JAUH BERBEDA AMAL YANG DI PIMPIN NAFSU DENGAN AMAL DARI KARUNIA-NYA DENGAN BERSANDAR PADA SIFAT ALLAH
“Laa nihayata limadzaammika in arja’aka ilaika walaa tafraghu madaa fihaka adhhara wujuudahu ‘alaika.” (Tidak ada batas akhirnya dan tidak ada selesainya keburukanmu jika Allah mengembalikan kamu kepada kepada kekuatan usaha dan daya upayamu sendiri. Dan tidak akan ada habisnya kebaikanmu, jika Allah memperlihatkan kemurahan-Nya kepadamu). Tidak akan ada pangkal ujungnya atau batas akhirnya seseorang yang mengerjakan kejahatan, jika amal itu di setir oleh nafsunya yang buruk, sebab amal itu di kuasai dan di dasari oleh nafsu yang buruk secara terselubung, karena identik nafsu adalah keburukan.
Sebaliknya orang yang tidak merasa bosan atau tidak henti-hentinya untuk mengerjakan amal kebaikan jika Allah memberikan sifat kemurahan-Nya kepadanya, oleh sebab itu tiada jalan lain bagi seseorang hamba untuk memohon kepada Allah supaya di selamatkan dari rongrongan nafsu yang buruk dan selalu mohon pertolongan dan senantiasa bersandar kepada-Nya.
Rasulullah bersabda,”Allahumma ashlihlii syaknii kullahu walaa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin.” (Yaa Allah, perbaikilah urusanku semuanya dan jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata). Bersandarlah terhadap sifat-sifat Allah, jadilah orang yang selalu bersandar kepada Allah dengan sifat-sifat ketuhanan-Nya dan perhatikan sungguh-sungguh sifat-sifat kehambaan mu sendiri.
Orang yang selalu bersandar kepada sifat Allah adalah merupakan ciri khas sifatnya orang yang beriman, artinya orang itu mempercayai secara bulat akan sifat-sifat Allah yang juga di milikinya di dunia ini, misalnya kaya, kuasa, kuat dan lain sebagainya, sedangkan sifat manusia adalah sebaliknya, misalnya miskin, lemah dan lain-lain.
Sifat-sifat yang di milik Allah tidak seorangpun manusia yang memilikinya secara utuh dan bulat, karena semua itu hanya di perpinjamkan Allah kepada makhluk-Nya, yang mana ini adalah suatu sang pencipta tidak sama dengan ciptaannya.
Dengan selalu mengingat sifat-sifat Allah tersebut, maka bersandarlah kepada-Nya yang Maha Merajai, tidak ada jalan lain untuk bersandar kecuali hanya kepada Allah, termasuk dalam melaksanakan amal ibdah, bersandarlah kepada kekuatan Allah agar kuat dalam melaksanakannya dan kuat dalam menghadapi segala bentuk ujian dan cobaan serta atas segala hasutan iblis dan syaithan untuk berbuat kejahatan dan kemasiatan. Allah melarang terhadap hamba-Nya untuk merasa memiliki sifat-sifat-Nya, Allah telah melarang kepada manusia atas apa-apa yang bukan miliknya dari apa yang di berikan kepada semua makhluk, apakah mungkin Allah membolehkan manusia untuk menutupi sifat-sifat-Nya, padahal Dia Allah adalah Tuhan yang menciptakan, memelihara, mengatur dan menjamin seisi alam, sebaik-baiknya seseorang hamba adalah mengakui serta menyadari akan sifat-sifatnya yang lemah dan hina, misalnya miskin, lemah, bodoh dan lain sebagainya, maka tidaklah layak bagi seorang hamba untuk mengakui dirinya itu kaya, kuat, kuasa dan lain-lain yang berbenturan terhadap sifat kebesaran Allah, Allah berfirman dalam hadist qudsi, yaitu ”Alkibriyaau ridaai wal ‘adhamatu izaarii faman naaza’ainii waahidatan minhaa alqaituhu finnaari.” (Kesombongan itu adalah pakaianKu (SelendangKu), kebesaran itu sebagai sarungKu, maka barangsiapa yang bersaing denganKu dalam salah satu sifat itu, niscaya akan Ku lemparkan kedalam neraka.”
Sebaliknya orang yang tidak merasa bosan atau tidak henti-hentinya untuk mengerjakan amal kebaikan jika Allah memberikan sifat kemurahan-Nya kepadanya, oleh sebab itu tiada jalan lain bagi seseorang hamba untuk memohon kepada Allah supaya di selamatkan dari rongrongan nafsu yang buruk dan selalu mohon pertolongan dan senantiasa bersandar kepada-Nya.
Rasulullah bersabda,”Allahumma ashlihlii syaknii kullahu walaa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin.” (Yaa Allah, perbaikilah urusanku semuanya dan jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata). Bersandarlah terhadap sifat-sifat Allah, jadilah orang yang selalu bersandar kepada Allah dengan sifat-sifat ketuhanan-Nya dan perhatikan sungguh-sungguh sifat-sifat kehambaan mu sendiri.
Orang yang selalu bersandar kepada sifat Allah adalah merupakan ciri khas sifatnya orang yang beriman, artinya orang itu mempercayai secara bulat akan sifat-sifat Allah yang juga di milikinya di dunia ini, misalnya kaya, kuasa, kuat dan lain sebagainya, sedangkan sifat manusia adalah sebaliknya, misalnya miskin, lemah dan lain-lain.
Sifat-sifat yang di milik Allah tidak seorangpun manusia yang memilikinya secara utuh dan bulat, karena semua itu hanya di perpinjamkan Allah kepada makhluk-Nya, yang mana ini adalah suatu sang pencipta tidak sama dengan ciptaannya.
Dengan selalu mengingat sifat-sifat Allah tersebut, maka bersandarlah kepada-Nya yang Maha Merajai, tidak ada jalan lain untuk bersandar kecuali hanya kepada Allah, termasuk dalam melaksanakan amal ibdah, bersandarlah kepada kekuatan Allah agar kuat dalam melaksanakannya dan kuat dalam menghadapi segala bentuk ujian dan cobaan serta atas segala hasutan iblis dan syaithan untuk berbuat kejahatan dan kemasiatan. Allah melarang terhadap hamba-Nya untuk merasa memiliki sifat-sifat-Nya, Allah telah melarang kepada manusia atas apa-apa yang bukan miliknya dari apa yang di berikan kepada semua makhluk, apakah mungkin Allah membolehkan manusia untuk menutupi sifat-sifat-Nya, padahal Dia Allah adalah Tuhan yang menciptakan, memelihara, mengatur dan menjamin seisi alam, sebaik-baiknya seseorang hamba adalah mengakui serta menyadari akan sifat-sifatnya yang lemah dan hina, misalnya miskin, lemah, bodoh dan lain sebagainya, maka tidaklah layak bagi seorang hamba untuk mengakui dirinya itu kaya, kuat, kuasa dan lain-lain yang berbenturan terhadap sifat kebesaran Allah, Allah berfirman dalam hadist qudsi, yaitu ”Alkibriyaau ridaai wal ‘adhamatu izaarii faman naaza’ainii waahidatan minhaa alqaituhu finnaari.” (Kesombongan itu adalah pakaianKu (SelendangKu), kebesaran itu sebagai sarungKu, maka barangsiapa yang bersaing denganKu dalam salah satu sifat itu, niscaya akan Ku lemparkan kedalam neraka.”
Posting Komentar untuk "JAUH BERBEDA AMAL YANG DI PIMPIN NAFSU DENGAN AMAL DARI KARUNIA-NYA DENGAN BERSANDAR PADA SIFAT ALLAH"
Terimakasih atas kunjungan anda...