah kuperbuat atas diriku.
-
Maha suci Allah, dzat yang memiliki segala
keperkasaan, kekuasaan, kebesaran serta keagungan
- Maha suci engkau Yaa Allah, dan segala puji hanya bagiMu,
tiada sembahan yang hak selain engkau
- Yaa Allah, ampunilah segala dosa yang saya lakukan
secara sembunyi maupun terang – terangan.
Nah,
bacaan ini juga sering beliau mengucapkannya dalam sujud beliau.
· Aisyah Ra berkata,"Suatu malam yang merupakan malam
giliranku dari Rasulullah Saw, namun beliau tidak kunjung hadir, saya menyangka
beliau berada di rumah salah satu isteri – isteri beliau. Rasa cemburuku pun
muncul, namun saya mendapati beliau tengah sujud bagaikan pakaian yang di
jatuhkan, dan saya mendengar beliau mengucapkan,"Segala naluri dan
khayalku sujud kepadaMu. Hati sanubariku beriman kepadaMu. Saya mengakui segala
nikmatMu bagiku. Inilah kedua tanganku dan segala kejahatan yang telah
kuperbuat atas diriku, wahai dzat yang Maha Agung. Engkaulah yang di harapkan
dari segala dosa – dosa besar. Ampunilah setiap dosa besarku." Aisyah
berkata, lalu beliau mengangkat kepalanya dan berkata,"Apa yang
menyebabkan engkau keluar?" Aisyah berkata,"Saya telah berprasangka buruk terhadap dirimu." Beliau bersabda,"Sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu adalah dosa, maka mintalah ampunan kepadaNya.
Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan aku untuk
mengucapkankalimat – kalimat yang telah engkau dengarkan, maka ucapkanlah
kalimat – kalimat tersebut di dalam sujudmu, karena barang siapa yang
mengucapkannya, tidaklah dia mengangkat kepalanya kecuali dia telah di
ampuni." (Hadist riwayat Abu Ya'la, Bukhari dan Muslim).
· Aisyah berkata,"Rasulullah Saw sewaktu sujud
pada saat mengerjakan shalat al-lail, mengucapkan : "Maha suci engkau,
tiada sesembahan selalin engkau." (Hadist riwayat Muslim).
· Abdullah bin Abbas Ra berkata,"Saya menginap di
rumah bibiku Maimunah binti Al-Harist, dan Rasulullah Saw bermalam di rumah
beliau juga, lalu saya melihat beliau berdiri untuk suatu keperluan, beliau
mengambil sebuah timba dan menulurkan talinya, kemudian beliau berwudhu' untuk
shalat. Lalu beliau berdiri dan mengerjakan shalat, sewaktu sujud beliau
mengucapkan : "Yaa Allah, jadikanlah di dalam kuburku dan cahaya pada
lisanku. Dan berilah cahaya pada pendengaranku, berilah cahaya pada
penglihatanku, berilah di bawahku cahaya dan berilah di atasku cahaya dan di
sisi kananku cahaya dan di sisi kiriku cahaya dan berikanlah di bagian depanku
cahaya dan berilah di belakangku dan berilah di dalam diriku cahaya dan
agungkanlah cahaya itu bagiku." (Hadist riwayat An-Nasai, Muslim, Abu
Awanah, Ath-Thayalisi dan Ahmad).
Larangan Membaca
Al-Qur'an Dalam Sujud
Rasulullah Saw melarang membaca Al-Qur'an ketika ruku' dan sujud, bahkan memerintahkan agar bersungguh – sungguh serta memperbanyak do'a pada rukun shalat ini (sujud).
Rasulullah Saw bersabda,"Sedekat – dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya adalah ketika hamba itu sujud, maka perbanyaklah do'a pada saat tersebut." Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Rasulullah Saw melarang membaca Al-Qur'an ketika ruku' dan sujud, bahkan memerintahkan agar bersungguh – sungguh serta memperbanyak do'a pada rukun shalat ini (sujud).
Rasulullah Saw bersabda,"Sedekat – dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya adalah ketika hamba itu sujud, maka perbanyaklah do'a pada saat tersebut." Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Memperlama Waktu
Sujud
Rasulullah Saw menjadikan sujud waktunya hampir sama waktunya dengan ruku', bahkan terkadang beliau lebih sering memanjangkan sujudnya di karenakan ada sesuatu hal, seperti di katakan oleh para sahabat Nabi Saw (Syaddad bin Al-Haad).
Rasulullah Saw keluar menemui kami untuk mengerjakan salah satu dari shalat Al-Asyiyi (shalat zhuhur dan ashar) sambil menggendong Hasan dan Husin, lalu Nabi Saw maju kedepan dan meletakkannya di samping kanannya, kemudian beliau bertakbir dan mengerjakan shalat, lalu beliau sujud di tengah – tengah shalatnya dan memperpanjang sujudnya, Sahabat lalu berkata,"Lalu saya mengangkat kepalaku dan ternyata seorang anak kecil sedang berada di punggung beliau ketika sujud, lalu saya kembali sujud." Setelah Rasulullah Saw menyelesaikan shalatnya, orang – orang mengatakan,"Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda melakukan sujud dengan sangat lama di tengah – tengah shalat anda ini, hingga kami menyangka telah terjadi sesuatu atau telah turun sebuah wahyu kepada anda." Beliau bersabda,"Semua itu tidak terjadi, hanya anakku ini menunggangiku dan saya tidak ingin membuatnya bergegas hingga dia menyelesaikan hajatnya." (Hadist riwayat An-Nasai, Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
Anas berkata,"Rasulullah Saw pernah sujud kemudian Al-Hasan dan Al-Husin datang kepada beliau dan menunggangi punggungnya, sehingga beliau memperpanjang sujudnya." Lalu ada yang berkata,"Wahai Nabi Allah, anda telah memperpanjang sujud?" Rasulullah Saw menjawab,"Anakku menunggangiku dan saya tidak ingin membuatnya bergegas." (Hadist riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).
Rasulullah Saw menjadikan sujud waktunya hampir sama waktunya dengan ruku', bahkan terkadang beliau lebih sering memanjangkan sujudnya di karenakan ada sesuatu hal, seperti di katakan oleh para sahabat Nabi Saw (Syaddad bin Al-Haad).
Rasulullah Saw keluar menemui kami untuk mengerjakan salah satu dari shalat Al-Asyiyi (shalat zhuhur dan ashar) sambil menggendong Hasan dan Husin, lalu Nabi Saw maju kedepan dan meletakkannya di samping kanannya, kemudian beliau bertakbir dan mengerjakan shalat, lalu beliau sujud di tengah – tengah shalatnya dan memperpanjang sujudnya, Sahabat lalu berkata,"Lalu saya mengangkat kepalaku dan ternyata seorang anak kecil sedang berada di punggung beliau ketika sujud, lalu saya kembali sujud." Setelah Rasulullah Saw menyelesaikan shalatnya, orang – orang mengatakan,"Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda melakukan sujud dengan sangat lama di tengah – tengah shalat anda ini, hingga kami menyangka telah terjadi sesuatu atau telah turun sebuah wahyu kepada anda." Beliau bersabda,"Semua itu tidak terjadi, hanya anakku ini menunggangiku dan saya tidak ingin membuatnya bergegas hingga dia menyelesaikan hajatnya." (Hadist riwayat An-Nasai, Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
Anas berkata,"Rasulullah Saw pernah sujud kemudian Al-Hasan dan Al-Husin datang kepada beliau dan menunggangi punggungnya, sehingga beliau memperpanjang sujudnya." Lalu ada yang berkata,"Wahai Nabi Allah, anda telah memperpanjang sujud?" Rasulullah Saw menjawab,"Anakku menunggangiku dan saya tidak ingin membuatnya bergegas." (Hadist riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).
Sujud di atas
Tanah atau Permadani (Sajadah)
· Terkadang beliau sujud di atas tanah yang bercampur
dengan air, dan itu terjadi pada shalat subuh pada malam kedua puluh satu bulan
ramadhan, sewaktu hujan turun dan atap masjid, yang terbuat dari pelepah kurma
bocor, maka beliau mengerjakan shalat di atas air dan tanah. Abu Sa'id
Al-Khudri berkata,"Dengan kedua mataku saya melihat asulullah Saw
menyelesaikan shalat dan pada dahi serta hidung beliau nampak bekas – bekas air
dan tanah." (Hadist riwayat Bukhari, Malik, Abu Daud dan Al-Baihaqi).
· Abu Sa'id Al-Khudri berkata,"Rasulullah Saw
terkadang mengerjakan shalat di atas sebuah tikar kecil dan terkadang di atas
permadani." (Hadist riwayat Muslim dan Ahmad).
· Maimunah (Isteri Nabi Saw) berkata,"Rasulullah
Saw pernah megerjakan shalat di atas tikar kecil (al-khumrah)." (Hadist
riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ad-Darimi, Ibnu Majah,
Ath-Thayalisi dan Ahmad).
· Anas bin Malik Ra berkata,"Bahwa Nabi Saw
mengerjakan shalat di atas permadani." (Hadist riwayat Ad-Darimi dan
Ahmad).
· Anas bin Malik Ra berkata,"Sesungguhnya saya
tidak sanggup mengerjakan shalat bersama anda, sementara dia adalah seorang
yang sangat gemuk, maka dia pun membuat makanan untuk Nabi Saw dan mengajak
beliau memerciki ujung permadani itu, lalu beliau shalat di atasnya dua
raka'at." (Hadist riwayat Bukhari, Abu Daud dan Ahmad).
· Abu Sa'id Al-Khudri berkata,"Bahwa beliau masuk
mengunjungi Rasulullah Saw dan mendapati beliau sedang mengerjakan shalat di
atas sebuah permadani dan sujud di atasnya." (Hadist riwayat Muslim, Abu
Awanah, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Bangkit dari
Sujud
Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud seraya bertakbir, dan memerintahkan hal itu kepada sahabat beliau yang keliru dalam pelaksanaan shalatnya. Beliau bersabda,"Tidak akan sempurna shalat seseorang di antara manusia hingga dia sujud dan ruas – ruas tulangnya menjadi tenang, kemudian mengucapkan Allahu Akbar dan mengangkat kepalanya hingga duduk rata." (Hadist riwayat Abu Daud dan Al-Hakim).
Wail bin Hujr berkata,"Saya mengerjakan sahalat bersama Rasulullah Saw, apabila beliau bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian beliau berselimut dan tangan kirinya di genggam dengan tangan kanannya, dan memasukkan kedua tangan beliau di balik bajunya. Apabila beliau hendak ruku', beliau mengeluarkan kedua tangannya kemudian mengangkatnya. Apabila hendak mengangkat kepalanya dari ruku' beliau mengangkat kedua tangannya kemudian beliau sujud dan meletakkan wajah beliau di antara kedua tangannya. Apabila beliau hendak mengangkat kepalanya dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya hingga beliau menyelesaikan shalatnya." (Hadist riwayat Abu Daud dan Ahmad). Abdullah bin Thawus shalat di sampingku ketika di Mina di masjid Al-Khaif. Apabila beliau sujud pada sujud yang pertama dan mengangkat kepalanya dari sujud pertama tersebut, dia mengangkat kedua tangannya di hadapan wajahnya, dan saya waktu itu mengingkarinya, lalu saya berkata kepada Wuhaib bin Khalid : "Sesungguhnya dia ini telah melakukan sesuatu yang saya belum pernah melihat seorangpun melakukannya." Maka Wuhaib berkata kepadanya,"Engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah seorangpun melakukannya?" Abdullah bin Thawus berkata,"Saya telah melihat bapakku melakukannya dan bapakku berkata,"Sesungguhnya saya telah melihat Ibnu Abbas melakukannya, dan Abdullah bin Abbas berkata,"Saya telah melihat Rasulullah Saw melakukannya." (Hadist riwayat Ibnu Majah).
Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud seraya bertakbir, dan memerintahkan hal itu kepada sahabat beliau yang keliru dalam pelaksanaan shalatnya. Beliau bersabda,"Tidak akan sempurna shalat seseorang di antara manusia hingga dia sujud dan ruas – ruas tulangnya menjadi tenang, kemudian mengucapkan Allahu Akbar dan mengangkat kepalanya hingga duduk rata." (Hadist riwayat Abu Daud dan Al-Hakim).
Wail bin Hujr berkata,"Saya mengerjakan sahalat bersama Rasulullah Saw, apabila beliau bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian beliau berselimut dan tangan kirinya di genggam dengan tangan kanannya, dan memasukkan kedua tangan beliau di balik bajunya. Apabila beliau hendak ruku', beliau mengeluarkan kedua tangannya kemudian mengangkatnya. Apabila hendak mengangkat kepalanya dari ruku' beliau mengangkat kedua tangannya kemudian beliau sujud dan meletakkan wajah beliau di antara kedua tangannya. Apabila beliau hendak mengangkat kepalanya dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya hingga beliau menyelesaikan shalatnya." (Hadist riwayat Abu Daud dan Ahmad). Abdullah bin Thawus shalat di sampingku ketika di Mina di masjid Al-Khaif. Apabila beliau sujud pada sujud yang pertama dan mengangkat kepalanya dari sujud pertama tersebut, dia mengangkat kedua tangannya di hadapan wajahnya, dan saya waktu itu mengingkarinya, lalu saya berkata kepada Wuhaib bin Khalid : "Sesungguhnya dia ini telah melakukan sesuatu yang saya belum pernah melihat seorangpun melakukannya." Maka Wuhaib berkata kepadanya,"Engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah seorangpun melakukannya?" Abdullah bin Thawus berkata,"Saya telah melihat bapakku melakukannya dan bapakku berkata,"Sesungguhnya saya telah melihat Ibnu Abbas melakukannya, dan Abdullah bin Abbas berkata,"Saya telah melihat Rasulullah Saw melakukannya." (Hadist riwayat Ibnu Majah).
Duduk
Al-Iftirasy dan Al-Iq'aa sewaktu Duduk Antara Dua Sujud
· Abdullah bin Umar dan dari bapaknya, beliau berkata,
bahwa Rasulullah Saw bersabda,"Termasuk sunnahku di dalam shalat adalah
dengan menegakkan kaki kanan dan menghadapkan jari – jari kaki kearah kiblat
dan duduk di atas kaki yang kiri." (Hadist riwayat An-Nasai dan Bukhari).
·
Abu Az-Zubair berkata,"Bahwa dia melihat
Abdullah bin Umar apabila sujud hingga mengangkat kepalanya bangun dari sujud
yang pertama, beliau duduk di atas jari – jari kakinya dan berkata,"Ini
adalah bagian dari as-sunnah." (Hadist riwayat Al-Baihaqi).
· Mu'awiyah bin Hudaij berkata,"Saya telah melihat
Thawus melakukan duduk Al-Iq'aa, maka saya berkata,"Saya telah melihatmu
duduk al-iq'aa. Beliau berkata,"Sama sekali engkau tidak melihatku
melakukan duduk al-iq'aa, selain pada shalat. Saya telah melihat Al-Abadillah
Ats-Tsalatsahtelah melakukannya, hal itu mereka adalah yaitu, Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Az-Zubair. (Hadist riwayat Bukhari
dan At-Tarmidzi).
· Thawus berkata,"Saya pernah melihat Ibnu Umar
dan Ibnu Abbas, keduanya duduk al-iq'a di antara dua sujud, di atas ujung jari
– jari kedua kakinya." (Hadist riwayat Bukhari dan At-Tarmidzi).
· Abu Hurairah Ra berkata,"Rasulullah Saw melarang
kami dari tiga perkara, mematuk di dalam shalat sebagaimana layaknya seekor
ayam, duduk al-iq'a sebagaimana duduknya anjing dan berpaling seperti seekor
musang." (Hadist riwayat Ahmad, Abu Ya'la dan Ath-Thabrani).
·
Samurah bin Jundub berkata,"Rasulullah Saw
melarang kami melakukan duduk al-iq'a di dalam shalat." (Hadist riwayat
Ahmad, Abu Ya'la dan Ath-Thabrani).
Wajib Tuma'ninah
sewaktu Duduk Antara Dua Sujud
· Rasulullah Saw senantiasa tuma'ninah sehingga tiap
tulang kembali pada persendiannya. Hal itu beliau perintahkan kepada para
sahabat yang shalatnya tidak benar, beliau bersabda,"Tidak sempurna shalat
salah seorang di antara kalian sebelum dia melakukan hal itu." Beliau
memanjangkan tuma'ninahnya sehingga hampir mendekati lama sujudnya. Dan
terkadang beliau berdiam lama sehingga seorang akan mengatakan bahwa beliau
telah lupa. (Hadist riwayat Al-Baihaqi dan Abu Daud).
· Abu Hurairah Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw
bersabda," Tidak sempurna shalat salah seorang di antara kalian sebelum
dia melakukan hal itu (tuma'ninah sehingga tiap tulang kembali pada
persendiannya)." (Hadist riwayat Abu Daud dan Al-Baihaqi).
Bacaan Ketika
Duduk Antara Dua Sujud
Rasulullah Saw mengucapkan bacaan ini sewaktu duduk di antara dua sujud :
Rasulullah Saw mengucapkan bacaan ini sewaktu duduk di antara dua sujud :
- Yaa Allah, ampunilah aku, berilah aku rahmatMu,
cukupilah kekuranganku, tinggikanlah derajatku, berilah aku petunjukMu,
kasihanilah aku, dan berilah aku rezekiMu.
- Wahai Rabbku, ampunilah dosa – dosaku, wahai Rabbku
ampunilah dosa – dosaku." Beliau mengucapkan kedua do'a tersebut pada saat
melaksanakan shalat al-lail. (Hadist riwayat Abu Daud, At-Tarmidzi, Ibnu Majah,
Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Ibnu Abbas berkata,"Bahwa Nabi Saw sewaktu duduk
di antara dua sujud mengucapkan seperti do'a di atas." (Hadist riwayat Abu
Daud, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Ummu Salamah Ra berkata,"Bahwa Nabi Saw pada
saat duduk di antara dua sujud sering mengucapkan : "Wahai Rabbku,
ampunilah aku, kasihilah aku dan tunjukilah aku jalan yang lurus." (Hadist
riwayat Ahmad).
Sujud yang Kedua
dan Tata Cara Bangkit Dari Sujud
· Kemudian beliau bertakbir dan sujud untuk yang kedua
kalinya dan beliau memerintahkan hal itu kepada para sahabat yang telah keliru
dalam tata cara ibadah shalatnya. Beliau berkata kepadanya setelah menyuruhnya
tuma'ninah pada saat duduk di antara dua sujud, kemudian engkau ucapkan :
"Allahu Akbar, lalu engkau sujud hingga ruas tulangmu menjadi mapan, dan
setelah itu lakukan gerakan itu pada setiap shalatmu." (Hadist riwayat Abu
Daud, Al-Hakim dan Ahmad).
· Rasulullah Saw bersabda,"Selanjutnya lakukan hal
itu pada setiap raka'at shalat yang engkau kerjakan. Apabila engkau telah
melakukannya, maka shalatmu telah sempurna, apabila salah satu ada yang kurang,
maka shalatmu pun ada yang kurang." (Hadist riwayat Ahmad dan
At-Tarmidzi).
Duduk Istirahat
· Malik bin Al-Huwairits berkata,"Maukah kalian
saya beritahukan tentang shalat Rasulullah Saw?" bahwa Rasulullah Saw
suatu kali mengerjakan shalat di lura waktu shalat. Apabila beliau mengnagkat
kepalanya dari sujud kedua pada raka'at pertama, beliau duduk tegak, kemudian
bangkit berdiri dan bertelekan di atas tanah dengan kedua tangannya."
(Hadist riwayat An-Nasai dan Al-Baihaqi).
·
"Apabila beliau bangkit dari raka'at pertama dan
ketiga, yang mana tidak di lakukan duduk tasyahud, beliau duduk tegak, kemudian
baru bangkit berdiri." (Hadist riwayat Ath-Thahawi, Ahmad, Bukhari dan
Muslim).
·
Wail bin Hujr berkata,"Bahwa Nabi Saw sewaktu
melakukan sujud, kedua lututnya menyentuh tanah mendahului kedua telapak
tangannya. Dan sewaktu beliau sujud, beliau meletakkan keningnya di antara
kedua telapak tangannya dan melebarkannya menjauhi kedua ketiak beliau. Dan
apabila beliau hendak berdiri, beliau berdiri dengan kedua lututnya dan
bertelekan pada kedua pahanya." (Hadist riwayat Abu Daud).
· Abu Hurairah Ra berkata,"Nabi Saw ketika bangkit
berdiri pada saat shalat dengan bertopang pada kedua telapak kakinya."
(Hadist riwayat At-Tarmidzi).
Cara Berdiri Untuk Menuju Pada Raka'at yang Kedua
Rasulullah Saw bangkit berdiri untuk menuju kepada raka'at yang kedua dengan bertekanan di atas tanah, dan beliau mengepalkan kedua tangannya sewaktu shalat dan bertelekan dengan kedua tangannya sewaktu hendak berdiri. Apabila beliau hendak bangkit berdiri ke raka'at kedua beliau memulai dengan bacaan Alhamdilillahi rabbil 'alamiin, dan beliau tidak diam sedikitpun.
· Abu Hurairah Ra berkata,"Apabila Nabi Saw
berdiri pada raka'at yang kedua, beliau memulai bacaan Al-Fatiha dan tidak diam
walau sesaat." (Hadist riwayat Muslim).
Wajib Membaca
Al-Fatiha Pada Tiap Raka'at
Beliau telah memerintahkan sahabat yang keliru dalam tata cara sahalatnya untuk membaca Al-Fatiha pada tiap raka'at shalat, di mana beliau bersabda setelah memerintahkan sahabat tersebut untuk membaca Al-Fatiha pada raka'at pertama.
Beliau telah memerintahkan sahabat yang keliru dalam tata cara sahalatnya untuk membaca Al-Fatiha pada tiap raka'at shalat, di mana beliau bersabda setelah memerintahkan sahabat tersebut untuk membaca Al-Fatiha pada raka'at pertama.
· Lalu lakukan hal itu pada setiap shalatmu dan pada
setiap raka'atnya shalat (pada setiap raka'at di baca Al-Fatiha)." (Hadist
riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad).
· Jabir Ra berkata,"Barang siapa yang mengerjakan
suatu raka'at pada shalat dan tidak membaca ummu al-qur'an (Al-Fatiha), maka
dia di anggap tidak shalat, kecuali bila berada di belakang imam." (Hadist
riwayat Imam Malik).
Tasyahud Awal
Cara duduk
sewaktu tasyahud
· Wail bin Hujr, beliau berkata,"Saya mendatangi
Rasulullah Saw dan saya melihat beliau mengawali shalat dengan mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan kedua bahunya dan juga apabila beliau hendak ruku'.
Apabila beliau duduk pada raka'at kedua, beliau menidurkan telapak kaki kiri
beliau kebelakang dan menegakkan telapak kaki kanannya dan mengisyaratkan
dengan telunjuk beliau sewaktu berdo'a, dan meletakkan tangan kiri beliau di
atas paha kiri beliau. Kemudian saya mendatangi mereka para sahabat lainnya dan
saya melihat mereka mengangkat tangan mereka dari balik al-burnus (sejenis
pakaian tebal) mereka." (Hadist riwayat An-Nasai).
· Abdullah bin Mas'ud Ra berkata,"Rasulullah Saw
mengajarkan padaku sifat tasyahud pada pertengahan dan akhir shalat. Beliau
mengucapkan sewaktu duduk tawarruk pada kaki kirinya di pertengahan dan pada
akhir shalat Attahiyyatul…dst, kemudian dia mengatakan,"Adapun pada
pertengahan shalat, beliau bangkit berdiri setelah menyelesaikan bacaan
tasyahud, sedangkan pada raka'at akhir, beliau membaca do'a yang beliau
inginkan lalu mengucapkan salam." (Hadist riwayat Imam Ahmad).
· Apabila beliau duduk pada saat membaca tasyahud,
beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan meletakkan
telapak tangan kirinya di atas paha kirinya." (Hadist riwayat Muslim dan
Abu Awanah).
· Rasulullah Saw melarang seseorang yang shalat sambil
duduk bertumpu pada tangan kirinya, beliau bersabda,"Sesungguhnya seperti
ini shalatnya kaum yahudi." Selanjutnya ,"Janganlah engkau duduk
seperti itu, karena duduk seperti itu adalah duduknya kamum yang di
adzab." (Hadist riwayat Al-Hakim dan Al-baihaqi).
· Rasulullah Saw melarang seseorang duduk dengan
bertumpu pada tangannya pada saat dia mengerjakan shalat." (Hadist riwayat
Al-Hakim).
· Rasulullah Saw bersabda,"Ini adalah duduknya
kaum yang di murkai Allah." (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).
Menggerakkan
Jari Ketika Tasyahud
· "Dan apabila beliau duduk sambil membaca
tasyahud, beliau meletakkan telapak tangan kirinya di atas lutut kirinya dan
mengembangkannya di atas lutut beliau. Beliau menggenggam jari – jari tangan
kananya dan mengisyaratkan dengan jari telunjuk beliau ke kiblat dan
mengarahkan pandangan beliau ke jari telunjuknya atau kearah kiblat, dan ketika
beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya, beliau meletakkan ibu jari tangannya
ke jari tengah, dan terkadang beliau membentuk lingkaran dengan ibu jari dan
jari tengahnya, dan kemudian beliau mengenggamkan jari kelingking dan jari
manis, sedangkan jari tengah membentuk lingkaran dengan ibu jari dan
mengisyratkan dengan jari telunjuk. Apabila beliau mengacungkan jari
telunjuknya, beliau menggeraka – gerakkannya sambil berdo'a" (Hadist
riwayat Muslim, Al-Baihaqi dan Imam Malik).
· Ali bin Abdurrahman Al-Mu'awi berkata,"Abdullah
bin Umar melihatku mempermainkan kerikil ketika shalat, setelah saya menyelesaikan
shalatku, beliau melarangku dari perbuatan tersebut dan
mengatakan,"Lakukanlah seperti yang di perbuat Rasulullah Saw." Maka
saya bertanya,"Bagaimana Rasulullah Saw melakukannya?" Maka beliau
menjawab seperti riwayat di atas." (Hadist riwayat Muslim, Bukhari, Abu
Daud, An-Nasai dan Ahmad).
· Ibnu Umar berkata,"Isyarat dengan telunjuk ini
sebagai penghalau syaithan. Seseorang tidak akan terlupakan selama dia
melakukan hal ini, lantas ia mengacungkan jari telunjuknya." (Hadist
riwayat Al-Baihaqi, Abu Awanah dan Imam Malik).
· Nafi' berkata,"Apabila Abdullah bin Umar duduk
pada shalatnya, beliau meletakkan kedua tangannya di atas lututnya dan
mengisyaratkan dengan jari telunjuknya serta pendangannya mengikuti isyarat
tersebut. Kemudian dia berkata,"Rasulullah Saw bersabda,"Isyarat
dengan telunjuk ini lebih keras bagi syaithan di bandingkan besi, yakni jari
telunjuk." (Hadist riwayat Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).
· Abdullah bin Az-Zubair berkata,"Apabila
Rasulullah Saw duduk tasyahud, beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha
kanannya dan tangan kirinya, lalu mengisyaratkan dengan telunjuknya serta
pandangan beliau tidak terlepas dari isyarat tersebut." (Hadist riwayat
Abu Daud, An-Nasai, Al-Baihaqi dan Ahmad).
·
Ibnu Umar berkata,"Apabila beliau duduk tasyahud,
beliau meletakkan tangan kirinya dan tangan kanannya di atas lutut kanannya dan
beliau membuat simpul dengan jari – jarinya serta mengisyaratkan dengan
telunjuknya." (Hadist riwayat Muslim, Abu Awanah, Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Abdullah bin Az-Zubair berkata,"Apabila
Rasulullah Saw membaca do'a tasyahud, beliau meletakkan tangan kanan beliau di
atas paha kanannya dan tangan kirinya beliau di atas paha kiri. Kemudian beliau
mengisyaratkan dengan jari telunjuknya dan meletakkan ibu jari beliau pada jari
tengah dan di genggamkan, sedangkan telapak tangan kiri beliau menutupi
lututnya." (Hadist riwayat Muslim dan Al-Baihaqi).
· Abdullah bin Az-Zubair berkata,"Bahwa Nabi Saw
mengisyaratkan dengan jari telunjuk beliau sewaktu berdo'a dan tidak menggerak
– gerakkannya." (Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai dan Al-Baihaqi).
Wajib Tasyahud
Awal dan Di Syari'atkan Membaca Do'a
Abdullah bin Buhainah berkata,"Rasulullah Saw mengimami kami dua raka'at, kemudian beliau berdiri dan tidak duduk, maka kaum muslimin ikut berdiri mengikuti beliau. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya dan kami menunggu beliau mengucapkan salam, beliau lantas sujud dua kali dalam keadaan duduk sebelumkan salam. Setelah itu barulah beliau mengucapkan salam." (Hadist riwayat Malik, Imam Muhammad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Ziyad bin'Alaqah berkata,"Al-Mughirah bin Syu'bah mengimami kami shalat, pada saat beliau telah melaksanakan dua raka'at shalat, beliau langsung berdiri dan tidak duduk, maka para makmum di belakang beliau bertasbih, lalu beliau mengisyaratkan kepada mereka agar ikut berdiri. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau mengucapkan salam dan menlakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud lalu salam. Beliau mengatakan,"Demikianlah yang di perbuat Rasulullah Saw." (Hadist riwayat Abu Daud, Ad-Darimi, At-Tarmidzi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda,"Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, lalu dia berdiri dari duduknya dan belum menyempurnakan berdirinya, maka hendaknya dia duduk kembali dan tidak di wajibkan bagi dia melakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud. Apabila dia telah sempurna berdiri, hendaknya dia meneruskan shalatnya dan melakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud dalam keadaan dia duduk." (Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Rasulullah Saw memerintahkan sahabat yang keliru dalam tata cara shalatnya, beliau mengajari para sahabatnya tasyahud sebagaimana mengajari para sahabat beliau surah – surah Al-Qur'an. Abdullah bin Mas'ud Ra berkata,"Rasulullah Saw mengajarkan kami tasyahud sebagaimana mengajarkan surah – surah Al-Qur'an. Karena sesungguhnya tidak sah shalat tanpa membaca tasyahud" (Hadist riwayat Muslim, An-Nasai, Ahmad dan Ath-Thabrani).
Abdullah bin Buhainah berkata,"Rasulullah Saw mengimami kami dua raka'at, kemudian beliau berdiri dan tidak duduk, maka kaum muslimin ikut berdiri mengikuti beliau. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya dan kami menunggu beliau mengucapkan salam, beliau lantas sujud dua kali dalam keadaan duduk sebelumkan salam. Setelah itu barulah beliau mengucapkan salam." (Hadist riwayat Malik, Imam Muhammad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Ziyad bin'Alaqah berkata,"Al-Mughirah bin Syu'bah mengimami kami shalat, pada saat beliau telah melaksanakan dua raka'at shalat, beliau langsung berdiri dan tidak duduk, maka para makmum di belakang beliau bertasbih, lalu beliau mengisyaratkan kepada mereka agar ikut berdiri. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau mengucapkan salam dan menlakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud lalu salam. Beliau mengatakan,"Demikianlah yang di perbuat Rasulullah Saw." (Hadist riwayat Abu Daud, Ad-Darimi, At-Tarmidzi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda,"Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, lalu dia berdiri dari duduknya dan belum menyempurnakan berdirinya, maka hendaknya dia duduk kembali dan tidak di wajibkan bagi dia melakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud. Apabila dia telah sempurna berdiri, hendaknya dia meneruskan shalatnya dan melakukan sujud sahwi sebanyak dua kali sujud dalam keadaan dia duduk." (Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Ahmad).
Rasulullah Saw memerintahkan sahabat yang keliru dalam tata cara shalatnya, beliau mengajari para sahabatnya tasyahud sebagaimana mengajari para sahabat beliau surah – surah Al-Qur'an. Abdullah bin Mas'ud Ra berkata,"Rasulullah Saw mengajarkan kami tasyahud sebagaimana mengajarkan surah – surah Al-Qur'an. Karena sesungguhnya tidak sah shalat tanpa membaca tasyahud" (Hadist riwayat Muslim, An-Nasai, Ahmad dan Ath-Thabrani).
Bacaan – Bacaan
Tasyahud
· Rasulullah Saw mengajarkan beberapa macam lafadz
tasyahud, yaitu : Rasulullah Saw mengajariku tasyahud dan telapak tanganku
berada di dalam genggaman kedua telapak tangan beliau sebagaimana halnya beliau
mengajariku surah – surah Al-Qur'an, maka bacalah Attahiyyatulillah
washshalawatu waththayyibatu assalamu'alaina 'alaika ayyuhannabiy, wa
rahmatullahi wa barakatuh, assalamu'alaina wa'aala 'ibadillahish shaalihiin.
Asyahadu alla ilaaha illallah wa asyhadu'anna muhammadan abduhu
warasuluh." Ucapan tersebut kami ucapkan pada saat beliau masih hidup
berada di sisi kami, adapun sepeninggal beliau kami mengucapkan :
"Assalamu'alaina 'alannabiyyi annabiyyi wa rahmatullahi wabarakatuh,
assalamu'alaina min rabbina." (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud,
An-Nasai, Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan Ahmad).
· Abu Musa Al-Asy'ari berkata,"Rasulullah Saw
bersabda : "Apabila dalam keadaan duduk tasyahud, hendaknya ucapan yang
pertama kali di ucapkan yaitu,"Attahiyyatu aththayyibaatu, ashshalawaatu lillah.
Assalamu'alaika ayyuhan nabiyy wa rahmatullahi wa barakaatuh. Assalamu'alainaa
wa 'alaa ibadillah ashshaalihin. Asyhadu allah ilaaha illallah wahdahulaa
syariikalah, wa asyhahadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh." (Hadist
riwayat Al-Baihaqi dan Muslim).
· Umar bin Khattab Ra berkata,"Kalian ucapkanlah
Attahiyatulillah, azzaakiyatu lillah, aththayyibatulillah,
assalamu'alaika…(selanjutnya sama dengan di atas). (Hadist riwayat Imam Malik,
Imam Muhammad, Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi).
· Al-Qasim bin Muhammad mengatakan,"Aisyah telah
mengajarkankan kami tasyahud, seraya memberu isyarat dengan tangannya dan
beliau mengatakan : "Attahiyatulillah, azzaakiyatu lillah,
aththayyibatulillah, assalamu'alaika…(selanjutnya sama dengan di atas). (Hadist
riwayat Al-Baihaqi).
Tempat Ucapan
Shalawat dan Bacaannya
· Rasulullah Saw mengucapkan shalawat untuk diri beliau
sendiri di dalam tasyahud awal dan lainnya, dan beliau menjadikan hal itu
sebagai sunnah untuk umatnya. Beliau memerintahkan umat beliau untuk
mengucapkan shalawat kepada beliau setelah ucapan salam kepadanya. (Hadist
riwayat An-Nasai dan Abu Awanah).
· Rasulullah Saw sendiri berdo'a sebagai berikut :
"Allahumma shalli 'ala aali muhammad, kamaa shalaita 'alaa ibrahiim, wa
'alaa aali ibrahiim, Allahumma baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad,
kamaa baarakta 'alaa ibrahiim, wa 'alaa aali ibrahiim, innaka hamiidun
majiid." (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, At-Tarmidzi,
Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ath-Thahawi, Ath-Thabrani, Al-Baihaqi, Ath-Thayalisi dan
Ahmad).
· Abdurrahman bin Abi Laila berkata,"Ka'ab bin
'Ujrah bertemu denganku, lalu berkata,"Maukah engkau saya berikan sebuah
hadiah?" Sesungguhnya Nabi Saw telah keluar mengunjungi kami, lalu
kami mengatakan,"Wahai Rasulullah,
kami telah mengetahui tata cara mengucapkan salam kepada anda, lalu
bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepada anda?" Beliau
bersabda,"Ucapkanlah…(seperti yang di atas)." (Hadist riwayat
Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, At-Tarmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah,
Ath-Thahawi, Ath-Thabrani, Al-Baihaqi, Ath-Thayalisi dan Ahmad).
· Ibnu Mas'ud berkata,"Apabila salah seorang di
antara kalian membaca tasyahud dalam shalat, hendaknya dia mengucapkan
Allahumma shalli 'ala muhammad sampai akhirnya." (Hadist riwayat Al-Hakim
dan Al-Baihaqi).
· Ibnu Mas'ud Ra berkata,"Rasulullah Saw
mengajarkan kepadaku tasyahud, sebagaimana mengajarkan surah – surah Al-Qur'an,
lalu beliau menyebutkan bacalah Allahumma shalli 'ala muhammad…dst."
(Hadist riwayat Ath-Thabrani dan Ad-Daruqutni).
· Buraidah berkata,"Rasulullah Saw berkata :
"Wahai Buraidah! Apabila engkau duduk di dalam shalatmu, janganlah engkau
sampai melupakan membaca tasyahud dan shalawat kepadaku, karena shalawat
kepadaku adalah zakatnya shalat." (Hadist riwayat Ad-Daruqutni).
· Ka'ab bin 'Ujrah berkata,"Bahwa beliau di dalam
shalatnya mengucapkan Allahumma shalli 'ala muhammad…dst." (Hadist riwayat
Asy-Syafi'i dari jalan Ka'ab bin 'Ujrah).
· Abu Hurairah Ra berkata,"Wahai Rasulullah,
bagaimanakah kami mengucapkan shalwat kepadamu, yaitu di dalam shalat? Beliau
bersabda,"Ucapkanlah : Allhumma shalli 'ala muhammad…dst." (Hadist
riwayat Asy-Syafi'i).
Bangkit Berdiri
ke Raka'at Ketiga dan keempat
· Rasulullah Saw bangkit ke raka'at yang ketiga sambil
bertakbir dan beliau memerintahkan hal itu kepada seorang sahabat yang keliru
dalam shalatnya, sabda beliau,"Apabila berdiri dari duduk tasyahud, maka
bertakbir lalu berdiri, dan mengangkat kedua tangan serta terkadang bersamaan
dengan takbir, apabila hendak bangkit ke raka'at keempat, maka ucapkan : "Allahu
Akbar." Kemudian duduk tegak di atas kaki kiri, hingga masing – masing
ruas tulang belakang berada di tempatnya, lalu bangkit sambil bertumpu dengan
kedua tangannya di atas tanah. (Beliau melakukan Al-'Ajn, yaitu bertumpu di
atas kedua tangannya apabila bangkit berdiri).
· Malik bin Al-Huwairits berkata,"Apabila Nabi Saw
mengangkat kepalanya bangkit dari sujud, yakni raka'at pertama dan ketiga, di
mana beliau duduk tegak kemudian berdiri." (Hadist riwayat Ath-Thabrani
dan Al-Baihaqi).
· Ibnu Mas'ud berkata,"Sepintas saya melihat
Abdullah bin Mas'ud ketika sedang shalat, saya melihatnya bangkit dan tidak
duduk. Dan dia berkata,"Ia bangkit bertumpu pada punggung telapak kakinya
pada raka'at pertama dan ketiga." (Hadist riwayat Ath-Thabrani dan
Al-Baihaqi).
· Al-Azraq bin Qais berkata,"Saya telah melihat
Ibnu Umar, apabila beliau bangkit dari raka'at yang kedua beliau bertumpu
dengan tangannya di atas tanah. Maka saya berkata kepada anak dan yang berada
di majelis beliau, mungkin beliau melakukan hal ini di sebabkan umur beliau
yang sudah tua?" mereka mengatakan,"Tidak, akan tetapi seperti
ini." (Hadist riwayat Al-Baihaqi).
Qunut Nazilah
Dalam Shalat Lima
Waktu
Qunut nazilah ini sering di amalkan oleh para khulafaur rasyidin, karena penggunaannya adalah do'a yang di bacakan ketika shalat pada tempat yang khusus sambil berdiri.
Qunut nazilah ini sering di amalkan oleh para khulafaur rasyidin, karena penggunaannya adalah do'a yang di bacakan ketika shalat pada tempat yang khusus sambil berdiri.
1. Abu Hurairah Ra berkata,"Bahwa Rasulullah Saw
hendak mendo'akan seseorang akan kebaikan atau kecelakaan, beliau membaca qunut
setelah ruku', beliau sering membaca setelah mengucapkan " "Sami'allahu
liman hamiidah."-Allahumma rabbana lakal hamdu. Ya Allah, selamatkanlah Al-Waliid bin Al-Waliid,
Salamah bin Hisyam, dan Isyasy bin Abi Rabi'ah. Yaa Allah! Keraskanlah
himpitanMu bagi kabilah Mudhar dan jadikanlah tahun – tahun mereka layaknya
tahun – tahun kaum Nabi Yusuf As. Kemudian beliau berkata,"Allahu Akbar,
lalu beliau sujud. (kabilah mudhar pada saat itu adalah kaum yang menentang
Rasulullah Saw). Dan beliau menjaharkan do'a ini, dan sekali waktu pada shalat
subuh, beliau mengucapkan : "Yaa Allah, laknatlah si fulan dan si
fulan." Ini di tujukan kepada beberapa kabilah arab, hingga Allah
menurunkan firmanNya : "Tak sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka
itu." (Q.S Surah Ali Imran Ayat
128). (Hadist riwayat Bukhari, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaimah, Ath-Thahawi,
Al-Baihaqi dan Ahmad).
2. Abu Umar An-Nahdi berkata,"Umar membaca qunut
pada shalat subuh, hingga suara beliau terdengar sampai kebelakang
masjid." (Hadist riwayat
3. Al-Hasan berkata,"Bahwa Ubay bin Ka'ab mengimami
kaum muslimin pada bulan ramadhan dan beliau membacakan qunut di pertengahan
akhir ramadhan. Do'a qunut tersebut di perdengarkan kepada mereka
(makmum)." (Hadist riwayat
4. Tsabit berkata,"Kami berada bersama Anas bin
Malik, lalu beliau menulis sebuah kitabdi tengah – tengah keluarga beliau.
Beliau berkata,"Saksikanlah wahai segenap penghafal qur'an! Tsabit
mengatakan,"Saya kurang menyukai hal itu, maka saya berkata,"Wahai
Abu Hamzah! Bagaimana jika anda menyebutkan nama – nama mereka?" beliau
berkata,"Ada
apa dengan ucapan itu, kalau saya mengatakan kepada kalian para penghafal
qur'an? Maukah kalian saya ceritakan tentang perihal saudara – saudara kalian
yang kami namakan mereka di zaman rasulullah Saw sebagai para penghafal
qur'an?" lantas beliau menyebutkan bahwa mereka ada sejumlah tujuh puluh
orang. Apabila malam telah menyelimuti mereka, mereka bergegas menuju seorang
pengajar mereka di Madinah, kemudian mereka belajar malam itu hingga menjelang
subuh, apabila telah subuh, di antara mereka yang memiliki kekuatan cukup
meminum air segar dan memansakan diri dengan kayu bakar, dan di antara mereka
yang memiliki kelapangan, mengumpulkan harta mereka lalu membeli anak kambing
dan mengolahnya, hingga pada harinya anak kambing itu masih bergelantungan di
depan kamar Rasulullah Saw. Ketika Khubaib terbunuh, Rasulullah Saw mengutus
mereka mendatangi salah sati kabilah Bani Sulaim, di antara mereka adalah
pamanku, Haraam. Maka, Haraam berkata kepada pemimpin mereka,"Biarkanlah
saya memberitahukan kepada kereka, bahwa bukan kami yang mereka inginkan, agar
supaya mereka membiarkan kita melintas." Maka Haraam berkata kepada
mereka,"Sesungguhnya bukan kami yang kalian inginkan, maka biarkanlah kami
melintas." Maka seseorang menghadang mereka dengan sebuah anak panah dan
membidikkannya kepada dia, dan ketika anak panah telah mengenai tenggorokannya,
dia berkata,"Allahu Akbar, engkau telah menang, demi Rabbul Ka'bah!"
dia berkata,"Maka mereka membantai para penghafal qur'an hingga tidak
seorangpun dari mereka yang tersisa." Lalu Anas berkata,"Saya tidak
pernah melihat Rasulullah Saw begitu murkanya sebagaimana kemurkaan beliau
terhadap mereka. Dan saya telah melihat Rasulullah Saw pada shalat subuh
mengangkat kedua tangannya dan mendo'akan kecelakaan bagi mereka (pada riwayat
lain : sedang mendo'akan kecelakaan bagi mereka)." (Hadist riwayat Ahmad
dan Ath-Thabrani).
Qunut Dalam
Shalat Witir
1. Ubay bin Ka'ab Ra berkata,"Bahwa Rasulullah Saw
pernah mengajarkan shalat witir, lalu beliau membaca qunut sebelum ruku'."
(Hadist riwayat An-Nasai dan Ibnu Majah).
2. Ibnu Mas'ud Ra dan para sahabat Nabi Saw qunut pada
shalat witir sebelum ruku'." (Hadist riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
3. Rasulullah Saw mengajarkan aku di dalam shalat
witirku )pada raka'at terakhir), apabila saya mengangkat kepalaku (dari ruku')
sebelum melakukan sujud, maka bacalah qunut." (Hadist riwayat Al-Baihaqi,
Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).
Tasyahud Akhir
Tasyahud Akhir
adalah wajib.
1. Rasulullah Saw menyempurnakan raka'at yang keempat,
beliau duduk membaca tasyahud akhir. Beliau memerintahkan untuk membaca bacaan
seperti yang di baca pada tasyahud awal dan melakukan seperti yang di lakukan
pada tasyahud awal, hanya saja pada tasyahud akhir, beliau duduk tawarruk,
yaitu duduk dengan menmpelkan pangkal kaiki kiri pada tanah dan mengeluarkan
kedua ujung kaki beliau kiri dan kanan berada pada sisi yang sama, dan
meletakkan kaki kirinya berada di bawah paha dan betisnya, dan menegakkan
telapak kaki kanannya, terkadang beliau menghamparkannya, beliau merengkuh
lututnya dengan tangan kirinya sambil menekan lututnya." (Hadist riwayat
Abu Daud dan Al-Baihaqi).
2.
Abdullah bin Az-Zubair Ra berkata,"Apabila
Rasulullah Saw duduk pada shalatnya, beliau meletakkan kaki kirinya di antara
paha dan betisnya, lalu menidurkan telapak kaki kirinya, dan meletakkan tangan
krinya di atas lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya di atas paha
kanannya dan mengisyaratkan dengan jari (telunjuk) nya." (Hadist riwayat
Muslim, Abu Awanah, Abu Daud, Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani).
3. Wail bin Hujr berkata,"Ketika beliau duduk
tasyahud, beliau menidurkan kaki kirinya, lalu duduk di atasnya dan meletakkan
telapak tangan kiri di atas paha kirinya serta meletakkan pergelangan tangan
kanannya di atas paha kanannya, kemudian beliau menggenggam jari jemarinya dan
membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah, lalu berdo'a dengan
isyarat jari lainnya (telunjuk)." (Hadist riwayat An-Nasai, Ad-Darimi,
Ath-Thabrani, Al-Baihaqi dan Ahmad).
4.
Rasulullah Saw bersabda,"Termasuk sunnah ketika
shalat dengan menegakkan kaki kananmu dan engkau melipat kaki kirimu."
(Hadist riwayat Malik dan Bukhari).
Ucapan Shalawat
kepada Nabi adalah Wajib
Beliau telah mendengar seseorang yang berdo'a di dalam shalatnya, namun orang itu tidak memuji Allah Swt dan juga tidak mengucapkan shalawat kepada Nabi, maka Nabi Saw mengatakan,"Orang ini sangat tergesa – gesa." Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepada orang itu dan juga kepada yang lainnya,"Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan shalat, hendaknya dia memulai dengan bacaan tahmid dan pujian kepada Rabbnya. Setelah itu membacakan shalawat kepada nabi, kemudian membaca do'a yang di kehendakinya.
Beliau telah mendengar seseorang yang berdo'a di dalam shalatnya, namun orang itu tidak memuji Allah Swt dan juga tidak mengucapkan shalawat kepada Nabi, maka Nabi Saw mengatakan,"Orang ini sangat tergesa – gesa." Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepada orang itu dan juga kepada yang lainnya,"Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan shalat, hendaknya dia memulai dengan bacaan tahmid dan pujian kepada Rabbnya. Setelah itu membacakan shalawat kepada nabi, kemudian membaca do'a yang di kehendakinya.
1. Rasulullah Saw telah mendengar seseorang yang
mengerjakan shalat, kemudian memuji dan bertahmid kepada Allah dan mengucapkan
shalawat kepada Nabi, maka Rasulullah Saw bersabda,"Berdo'alah, niscaya
akan di kabulkan, dan mintalah, niscaya akan di beri." (Hadist riwayat
Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tarmidzi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
2. Ibnu Mas'ud berkata,"Saya pernah shalat di
belakang Abu Bakar dan Umar sedang bersama dengan Nabi Saw, sewaktu saya duduk,
saya memulai dengan pujian kepada Allah, lalu shalawat kepada nabi, kemudian
saya berdo'a untuk diriku. Maka Nabi Saw bersabda,"Mintalah, niscaya
engkau akan di beri! Mintalah, niscaya engkau akan di beri!." (Hadist riwayat
At-Tarmidzi).
3. Ibnu Umar berkata,"Rasulullah Saw besabda :
"Shalat tidak shahih kecuali dengan membaca Al-Fatiha, bacaan tasyahud dan
shalawat kepadaku." (Hadist riwayat Al-Baihaqi dan At-Tarmidzi).
Berdo'a Sebelum
Salam dan Bacaannya
1. Aisyah Ra berkata,"Saya telah mendengar
Rasulullah Saw bersabda : "Yaa Allah, hitunglah setiap amalku dengan
hitungan yang mudah." Setelah beliau selesai, saya bertanya,"Wahai
Nabi Allah, apakah perhitungan yang mudah itu?" beliau menjawab,"Dengan
melihat pada kitabnya kemudian dia di ampuni. Sesungguhnya barang siapa
perhitungannya di pertanyakan pada hari itu wahai Aisyah, niscaya dia akan
celaka, dan setiap yang menimpa seorang hamba mukmin akan di hapuskan oleh
Allah dari dirinya, walau itu sebuah duri yang menusuknya." (Hadist
riwayat Al-Hakim dan Ahmad).
2. Abdullah berkata,"Rasulullah Saw melewatiku di
saat saya tengah mengerjakan shalat, kemudian beliau bersabda,"Mintalah,
niscaya engkau akan di kabulkan, wahai Ibnu Ummu Abdi." Umar
berkata,"Maka saya berlomba dengan Abu Bakar, tetapi Abu bakar akhirnya
mendahuluiku, maka beliau mengatakan,"Sesungguhnya di antara do'a yang
hampir tidak pernah saya tinggalkan adalah : "Yaa Allah, sesungguhnya saya
memohon kepadaMu kenikmatan yang tidak akan sirna, kesenangan yang tiada hentinya
dan menjadi teman Nabi Muhammad Saw di syurga tertinggi, syurga yang
Al-Khuldi." (Hadist riwayat Al-Hakim dan An-Nasai, Bukhari, Muslim,
At-Tarmidzi dan Al-Baihaqi).
3. Do'a sebelum salam : "Yaa Allah, ampunilah dosa
– dosaku yang telah lampau maupun yang akan datang, dosa – dosa yang aku
sembunyikan maupun yang aku lakukan dengan terang – terangan dan segala
perbuatanku yang berlebih – lebihan maupun perbuatan yang engkau lebih
mengetahui dari pada aku. Engkaulah dzat yang terdahulu dan engkau pula dzat
yang akhir. Tiada sembahan yang hak selain engkau." (Hadist riwayat
Muslim, Abu Awanah, At-Tarmidzi dan Al-Baihaqi).
Ucapan Salam
1. Rasulullah Saw mengucapkan salam
kekanan,"Assalamu'alaikum wa rahmatullah." Hingga pipi beliau yang
putih terlihat dan mengucapkan salam kekiri,"Assalamu'alaikum wa
rahmatullah." Hingga pipi beliau juga terlihat, terkadang beliau
menambahkan pada ucapan salam yang pertama dengan,"Wa barakaatuh."
(Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Ad-Daruqutni,
Ath-Thahawi, AthThabrani dan Al-Baihaqi).
2. Wasi' bin Habban berkata,"Saya bertanya kepada
Ibnu Umar Ra,"Kabarkanlah kepadaku tentang shalat Rasulullah Saw,
bagaimanakah pelaksanaannya?" dia berkata,"Lalu beliau menyebutkan
takbir setiap kali meletakkan kepala beliau dan setiap kali mengangkatnya. Dan
beliau menyebutkan salam : "Assalamu'alaikum wa rahmatullaah." Kearah
kanan, dan Assalamu'alaikum." Kearah kiri." (Hadist riwayat An-Nasai
dan Ahmad).
Wajibnya
Mengucapkan Salam
1. Rasulullah Saw mengatakan,"Akhir shalat adalah
salam." (Hadist riwayat Bukhari, Abu Daud, Al-Baihaqi dan At-Tarmidzi).
2.
Ibnu Amru Ra berkata,"Apabila seseorang telah
berhadast dan telah duduk di akhir shalatnya sebelum dia mengucapkan salam,
maka shalatnya telah di terima." (Hadist riwayat Abu Daud, Al-Baihaqi dan
At-Tarmidzi).
Tentang
pelaksanaan tata cara shalat Rasulullah Saw ini, berlaku sama bagi laki – laki
dan perempuan, tidak ada terdapat keterangan dari riwayat – riwayat yang shahih
dari Rasulullah Saw tentang shalat ini yang mengatakan ada pengecualian bagi
wanita pada sebagian atau keseluruhan dari tata cara shalat itu.
Jika ada yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara laki - laki dan perempuan tentang cara sujud umpamanya, maka hadist yang meriwayatkan itu adalah banyak kelemahannya dari berbagai sisi dan tidak dapat di jadikan sandaran, lebih baik menghindari cara ibadah yang bid'ah dan tidak sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw dalam periwayatannya.
Jika ada yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara laki - laki dan perempuan tentang cara sujud umpamanya, maka hadist yang meriwayatkan itu adalah banyak kelemahannya dari berbagai sisi dan tidak dapat di jadikan sandaran, lebih baik menghindari cara ibadah yang bid'ah dan tidak sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw dalam periwayatannya.
Bacaan – bacaan dalam shalat :
Membaca Ta’awudz, maksudnya minta perlindungan kepada Allah Swt dari godaan atau gangguan dari iblis, jin dan syaithan, berdasarkan dalil Al-Qur’an berikut ini : “Waqurrabbi a’udzubika min hamadzatissyaithiin.”Artinya : “Ucapkanlah, wahai Rabbku, saya berlindung kepada engkau dari perasaan was – was yang di tiupkan syaithan.” (Al-Mu’minuun Ayat 97) seterusnya pada Surah An-Nahl Ayat : 98, “Fa’idza qara’tal qur’aanaa fasta’idz billahi.” Artinya Apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah.”,
Juga dari hadist : “Dari Abu Said Al-Khudri Ra, “Apabila Rasulullah Saw mengerjakan shalat Al-Lail, beliau bertakbir lalu mengucapkan maha suci engkau ya Allah…dst seperti dia atas, lalu beliau mengucapkan Allah maha besar dan agung sebanyak tiga kali dan saya berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha melihat.”(Hadist riwayat Abu Daud, Tarmidzi, Baihaqi dan Ahmad).
Hadist dari Jubair bin Muth’im Ra, beliau mengatakan : “Saya melihat Rasulullah Saw sewaktu mengerjakan shalat beliau mengucapkan, “Allah maha besar lagi maha agung, Allah maha besar lagi maha agung, segala puji hanya bagi Allah pujian yang sangat banyak, segala puji hanya bagi Allah, maha suci Allah pada pagi dan sore hari sebanyak tiga kali, lalu sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari syaithan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongannya dan tiupan mantera – manteranya.” (Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Hakim, Baihaqi dan Ahmad), juga dari Ibnu Mas’ud Ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah Saw mengerjakan shalat beliau mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya meminta perlindungan kepada engkau dari dari syaithan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongannya dan tiupan mantera – manteranya.” (Hadist riwayat Ahmad dan Baihaqi).
Membaca Ta’awudz, maksudnya minta perlindungan kepada Allah Swt dari godaan atau gangguan dari iblis, jin dan syaithan, berdasarkan dalil Al-Qur’an berikut ini : “Waqurrabbi a’udzubika min hamadzatissyaithiin.”Artinya : “Ucapkanlah, wahai Rabbku, saya berlindung kepada engkau dari perasaan was – was yang di tiupkan syaithan.” (Al-Mu’minuun Ayat 97) seterusnya pada Surah An-Nahl Ayat : 98, “Fa’idza qara’tal qur’aanaa fasta’idz billahi.” Artinya Apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah.”,
Juga dari hadist : “Dari Abu Said Al-Khudri Ra, “Apabila Rasulullah Saw mengerjakan shalat Al-Lail, beliau bertakbir lalu mengucapkan maha suci engkau ya Allah…dst seperti dia atas, lalu beliau mengucapkan Allah maha besar dan agung sebanyak tiga kali dan saya berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha melihat.”(Hadist riwayat Abu Daud, Tarmidzi, Baihaqi dan Ahmad).
Hadist dari Jubair bin Muth’im Ra, beliau mengatakan : “Saya melihat Rasulullah Saw sewaktu mengerjakan shalat beliau mengucapkan, “Allah maha besar lagi maha agung, Allah maha besar lagi maha agung, segala puji hanya bagi Allah pujian yang sangat banyak, segala puji hanya bagi Allah, maha suci Allah pada pagi dan sore hari sebanyak tiga kali, lalu sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari syaithan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongannya dan tiupan mantera – manteranya.” (Hadist riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Hakim, Baihaqi dan Ahmad), juga dari Ibnu Mas’ud Ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah Saw mengerjakan shalat beliau mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya meminta perlindungan kepada engkau dari dari syaithan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongannya dan tiupan mantera – manteranya.” (Hadist riwayat Ahmad dan Baihaqi).
SURAH AL-QUR’AN
YANG
DI BACA
RASULULLAH SAW DALAM SHALATNYA
Pada saat melaksanakan shalat, Rasulullah Saw setelah membaca Al-Fatiha tentu melanjutkan dengan membaca Surah – surah dalam Al-Qur’an, namun saling berbeda satu sama lainnya di masing – masing jenis shalat, baik itu shalat wajib lima waktu maupun shalat sunnat. Dalam shalat wajib beliau membaca surah Al-Qur’an sebagai berikut :
Pada saat melaksanakan shalat, Rasulullah Saw setelah membaca Al-Fatiha tentu melanjutkan dengan membaca Surah – surah dalam Al-Qur’an, namun saling berbeda satu sama lainnya di masing – masing jenis shalat, baik itu shalat wajib lima waktu maupun shalat sunnat. Dalam shalat wajib beliau membaca surah Al-Qur’an sebagai berikut :
Bacaan Surah
pada Shalat Subuh
1. Pada shalat subuh Rasulullah Saw biasa membaca surah
– surah panjang yang Al-Mufashshal (surah – surah panjang pada 1/7 akhir
Al-Qur’an), terkadang beliau membaca Surah Al-Waqi’ah dan surah – surah lain
yang semisalnya pada dua raka’at.” (Hadist riwayat Abu Hurairah).
2. Saya belum pernah melihat seorangpun yang shalatnya
lebih sesuai dengan shalat Rasulullah Saw daripada shalat si fulan imam shalat yang berada di Madinah. Sulaiman
bin Yassar berkata : “Saya pun shalat di belakangnya. Dia memanjangkan dua
raka’at pertama pada shalat zhuhur dan meringankan dua raka’at akhir. Juga
meringankan shalat ashar. Dia membaca pada dua raka’at pertama shalat maghrib dengan
surah – surah pendek al-mufashshal. Dan membaca pada dua raka’at pertama shalat
isya’ dengan surah – surah pertengahan al-mufashshal. Pada shalat subuh dia
membaca surah – surah panjang al-mufashshal.” (Hadist riwayat An-Nasai,
Al-Baihaqi dan Ahmad).
3. “Saya tidak pernah melihat seorangpun yang shalatnya
sangat mirip dengan shalat Rasulullah Saw daripada pemuda ini, yaitu Umar bin
Abdul Azis. Adh-Dhahhak berkata : “Saya pun shalat di belakang Umar bin Abdul
Azis, dan dia mengerjakan shalat seperti yang di utarakan oleh Sulaiman bin
Yassar.” (Muslim dan Ibnu Khuzaimah).
4. “Pada shalat isya’ beliau membaca surah Asy-Syamsi
dan surah – surah semisalnya. Adapun pada shalat subuh beliau membaca dua surah
yang panjang.” (Hadist riwayat An-Nasai).
5. Jabir bin Samurah Ra, berkata : “Rasulullah Saw
pernah mengerjakan beberapa shalat seperti shalat yang telah kalian kerjakan
pada hari ini, akan tetapi beliau meringankannya. Shalat yang beliau kerjakan
lebih ringan dari pada shalat yang kalian kerjakan. Beliau membaca, pada shalat
subuh surah Al-Waqi’ah dan surah – surah semisalnya.” (Hadist riwayat Al-Hakim
dan Ahmad).
6. Nabi Saw meringankan shalatnya dan tidak mengerjakan
shalat seperti shalat mereka. Dia berkata : “dan dia mengabarkan kepadaku bahwa
Rasulullah Saw pada shalat subuh membaca surah qaaf dan yang semisalnya.”
(Hadist riwayat Muslim, Al-Baihaqi dan Ahmad).
7. “Saya tidak mengambil bacaan surah ini (qaaf) kecuali
dari belakang Nabi Saw dan beliau pernah mengerjakan shalat subuh dengan
membaca surah ini.” (Hadist riwayat An-Nasai dan Ahmad).
8. Qathbah bin Malik Ra, berkata : “Bahwa dia telah
mendengar Nabi Saw pada shalat subuh membaca surah qaaf.” (Hadist riwayat
Muslim, Bukhari, Ibnu Majah, Ad-Darimi dan Al-Baihaqi).
9. Uqbah bin Amir, Ra berkata : “Saya pernah menuntun
unta Rasulullah Saw pada sebuah syafar, lalu beliau bersabda kepada ku,”Wahai
Uqbah, maukah saya ajarkan kepadamu dua buah surat yang terbaik untuk di baca? Lalu beliau
mengajarkan kepadaku surah Al-Falaq dan surah An-Naas. Dia berkata : Beliau
belum pernah melihatku segembira ini dengan kedua surah itu, ketika kami turun
untuk mengerjakan shalat subuh, beliau shalat dengan membaca kedua surah
tersebut mengimami para shabat. Setelah Rasulullah Saw menyelesaikan shalatnya,
beliau berpaling kepadaku dan bersabda,”Wahai Uqbah, bagaimana menurutmu?
(Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai, Al-Hakim, Ahmad dan Al-Baihaqi).
10.Dari
Abdurrahman bin Jubair Bin Nufair dari bapaknya dari Uqbah : ”Bahwa dia
bertanya kepada Rasulullah Saw tentang Al-Muawwidzatain, Uqbah berkata,”Maka
Rasulullah Saw mengimami kami pada shalat subuh dengan membaca kedua surah
tersebut.” (Hadist riwayat An-Nasai, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
11. Ibnu Umar Ra
berkata,”Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk meringankan bacaan shalat.
Apabila beliau mengimami kami, beliau membaca surah Ash-Shaffaat pada shalat
subuh.” (Hadist riwayat Ahmad, Abu Ya’la dan Al-Hakim).
12.Pada subuh
jum’at beliau membaca surah As-Sajadah pada raka’at pertama dan pada raka’at
kedua membaca surah Al-Insaan.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Ad-Darimi,
Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
13.Dari Ali Ra, ia
berkata,”Nabi Saw shalat subuh dan sujud (sujud tilawah) ketika membaca surah
As-Sajadah.” (Hadist riwayat Ath-Thabrani)
Bacaan pada
Shalat Sunnah Subuh
1. Hafshah binti Umar Ra berkata,”Rasulullah Saw pernah
mengerjakan shalat dua raka’at sebelum shalat subuh di rumahku, dan beliau
sangat meringankannya.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah,
Al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ath-Thahawi dan Ahmad).
2. Aisyah Ra berkata,”Nabi Saw sering meringankan shalat
dua raka’at sebelum shalat subuh, hingga saya ingin berkata,”Apakah beliau pada
shalat tersebut membacakan ummu al-kitab?. (Hadist riwayat Ath-Thahawi dan
Ahmad).
3. Aisyah Ra berkata,”Shalat dua raka’at yang di
kerjakan oleh Rasulullah Saw sebelum shalat subuh hanya seukuran beliau membaca
Al-Fatiha.” (Hadist riwayat Ahmad dan Muslim).
4. Rasulullah Saw shalat dua raka’at sebelum shalat
subuh membaca surah Al-Kafiruun dan surah Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat Muslim,
Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).
5.
Ibnu Umar berkata,”Saya memperhatikan shalat
Rasulullah Saw dengan seksama dalam sebulan. Beliau pada shalat dua raka’at
sebelum shalat subuh membaca surah Al-Kafiruun dan surah Al-Ikhlas.” (Hadist
riwayat At-Tarmidzi dan Ibnu Majah).
6. Ibnu Mas’ud Ra berkata,”Tidak terhitung berapa kali
saya telah mendengar dari Rasulullah Saw, dan beliau membaca pada shalat dua
raka’at setelah shalat maghrib dan dua raka’at sebelum subuh surah Al-Kafiruun
dan surah Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat Ath-Tarmidzi, AthThabrani dan Ath-Thahawi).
7. Aisyah Ra berkata,”Rasulullah Saw membaca dengan
pelan pada shalat sunnah sebelum subuh, dan Aisyah Ra menyebutkan beliau
membaca surah Al-Kafiruun dan surah Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat Ad-Darimi,
Ath-Thahawi dan Ahmad).
Bacaan Surah pada Shalat Zhuhur
Beliau Saw biasanya pada dua raka’at yang pertama pada shalat zhuhur membaca Al-Fatiha dan dua surah lainnya. Beliau memanjangkan bacaan pada raka’at pertama, tidak sebagaimana pada raka’at kedua.
1. “Bahwa Nabi Saw pada dua raka’at pertama pada shalat
zhuhur membaca ummu al-kitab dan surah lainnya. Dan pada dua raka’at
selanjutnya hanya membaca ummu al-kitab. Terkadang beliau memperdengarkan
bacaan beliau kepada kami. Beliau memanjangkan bacaan pada raka’at yang
pertama, sedangkan pada raka’at kedua tidak memanjangkannya. Demikian juga yang
beliau lakukan pada shalat ashar dan shalat subuh.” (Hadist riwayat Bukhari,
Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan
Ahmad).
2. Abu Said Ra berkata,”Kami mengira – ngira berdirinya
Rasulullah Saw pada dua raka’at pertama shalat zhuhur seukuran tiga puluh ayat.
Seukuran beliau membaca surah As-Sajadah. Ia kemudian berkata,”Dan kami mengira
– ngira berdirinya beliau pada dua raka’at selanjutnya, adalah setengah dari
dua raka’at sebelumnya.” (Hadist riwayat Ahmad, Muslim, Bukhari, Abu Daud,
Ath-Thahawi, Ad-Darimi, An-Nasai, Ad-Daruqutni dan Baihaqi).
3. Dari Anas Ra, beliau berkata,”Bahwa Nabi Saw pada
shalat zhuhur dan ashar pernah membaca surah Al-A’laa dan surah Al-Ghasiyyah.”
(Hadist riwayat Bukhari dan Ath-Thahawi).
4. Jabir bin Samurah Ra berkata,”Rasulullah Saw pada
shalat zhuhur membaca surah Al-A’la dan surah yang semisalnya. Sedangkan pada
shalat subuh lebih panjang daripada surah itu.” (Hadist riwayat Ahmad dan
Muslim).
5. Jabir bin Samurah Ra berkata,”Rasulullah Saw pada
shalat zhuhur dan ashar membaca surah Al-Lail dan surah yang semisalnya.
Sedangkan pada shalat subuh beliau membaca surah yang lebih panjang.” (Hadist
riwayat Ahmad, Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani).
Bacaan Surah
pada Shalat Ashar
Pada dua raka’at pertama (shalat ashar), Rasulullah Saw membaca Al-Fatiha dan dua surah Al-Qur’an. Beliau memanjangkan raka’at pertama tidak sebagaimana pada raka’at kedua. Beliau membaca pada masing – masing raka’at tersebut seukuran lima belas ayat. Kira – kira setengah dari bacaan yang beliau baca pada dua raka’at pertama shalat zhuhur, surah bacaan beliau sama dengan surah – surah yang di baca pada shalat zhuhur.
Pada dua raka’at pertama (shalat ashar), Rasulullah Saw membaca Al-Fatiha dan dua surah Al-Qur’an. Beliau memanjangkan raka’at pertama tidak sebagaimana pada raka’at kedua. Beliau membaca pada masing – masing raka’at tersebut seukuran lima belas ayat. Kira – kira setengah dari bacaan yang beliau baca pada dua raka’at pertama shalat zhuhur, surah bacaan beliau sama dengan surah – surah yang di baca pada shalat zhuhur.
Bacaan Surah
pada Shalat Maghrib
Rasulullah Saw terkadang pada shalat maghrib membaca surah – surah Al-Mufashshal yang pendek. Apabila para sahabat mengerjakan shalat bersama beliau dan beliau telah mengucapkan salam kepada mereka, salah seorang di antara sahabat segera pulang dan ia masih dapat melihat bekas – bekas tancapan anak panahnya, ini karena beliau memendekkan shalatnya.
Rasulullah Saw terkadang pada shalat maghrib membaca surah – surah Al-Mufashshal yang pendek. Apabila para sahabat mengerjakan shalat bersama beliau dan beliau telah mengucapkan salam kepada mereka, salah seorang di antara sahabat segera pulang dan ia masih dapat melihat bekas – bekas tancapan anak panahnya, ini karena beliau memendekkan shalatnya.
1. Rafi’ bin Khudaij berkata,”Kami pernah mengerjakan
shalat maghrib bersama dengan Nabi Saw dan salah seorang di antara kami pulang
dan masih dapat melihat bekas – bekas anak panahnya.” (Hadist riwayat Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad).
2. Zaid bin Khalid berkata,”Sewaktu bepergian beliau
membaca surah At-Tiin pada raka’at kedua (maghrib).” (Hadist riwayat Ahmad).
3. Al-Barra’ berkata,”Saya pernah mengerjakan shalat
bersama Rasulullah Saw dalam suatu perjalanan. Pada raka’at kedua shalat
maghrib beliau membaca surah At-Tiin.” (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).
4. Ibnu Umar berkata,”Pada shalat maghrib Nabi Saw
membaca surah Al-Kafiruun dan surah Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat Ath-Thabrani).
5. Ibnu Umar juga berkata,”Bahwa Nabi Saw pada shalat
maghrib membaca surah Muhammad.” (Hadist riwayat Al-Haitsami dan Ath-Thabrani).
6. Jubair bin Muth’im berkata,”Saya telah mendengar
Rasulullah Saw pada shalat maghrib membaca surah Ath-Thuur.” (Hadist riwayat
Bukhari, Muslim Abu Daud, An-Nasai dan Baihaqi).
7. Abdullah bin Abbas berkata,”Bahwa Ummu Al-Fadhl telah
mendengarnya membaca surah Al-Mursalaat, maka ia berkata kepadanya,”Wahai
anakku, bacaan surah yang telah engkau bacakan itu telah mengingatkan aku
tentang surah tersebut. Sungguhlah surah tersebut adalah surah yang terakhir
saya dengar dari Rasulullah Saw yang beliau baca pada shalat maghrib.” (Hadist
riwayat Malik, Bukhari, Muslim, Muhammad, Abu Daud Ath-Thahawi,Baihaqi dan
Ahmad).
8. Muhammad bin Ishaq dari Az-Zuhri berkata,”Rasulullah
Saw keluar mendatangi kami dan beliau mengikat kepalanya karena sakit. Lalu
beliau mengerjakan shalat maghrib dan membaca surah Al-Mursalaat. Dan beliau
tidak lagi mengerjakan shalat maghrib setelah itu hingga berjumpa dengan
Allah.” (Hadist riwayat At-Tarmidzi, An-Nasai dan Ahmad).
Bacaan Surah
pada Shalat Sunnah maghrib
1. Pada shalat sunnah setelah maghrib beliau membaca
surah Al-Kafiruun dan surah Al-Ikhlas.
2.
Ibnu Umar Ra berkata,”Saya memperhatikan Nabi Saw
sebanyak dua puluh empat kali atau sekitar dua puluh lima kami. Beliau pada dua raka’at sebelum
shalat subuh dan sete;ah maghrib membaca surah Al-Kafiruun dan Surha
Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat Ahmaddan Ath-Thabrani).
Bacaan Surah
pada Shalat Isya’
1. Abu Rafi’ berkata,”Saya mengerjakan shalat isya’
bersama dengan Abu Hurairah Ra, dan beliau membaca surah Al-Insyiqaq dan
melakukan sujud tilawah, maka saya bertanya,”Sujud apakah ini? Abu hurairah Ra
berkata,”Saya sujud pada surah ini di belakang Abul Qasim Saw, maka saya akan
selalu sujud apabila membaca surah ini hingga berjumpa dengan beliau.” (Hadist
riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi dan
Ahmad).
2. Sekali waktu ketika safar, beliau membaca surah
At-Tiin pada raka’at pertama.”
3. Abu Hurairah Ra berkata,”Bahwa Rasulullah Saw pada
shalat isya’ membaca surah Al-Buruuj dan surah Ath-Thariq.” (Hadist riwayat
Ahmad).
4. Al-Barra bin Azib berkata,”Bahwa Nabi Saw sewaktu
bepergian pada salah satu dari dua raka’at shalat isya’ membaca surah At-Tiin.”
(Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al-Baihaqi dan Ahmad).
5. Rasulullah Saw melarang memperpanjang bacaan pada
shalat isya’ jika berjama’ahdengan riwayat berikut,”Mu’adz bin Jabbal Ra
mengimami para sahabatnya mengerjakan shalat isya’ dan memanjangkan bacaannya
bagi mereka, maka salah seorang dari kaum anshar keluar dan shalat sendiri,
kemudian di adukan kepada Mu’adz, lalu Mu’adz berkata,”Orang itu munafik.”
Ketika itu terdengar oleh orang tersebut, dia menjumpai Rasulullah Saw dan
mengabarkan kepada beliau ucapan Mu’adz, maka Rasulullah Saw bersabda kepada
Mu’ad,”Apakah engkau akan menjadi pembuat fitnah, wahai Mu’adz! Apabila engkau
mengimami orang banyak, maka bacalah surah Asy-Syams, Al-A’laa, Al-Alaq dan
Al-Lail, karena di belakangmu terdapat orang lanjut usia, orang lemah dan yang
mempunyai kepentingan.” (Hadist riwayat Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah dan
Al-Baihaqi).
Bacaan Surah
pada Shalat Al-Lail
1. Terkadang beliau mengeraskan bacaannya pada shalat
lail, terkadang pula membacanya dengan pelan, terkadang beliau meringkaskan
bacaannya dan terkadang pula memanjangkannya. Terkadang beliau Saw sangat
memanjangkannya, sampai – sampai Ibnu Mas’ud Ra berkata,”Saya pernah
mengerjakan shalat bersama Nabi Saw pada suatu malam, beliau berdiri dengan
sangat lamanya hingga terbersit di dalam hati saya suatu yang buruk.” Dan di
tanyakan kepada beliau,”Apakah yang terbersit di hati anda itu?” beliau
berkata,”Terbersit di hatiku untuk duduk dan membiarkan Nabi Saw shalat
sendiri.” (Hadist riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan Al-Baihaqi).
2. Hudzaifah bin Yaman Ra berkata,”Pada suatu malam saya
pernah shalat bersama Nabi Saw. Beliau mengawali bacaannya dengan surah
Al-Baqarah. Saya berkata mungkin beliau akan ruku’pada ayat keseratus, namun
beliau melanjutkannya, maka saya berkata, mungkin beliau menyelesaikan satu
raka’at dengan surah ini, namun beliau tetap melanjutkannya, lalu saya berkata
lagi, beliau akan ruku’ setelah membaca surah ini. Kemudian beliau Saw
melanjutkan dengan surah An-Nisaa’ dan membacanya hingga selesai. Kemudian
beliau membaca surah Ali Imran dan membacanya hingga selesai.
3. Ibnu Mas’ud Ra berkata,”Beliau membacaayat per ayat
secara tartil (berdasarkan hukum tajwid). Apabila melewati ayat tasbih, beliau
bertasbih. Apabila melewati ayat yang berisi permohonan beliau memohon. Apabila
melewati ayat yang berisi ta’awwudz dari syaithan beliaupun berta’awwudz.”
(Hadist riwayat Muslim).
4. Hudzaifah berkata,”Saya menjumpai Rasulullah Saw pada
suatu malam di bulan Ramadhan. Lalu beliau berdiri mengerjakan shalat, sewaktu
beliau bertakbir beliau mengucapkan,”Allahu akbar dzat yang memiliki seluruh
kerajaan, segenap kekuasaan, kesombongan dan keagungan. Lalu beliau membaca
surah Al-Baqarah kemudian surah An-Nisaa’kemudian surah Ali Imran. Tidaklah
beliau melewati ayat yang berisi rasa takut kepada Allah Swt kecuali beliau
berhenti pada ayat tersebut, kemudian beliau ruku’ dan mengucapkan,”Maha suci
rabbku yang maha agung.” Seperti lamanya beliau berdiri, kemudian beliau sujud
dan mengucapkan,”Maha suci rabbku yang maha tinggi.” Seperti lamanya beliau
berdiri, kemudian beliau bangun dari sujud dan mengucapkan,”Wahai rabbku,
ampunilah aku.” Seperti lamanya beliau berdiri. Kemudian beliau sujud dan
mengucapkan,”Maha suci rabbku yang maha tinggi.” Seperti lamanya beliau
berdiri, kemudian beliau mengangkat kepalanya. Dan beliau hanya mengerjakan
shalat sebanyak dua raka’at hingga bilal datang dan mengumandangkan adzan untuk
shalat.” (Hadist riwayat Bukhari, An-Nasai dan Al-Hakim).
5. Hudzaifah Ra berkata,”Saya menjumpai Rasulullah Saw
dan beliau sedang mengerjakan shalat, maka saya shalat mengikuti shalat beliau
di belakangnya, sementara beliau Saw tidak menyadarinya. Beliau mengawali
bacaan beliau dengan membaca surah Al-Baqarah hingga saya mengira beliau akan
ruku’ namun beliau melanjutkannya. Beliau Saw mengerjakan shalat empat raka’at,
ruku’ yang beliau lalukan sama lamanya dengan berdirinya. Maka saya mengeluhkan
hal itu kepada Nabi Saw, dan beliau bersabda,”Mengapa engkau tidak memberitahu
aku?!” Hudzaifah Ra berkata,”Demi dzat yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai
seorang Nabi! Sesungguhnya sampai saat ini masih terasa di punggungku.” Beliau
bersabda,”Seandainya saya tahu engkau berada di belakangku niscaya akan saya
ringankan.” (Hadist riwayat Al-Hakim dan Ath-Thabrani).
6. Aisyah Ra berkata,”Mereka membaca Al-Qur’an namun
pada hakikatnya tidak membacanya, saya pernah berdiri mengerjakan shalat
bersama Rasulullah Saw semalam penuh, dan beliau membaca surah Al-Baqarah, Ali
Imran dan An-Nisaa’. Dan beliau tidak melewati ayat yang berisi tentang rasa
takut kepada Allah kecuali beliau berdo’a kepada Allah Swt dan meninta
perlindungan. Dan tidaklah beliau melewati ayat yang berisikan kabar gembira
selain beliau berdo’a kepada Allah Swt dan mengharapkan hal itu dariNya.”
(Hadist riwayat Ahmad dan Al-Hakim).
7. Anas bin Malik Ra berkata,”Pada suatu malam
Rasulullah Saw mengalami sesuatu. Ketika subuh ada yang berkata,”Wahai
Rasulullah, bekas sakit yang engkau alami masih sangat terlihat jelas.” Beliau
bersabda,”Alhamdulillah saya seperti yang kalian lihat sekarang, saya telah membaca
tujuh surah yang panjang di dalam shalat, surah itu adalah Al-Baqarah, Ali
Imran, An-Nisaa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raaf dan At-Taubah.” (Hadist
riwayat Al-Hakim dan Abu Ya’la).
8. Abu Hurairah Ra berkata,”Rasulullah Saw bersabda :
Barang siapa yang mengerjakan shalat pada satu malam membaca seratus ayat, dia
tidak akan di tulis sebagai orang – orang yang lalai.” (Hadist riwayat Muslim
dan Al-Hakim).
9. Barang siapa yang berdiri mengerjakan shalat membaca
sepuluh ayat tidak tertulis kedalam golongan orang – orang yang lalai. Dan
barang siapa yang berdiri mengerjakan shalat dengan membaca seratus ayat akan
tertulis kedalam golongan orang – orang yang tunduk. Dan barang siapa yang
berdiri mengerjakan shalat membaca seribu ayat akan tertulis kedalam golongan
orang – orang yang meraih kekayaan yang melimpah.” (Hadist riwayat Abu Daud dan
Muslim).
10. Barang siapa
yang membaca seratus ayat dalam satu malam, akan di tuliskan baginya seperti
dia shalat sepanjang malam.” (Hadist riwayat Ad-Darimi).
Bacaan Surah
pada Shalat Witir
1. Rasulullah Saw pada raka’at pertama shalat witir
membaca surah Al-A’laa dan pada raka’at yang kedua membaca surah Al-Kafiruun
dan pada raka’at yang ketiga membaca surah Al-Ikhlas.” (Hadist riwayat
An-Nasai, At-Tarmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ath-Thahawi dan Ahmad).
2. Dan terkadang beliau (Saw) juga mengiringkannya
dengan membaca surah Al-Falaq dan surah An-Naas.” (Hadist riwayat Abu Daud,
At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Ahmad).
3. Abdul Azis bin Juraij berkata,”Kami bertanya kepada
Aisyah, surah apa yang di baca Rasulullah Saw pada shalat witir, ia
menjawab,”Pada raka’at pertama beliau membaca surah Al-A’laa, pada raka’at
kedua beliau membaca surah Al-Kafiruun dan pada raka’at ketiga membaca surah
Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas (al-muawwidzatain).” (Hadist riwayat Al-Hakim,
Ath-Thahawi, Ad-Daruqutni, dan Ibnu Hibban).
Bacaan Surah
pada Dua Raka’at setelah Witir
1. Abu Musa pernah berada di antara Makkah dan Madinah,
lalu beliau mengerjakan shalat isya’ dua raka’at lalu dia shalat witir dengan satu
raka’at dan beliau membaca seratus ayat dari surah An-Nisaa’ kemudian dia
berkata,”Saya senantiasa memijakkan kedua kakiku sebagaimana Rasulullah Saw
memijakkan kedua kakinya dan membaca sebagaimana bacaan yang di bacakan oleh
Rasulullah Saw.” (Hadist riwayat An-Nasai dan Ahmad).
2. Abu Umamah Ra berkata,”Rasulullah Saw mengerjakan
shalat witir sebanyak sembilan raka’at, hingga ketika tubuh beliau telah gemuk
dan bertambah berat, beliau mengerjakan shalat witir sebanyak tujuh raka’at.
Beliau shalat dua raka’at dalam keadaan duduk dan membaca surah Al-Zalzalah dan
surah Al-Kafiruun.” (Hadist riwayat Ahmad dan Ath-Thahawi).
Bacaan Surah
pada Shalat Jum’ah
1. Beliau terkadang pada raka’at pertama shalat jum’at
membaca surah Al-Jumu’ah dan pada raka’at yang kedua membaca surah
Al-Munafiquun.” (Hadist riwayat Muslim).
2. Samurah bin Jundub berkata,”Bahwa Nabi Saw pada
shalat jum’at membaca surah Al-A’laa dan surah Al-Ghasyiyah.” (Hadist riwayat
Abu Daud, An-Nasai dan Ahmad).
Bacaan Surah
pada Shalat “ied (Shalat dua hari raya
1. Beliau terkadang pada shalat ‘Ied pada raka’at yang
pertama membaca surah Al-A’laa dan pada raka’at berikutnya membaca surah
Al-Ghasyiyah.” (Hadist riwayat Ibnu Majah dan Ath-Thahawi).
2. Umar bin Al-Khattab bertanya kepada Abu Waqid
Al-Laitsi : “Apakah yang di baca oleh Rasulullah Saw pada hari raya ‘iedul adha
dan ‘iedul fithri? Beliau berkata,”Rasulullah saw membaca surah Qaaf dan surah
Al-Qamar.” (Hadist riwayat Malik, Muslim dan Abu Daud).
3. Aisyah Ra berkata,”Pada shalat ‘ied bertakbir
sebanyak dua belas takbir selain takbir iftitah. Beliau membaca surah Qaaf dan
surah Al-Qamar.” (Hadist riwayat Muslim).
Bacaan Surah pada Shalat Jum’at
1. Rasulullah Saw terkadang pada raka’at pertama shalat
jum’at membaca surah Al-Jumu’ah dan pada raka’at yang kedua membaca surah
Al-Munafiqun.” (Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah).
2. ‘Ubaidillah bin Abu Rafi’ berkata,”Marwan mengangkat
Abu Hurairah sebagai wakilnya atas Madinah, lalu dia berangkat menuju Makkah.
Kemudian Abu Hurairah mengimami kami shalat jum’at dan dia membaca surah
Al-Jumu’ah dan pada raka’at terakhir beliau membaca surah Al-Munafiqun. Ibnu
Abi Rafi’ berkata,”Lalu saya menemui Abu Hurairah setelah menyelesaikan
shalatnya, saya berkata kepadanya anda telah membaca dua surah yang juga di
baca oleh Ali bin Abi Thalib di Kufah, maka Abu Hurairah berkata,”Sesungguhnya
saya telah mendengar Rasulullah Saw membaca kedua surah tersebut pada shalat
jum’at.” (Hadist riwayat Muslim, Abu Daud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah).
3. Rasulullah Saw pada shalat jum’at membaca surah
Al-Jumu’ah dan beliau memberikan dorongan kepada orang – orang mu’min. pada
raka’at kedua beliau membaca surah Al-Munafiqun dan beliau membuat orang –
orang munafiq menjadi risau.” (Hadist riwayat Ath-Thabrani).
Bacaan Surah
pada Shalat Jenazah
1. Termasuk sunnah pada shalat jenazah adalah dengan
membaca Al-setelah Al-Fatiha dan sebuah surah.
2.
Thalhah bin Abdullah bin Auf berkata,”Saya
mengerjakan shalat jenzah di belakang Ibnu Abbas Ra, dan beliau membaca
Al-Fatiha. Beliau berkata agar supaya mereka mengetahui bahwa bacaan ini
sunnah.” (Hadist riwayat Abu Daud, Bukhari, An-Nasai, Al-Hakim dan
Ad-Daruqutni).
3. Beliau membaca Al-Fatiha dan sebuah surah dengan
mengeraskan bacaannya hingga kami mendengarnya. Setelah beliau selesai, saya
menggandeng tangan beliau dan bertanya kepadanya tentang hal itu, beliau
berkata,”Hal itu sebuah sunnah dan suatu yang benar.” (Hadist riwayat Bukhari
dan An-Nasai).
4.
Abu Umamah berkata,”Termasuk As-Sunnah pada shalat
jenazah membaca ummu Al-Qur’an setelah takbir yang pertama dengan tidak di
keraskan, kemudian bertakbir sebanyak tiga kali dan mengucapkan salam pada
takbir yang terakhir.” (Hadist riwayat An-Nasai).
5. Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif mengabarkan, dia
termasuk salah seorang pemuka dan juga ulama kaum anshar dan termasuk anak –
anak yang ikut serta dalam perang badar bersama Rasulullah Saw, beliau berkata,
bahwa seorang sahabat Nabi Saw mengabarkan kepadanya,”Bahwa termasuk dari
sekian sunnah pada penyelengggaraan shalat jenazah adalah imam bertakbir
kemudian membaca Al-Fatiha secara sirr bagi dirinya lalu menutup shalat dengan
tiga takbir.” Az-Zuhri berkata,”Kemudian saya menyebutkan kepada beberapa orang
perihal yang di kabarkan oleh Abu Umamah, di antara mereka Muhammad bin Suwaid
Al-Fihri, dia berkata,”Saya telah mendengar Ad-Dhahak bin Qais menceritakan
sebuah hadist dari Habib bin Maslamah tentang shalat jenazah seperti hadist
yang di ceritakan di atas, maka hadist ini shahih dan juga di riwayatkan oleh
Asy-Syafi’i dari jalan Ma’mar dari Az-Zuhri.
Membaca Surah Al-Qur’an Harus
Tartil ketika membacanya
1. Beliau sebagaimana yang di perintahkan Allah Swt
membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang tartil, tidak membaca dengan tergesa –
gesa dan cepat. Beliau membacanya dengan bacaan yang teratur huruf demi huruf,
karena beliau membacanya dengan tartil sebuah sebuah Al-Qur’an, sehingga surah
tersebut menjadi lebih panjang daripada jika di bacakan seperti biasanya.
2. Hafshah Ra berkata,”Rasulullah Saw bersabda,” Akan di
serukan kepada kepada penyandang Al-Qur’an, ‘Bacalah sambil naik ke atas,
bacakanlah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya di dunia. Karena
sesungguhnya tempatmu berada pada akhir yang engkau baca.” Saya tidak pernah
melihat Rasulullah Saw mengerjakan shalat tathawwu’ (sunnah) sambil duduk pada satu raka’at pun juga, hingga kira – kira
setahun sebelum beliau wafat, beliau mengerjakan shalat thathawwu’ sambil duduk
dan membaca sebuah surah seraya melantunkannya dengan tartil hingga waktu
bacaannya menjadi lebih panjang daripada biasanya.” (Hadist riwayat Malik,
Muslim, An-Nasai, Ahmad, Al-Baihaqi dan At-Tarmidzi).
3. Rasulullah Saw memanjangkan bacaannya (apabila
bertemu dengan huruf – huruf yang harus di panjangkan bacaannya). Beliau
memanjangkan huruf laam pada bismillahi dan huruf miim pada ar-rahman dan huruf
haa pada ar-rahim dan dhadh pada nadhiid dan yang semisalnya, dan beliau
berhenti pada setiap akhir ayat, dan terkadang beliau membacanya dengan
mentarji’kan suaranya.
4. Quthbah bin Malik berkata,”Saya pernah mendengar
Rasulullah Saw pada shalat subuh membaca surah Qaaf, ketika membaca lamma
thala’unnadhiidhu, beliau memanjangkan huruf dhaad pada naadhiid.” (Hadist
riwayat Muslim, At-Tarmidzi dan An-Nasai).
5. Ummu Hani’ berkata,”Saya pernah mendengar suara Nabi
Saw sedang membaca, sementara saya sedang tidur berbaring di atas pembaringanku
dan beliau membaca Al-Qur’an dengan mentarji’nya.” (Hadist riwayat Muslim,
At-Tarmidzi dan An-Nasai).
6. Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya sebaik – baik
suara manusia yang membaca Al-Qur’an yaitu seseorang yang ketika kalian
mendengarkan dia membaca Al-Qur’an, dan kalian menyangka bahwa dia adalah
seorang yang takut kepada Allah Swt.” (Hadist riwayat Ibnu Majah).
7. Nabi Saw bersama dengan Aisyah melintas dekat Abu
Musa yang sedang membaca Al-Qur’an, lalu mereka berdua menyimak bacaan Abu
Musa, kemudian mereka berdua beranjak pergi. Keesokan harinya Abu Musa
mendatangi Nabi Saw, lalu beliau bersabda,”Semalam saya melewati engkau wahai
Abu Musa, ketika itu engkau sedang membaca Al-Qur’an, lantas kami menyimak bacaanmu.”
Abu Musa berkata,”Wahal Nabi Allah! Seandainya saya mengetahui keberadaan anda,
niscaya saya lebih memperindah lagi bacaanku untukmu.” (Hadist riwayat Abu Daud
dan Ad-Darimi).
Membetulkan
Bacaan Imam
1. Nabi Saw menyunnahkan untuk membetulkan bacaan imam
shalat apabila bacaannya keliru. Beliau pernah mengerjakan shalat dan membaca
surah pada shalat beliau, lalu beliau melakukan kekeliruan. Setelah selesai
beliau berkata kepada Ubay,”Apakah engkau shalat bersama kami?” dia
berkata,”Benar.” Beliau bersabda,”Apa yang menghalangimu (untuk membetulkan
bacaanku)?” (Hadist riwayat Abu Daud dan Ath-Thabrani).
2. Anas berkata,”Kami memperbaiki dan membenarkan bacaan
imam – imam shalat pada zaman Rasulullah Saw.” (Hadist riwayat Al-Hakim).
Al-Isti’adzah
dan Meludah ketika sedang Shalat
Untuk menolak
Rasa Was – Was
1. Ustman bin Abu Al-Ash Ra berkata kepada beliau
Saw,”Wahai Rasulullah Saw, sesungguhnya syaithan menggangguku dalam shalat dan
bacaanku serta membuat bacaanku menjadi kacau.” (Hadist riwayat Muslim, Al-Hakim
dan Ath-Thabrani).
2. Rasulullah Saw bersabda,”Syaithan seperti ini yang di
namakan dengan khindzab atau khindzib. Apabila engkau merasakannya, maka
mintalah perlindungan dengan membaca ta’awwudz kepada Allah darinya dan
meludahlah kesebelah kirimu sebanyak tiga kali.” (Hadist riwayat Muslim dan
Bukhari).
KEMUNGKARAN
DALAM SHALAT
1. Rasulullah Saw berkata : “Shalat seseorang akan batal
jika di hadapannya tidak terdapat sutrah setinggi pelana, jika melintas di
hadapannya wanita yang telah haidh, keledai dan anjing hitam.” Berkata Abu Dzar
Ra, saya bertanya : “Wahai Rasulullah Saw, apa bedanya antara anjing hitam dan
anjing merah?”, beliau menjawab, “Anjing hitam adalah syaithan.” Dan hadist
ini, “Yang membatalkan sahalat adalah (lewatnya) anjing, keledai, wanita yang
telah haidh, orang yahudi, orang nasrani, orang majusi dan babi.” (Hadist
riwayat Muslim, Abu Daud, An-Nasa’i, At-Tarmidzi, Ad-Darimi dan Ibnu Majah).
2. Pernah sekali waktu Rasulullah Saw mengerjakan shalat
di hujr (kamar) Ummu Salamah Ra, lalu Abdullah bin Amru bin Abu Salamah
melintas di hadapan beliau. Beliau lalu mehannya dengan tangan beliau dan
Abdullah berbalik mundur. Kemudian Zainab binti Ummu Salamah melintas juga dan
beliau juga menahannya dengan tangan beliau, akan tetapi dia tetap melintas di
depan beliau. Setelah menyelesaikan shalatnya, Rasulullah Saw bersabda,”Kaum
wanita yang menang.”
3. Jangan shalat menghadap ke kuburan atau duduk di
atasnya, seperti hadist Nabi Saw : “Janganlah kalian mengerjakan shalat
menghadap ke kubur dan jangan kalian duduk di atasnya.” (Hadist riwayat Muslim
dan Ahmad).
4. Jangan meletakkan kedua tangan di pinggang
(ikhtishar), sandaran dasarnya adalah : “Abu Hurairah Ra berkata : “Rasulullah
Saw melarang al-ikhtishar (tangan pada pinggang) dalam shalat.” (Hadist riwayat
Bukhari, Muslim Abu Daud, An-Nasai’ dan Ath-Tarmidzi), juga pada riwayat ini :
Shubaih Al-Hanafi Ra berkata : “Saya mengerjakan shalat di samping Ibnu Umar
Ra, maka beliau memukul kedua tanganku pada pinggangku, maka beliau berkata :
“Ini membentuk salib pada shalat, Rasulullah Saw telah melarang perbuatan itu.”
(Hadist riwayat Abu Daud, An-Nasai’ Baihaqi dan Ahmad).
5. Jangan memandang kearah langit atau keatas, ini
dasarnya sunnah Rasulullah Saw : “Rasulullah Saw pada mulanya jika mengerjakan
shalat beliau mengarahkan pandangannya kelangit, maka turunlah firman Allah
Swt, “Merekalah yang khusyu’ dalam shalat
mereka”, lantas beliau menundukkan kepala beliau.” (Hadist riwayat Bukhari,
Muslim dan Al-Hakim), “Aisyah Ra berkata : ”Rasulullah Saw masuk kedalam Ka’bah,
tidak sedikitpun memalingkan pandangan beliau dari tempat sujudnya hingga
beliau keluar dari dalam Ka’bah.” (Hadist riwayat Al-Hakim dan Baihaqi dan di
shahihkan Bukhari dan Muslim), juga pada hadist ini, dari Anas Ra ia berkata :
“Rasulullah Saw bersabda : “Wahai Anas, arahkan pandanganmu ketempat engkau
sujud.” (Hadist riwayat Baihaqi).
6. Jangan menoleh kekiri atau kekanan saat shalat,
sandarannya pada hadist berikut : “Apabila kalian mengerjakan shalat, jangan
sekali – kali kalian menengok kekiri atau kekanan, karena Allah telah
menghadapkan wajahNya kepada wajah hamba yang sedang shalat selama hamba itu
tidak menoleh kekiri atau kekanan.” (Hadist riwayat An-Nasai’ dan Ahmad), juga
pada hadist ini : “Allah akan senantiasa menghadapkan wajahNya kepada hamba
yang sedang shalat selama hamba itu tidak menoleh kekiri atau kekanan, apabila
hamba itu telah memalingkan wajahnya, maka Allah juga akan berpaling darinya.”
(Hadist riwayat Abu Dauda dan Ibnu Hibban), selanjutnya hadist ini : “Beliau
(Nabi Saw) melarang dari tiga hal ketika shalat : Sujud dengan cepat layaknya
seekor ayam mematuk makanan, duduk di atas tumit serupa duduknya anjing dan
berpaling kekiri dan kekanan seperti musang.” (Hadist riwayat Ahmad dan Abu
Ya’la).
terimakasih atas informasinya sobat
BalasHapus