Hanyut Dalam Ibadah
Salah satu dampak maqam syuhud adalah terlena dan hanyut dengan ibadah dan merasakan kelezatannya, karena seorang hamba yang menemukan kedudukan keagungan dan kekuasaan Tuhan semesta alam, ia menyaksikan bahwa dirinya berada di hadapan Tuhan jagat alam dan sumber keagungan serta kesempurnaan.
Lezatnya munajat dan ‘uns, rahasia dan ketergantungan akan menambah kelezatan-kelezatan lain, seorang hamba yang tidak merasakan kenikmatan makanan spiritual akan terpikat dan terbelenggu oleh kelezatan-kelezatan semu (majazi) dan cepat hilang yang kenyataannya tiada lain merupakan pedang yang menyakitkan.
Adapun seorang hamba yang merasakan kenikmatan-kenikmatan hakiki, kelezatan ibadah dan munajat dengan Tuhan, suatu keadaan jiwa yang baik dan ruhani yang indah, tidak akan pernah mau menukar hubungan kudus itu dengan bentuk kenikmatan apapun (kenikmatan materi).
Mereka itulah hamba-hamba Allah yang khusus (Khash), merekalah yang menyembah Allah dengan sebaik-baiknya ibadah (ibadatul ahrar), bukan ibadah yang sekedar mengharapkan pahala syurga atau karena takut neraka, tentang hal ini, kita mungkin sudah pernah mendengar kisah bagaimana keseriusan dan ketenggelaman ibadahnya Nabi Saw, Imam Ali, Imam As-Sajjad dan para imam yang lain...salam atas mereka semua.
Pertama, musibah fisik seperti sakit atau penyakit yang di derita oleh seseorang atau keluarganya, kematian dirinya atau orang yang di cintainya, penganiayaan atau kejahatan atau perampasan hak-hak yang di lakukan orang lain dan berbagai keburukan dan kesulitan yang lainnya.
Kedua, musibah berupa kesusahan dan kesulitan karena tak punya harta benda atau hidup miskin dan serba kekurangan. Ketiga, rasa takut kehilangan sesuatu yang di milikinya, takut hartanya di curi atau hilang atau berkurang, mungkin karena kejadian yang menimpa anak-anaknya atau karena mereka sakit atau karena kematian dirinya.
Ketiga jenis musibah itu biasanya menghilangkan ketenangannya, faktor dari semua itu berupa ketergantungannya kepada dunia dan berpaling dari dzikir kepada Allah, dalam Al-Qur'an Allah berfirman, “Maka barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit...” (Q.S. Thaha : 124).
Adapun hamba-hamba Allah yang khusus (Khash) telah sampai pada sumber kesempurnaan dan kebaikan, mereka menyaksikan keindahan dan kesempurnaan yang tiada batas, hati mereka damai dengan dzikir dan ‘uns (keakraban dan kedamaian dengan-Nya).
Lezatnya munajat dan ‘uns, rahasia dan ketergantungan akan menambah kelezatan-kelezatan lain, seorang hamba yang tidak merasakan kenikmatan makanan spiritual akan terpikat dan terbelenggu oleh kelezatan-kelezatan semu (majazi) dan cepat hilang yang kenyataannya tiada lain merupakan pedang yang menyakitkan.
Adapun seorang hamba yang merasakan kenikmatan-kenikmatan hakiki, kelezatan ibadah dan munajat dengan Tuhan, suatu keadaan jiwa yang baik dan ruhani yang indah, tidak akan pernah mau menukar hubungan kudus itu dengan bentuk kenikmatan apapun (kenikmatan materi).
Mereka itulah hamba-hamba Allah yang khusus (Khash), merekalah yang menyembah Allah dengan sebaik-baiknya ibadah (ibadatul ahrar), bukan ibadah yang sekedar mengharapkan pahala syurga atau karena takut neraka, tentang hal ini, kita mungkin sudah pernah mendengar kisah bagaimana keseriusan dan ketenggelaman ibadahnya Nabi Saw, Imam Ali, Imam As-Sajjad dan para imam yang lain...salam atas mereka semua.
Ithmi'nan (Ketenangan Hati)
Dunia adalah tempat cobaan, ujian dan kesusahan, secara garis besar, cobaan-cobaan dunia dapat di bagi pada tiga macam, yaitu :Pertama, musibah fisik seperti sakit atau penyakit yang di derita oleh seseorang atau keluarganya, kematian dirinya atau orang yang di cintainya, penganiayaan atau kejahatan atau perampasan hak-hak yang di lakukan orang lain dan berbagai keburukan dan kesulitan yang lainnya.
Kedua, musibah berupa kesusahan dan kesulitan karena tak punya harta benda atau hidup miskin dan serba kekurangan. Ketiga, rasa takut kehilangan sesuatu yang di milikinya, takut hartanya di curi atau hilang atau berkurang, mungkin karena kejadian yang menimpa anak-anaknya atau karena mereka sakit atau karena kematian dirinya.
Ketiga jenis musibah itu biasanya menghilangkan ketenangannya, faktor dari semua itu berupa ketergantungannya kepada dunia dan berpaling dari dzikir kepada Allah, dalam Al-Qur'an Allah berfirman, “Maka barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit...” (Q.S. Thaha : 124).
Adapun hamba-hamba Allah yang khusus (Khash) telah sampai pada sumber kesempurnaan dan kebaikan, mereka menyaksikan keindahan dan kesempurnaan yang tiada batas, hati mereka damai dengan dzikir dan ‘uns (keakraban dan kedamaian dengan-Nya).
Posting Komentar untuk "Hanyut Dalam Ibadah"
Terimakasih atas kunjungan anda...