JALAN UNTUK MENCAPAI MA'RIFAT Bagian 1
Manusia di beri kepercayaan penuh oleh Allah Swt untuk menjadi pemimpin (chalifah) di muka bumi, hal ini jelas di nyatakan dam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para malaikat : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (chalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman : "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Menjadi pemimpin ini di mulai dari memimpin diri sendiri (hawa nafsu), keluarga dan kemudian berkembang kepada sahabat dekat dan masyarakat luas di lingkungannya, kepercayaan Allah Swt mendapatkan protes dari kalangan para malaikat maupun iblis dengan berbagai alasan yang berbeda, para malaikat protes karena manusia umumnya suka berbuat kerusakan dengan berbagai sifat tercelanya, sedangkan iblis protes karena merasa derajatnya lebih tinggi dari manusia yang terbuat dari tanah sementara dia sendiri terbuat dari api.
Malaikat setelah mendapat penjelasan segera mengikuti perintah Allah Swt dan mengakui akan kekhalifahan manusia di muka bumi sesuai dengan firman Allah Swt, sementara iblis tetap membangkang untuk menghormati manusia (adam) seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ Ayat 61 yang berbunyi : “Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat : "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata : "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
Dengan demikian iblis tetap bertahan dengan kesombongannya dan meminta dispensasi kepada Allah Swt agar di beri umur hingga hari kiamat guna untuk membujuk dan mengajak manusia kepada kesesatannya, Allah Swt maha pemberi permintaan dan mengabulkan permohonan iblis tersebut, maka jadilah dia musuh yang nyata bagi Allah Swt dan para manusia, seperti dialog antara iblis dengan Allah Swt pada Surah Al-Israa’ Ayat 62-65 : “Dia (iblis) berkata : "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar - benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
“Tuhan berfirman : "Pergilah, Barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.”
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak - anak dan beri janjilah mereka, dan tidak ada yang di janjikan oleh syetan kepada mereka melainkan tipuan belaka.”
“Sesungguhnya hamba - hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka, dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga.” Surah Al-A’raf Ayat 16-17. “Iblis menjawab : "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar - benar akan (menghalang - halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.”
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
Tujuan hidup manusia semestinya adalah untuk beribadah kepada Allah Swt dengan arti melaksanakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan segala sesuatu laranganNya, untuk tujuan manusia ini maka iblis bersumpah guna menyesatkan manusia dengan berbagai cara dengan segenap kekuatan bala tentaranya (syetan) sampai hari kiamat.
Ketaqwaan adalam melaksanakan segala perintah Allah Swt dan RasulNya harus dengan sunguh – sungguh agar dapat mengalahkan bujuk rayuan dari iblis dan syetan yang masuk pada diri manusia tanpa terasa dan di sadari.
Hati merupakan hal yang paling halus pada manusia, hatilah yang menggerakkan seluruh anggota badan, hati juga dapat menjadi penghubung antara manusia dengan tuhannya, Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 17-18 : “Dan orang - orang yang menjauhi Thaghut (iblis/syetan) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba – hambaKu.”
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka itulah orang - orang yang telah di beri Allah petunjuk dan mereka itulah orang - orang yang mempunyai akal.
Hati ini perannya sangat penting, karena Allah Swt meletakkan nur (cahaya) keimanan yang bersifat Lathaif (lembut) dan sifat Rabbaniyah (keyuhanan) dan Rohaniyah (rohani), dengan nur yang terdapat dalam hati makanya manusia dapat mengenal tuhannya (ma’rifat), nah apabila hati ini senantiasa di didik dengan dzikrullah, maka dapat memancarkan mata air ilmu laduni kedalam hatinya, ini adalah karunia Allah Swt yang tak ternilai bagi manusia.
Hati sebagai tempat berkumpulnya ilmu hakikat karena dia adalah salah satu lathaif untuk mencapai tahap mengerti akan Allah Swt dan dari sinilah yang mengatur sekalian anggota jasmani (zahir) dan hati juga sebagai penembus hakikat segala sesuatu, karena begitu pentingnya hati ini, maka syetan menyerang manusia mengutamakan dari titik strategis ini (hati) dengan bisikan – bisikannya yang menghanyutkan serta terbuai, padahal sesungguhnya hal ini adalah kesesatan akan Allah Swt dan mendurhakaiNya.
Hati apabila sudah di huni atau di tutupi oleh syetan, maka hati tersebut tidak akan mendapatkan nur illahi, jadi jika hati telah di tutupi oleh iblis dan syetan, maka yang utama baginya adalah hawa nafsu yang membawa kepada durhaka terhadap Allah Swt dan RasulNya, hati apabila telah buta maka mendatangkan sifat jahil dan lalai, jahil ini di sebabkan sifat tercela yang di tanamkan oleh syetan tanpa di sadari karena tingkat keimanan yang lemah dan tidak mau tahu untuk beribadah yang selalu melalaikannya.
Sifat yang di tanamkan oleh iblis dan syetan berupa syirik, takbur, sombong, iri hati, dengki, rakus, loba, tamak, kikir, bakhil penzina dan lain sebagainya yang sifatnya serba buruk dan jelek, oleh karena itulah makanya hati harus selalu kita isi dengan dzikrullah untuk membentengi hal tersebut dan kita selalu minta perlindungan kepadaNYa, agar di jauhkan dari terhempasnya kepada lembah kehinaan dan kenistaan, hati jangan sampai menjadi buta karena memperturutkan sifat tercela, ini di siratkan oleh Allah Swt dengan firmanNya pada Surah Al-Haj Ayat 46 : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Hati yang begini berarti sudah berpenyakit dan kotor berdebu yang dapat menutupi terbukanya akan cahaya keimanan, penyakitnya adalah segala sifat yang tercela (buruk), maka ini harus segera di obati, obatnya adalah dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan berbagai cara, termasuk melazimkan dzikir pada hati tersebut, karena sekali lagi penyakit ini sangat berbahaya dan menjerumuskan manusia ke neraka jahannam, na’uzubillahi min zalik.
Surah At-Taubah Ayat 125 yang berbunyi : “Dan adapun orang - orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.”
Bersihkanlah hati dari kehendak hawa nafsu yang keji, ini fardhu ‘ain hukumnya, tetapi pekerjaan ini sangat sulit tanpa di imbangi dengan riyadhah (perjuangan) yang kuat dan sunguh – sungguh, tasawwuf mengobati penyakit hati dengan melazimkan dzikrullah setelah ibadah yang fardhu atau wajib dan mereka senantiasa istiqamah dengan hal ini, karena mereka tahu dengan pasti akan bahayanya yang dapat menghela kepada kemusyrikan damn kesesatan di sebabkan oleh kerjanya para iblis dan syetan ini.
Senantiasa bertaubat, taubat akan segala kesalahan dan perbuatan dosa yang jelas dan nyata utamanya, seterusnya taubat akan segala kelalaian dalam ingat kepada Allah Swt, latihannya selalu dengan berhadap hati (tawajjuh) kepada Allah Swt dan senantiasa bertaqarrub kepadaNya, dengan selalu ingat kepada Allah Swt maka dapat menolak akan bujuk rayu syetan, seperti firmanNya dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 152 : “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku.”
Rasulullah Saw juga bersabda mengenai hal ini : “Bahwasanya hati itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah dzikrullah, bagi setiap sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah dzikrullah, dan jauhkanlah syetanmu itu dengan ucapan LAILAHAILLALLAH MUHAMMADURRASULULLAH, karena syetan itu akan kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan di atasnya, dzikir kepada Allah swt menjadi benteng dari godaan syetan.”
Dzikir adalah mengingat Allah Swt, dengan setiap ibadah, seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain - lain yang di lakukan semata - mata atas nama Allah Swt atau dengan mengingat Allah adalah dzikir, tetapi di samping pelaksanaan hal - hal tersebut, laksanakanlah dzikir dengan secara khusus, yang merupakan cara pembersihan ruhaniyah manusia pada sisi Allah Swt (hati) secara ajaran tata cara sufiyah atau tasawwuf, yaitu dengan menyebut dzikir atau Allah dengan sendirian maupun berjama’ah dengan tata cara dan kaifiyat serta maqamat atau lathaif penempatannya pada bathin, untuk hal ini maka di perlukan seorang guru pembimbing dalam hal berdzikir cara tasawwuf atau sufi.
Menjadi pemimpin ini di mulai dari memimpin diri sendiri (hawa nafsu), keluarga dan kemudian berkembang kepada sahabat dekat dan masyarakat luas di lingkungannya, kepercayaan Allah Swt mendapatkan protes dari kalangan para malaikat maupun iblis dengan berbagai alasan yang berbeda, para malaikat protes karena manusia umumnya suka berbuat kerusakan dengan berbagai sifat tercelanya, sedangkan iblis protes karena merasa derajatnya lebih tinggi dari manusia yang terbuat dari tanah sementara dia sendiri terbuat dari api.
Malaikat setelah mendapat penjelasan segera mengikuti perintah Allah Swt dan mengakui akan kekhalifahan manusia di muka bumi sesuai dengan firman Allah Swt, sementara iblis tetap membangkang untuk menghormati manusia (adam) seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ Ayat 61 yang berbunyi : “Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat : "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata : "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
Dengan demikian iblis tetap bertahan dengan kesombongannya dan meminta dispensasi kepada Allah Swt agar di beri umur hingga hari kiamat guna untuk membujuk dan mengajak manusia kepada kesesatannya, Allah Swt maha pemberi permintaan dan mengabulkan permohonan iblis tersebut, maka jadilah dia musuh yang nyata bagi Allah Swt dan para manusia, seperti dialog antara iblis dengan Allah Swt pada Surah Al-Israa’ Ayat 62-65 : “Dia (iblis) berkata : "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar - benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
“Tuhan berfirman : "Pergilah, Barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.”
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak - anak dan beri janjilah mereka, dan tidak ada yang di janjikan oleh syetan kepada mereka melainkan tipuan belaka.”
“Sesungguhnya hamba - hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka, dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga.” Surah Al-A’raf Ayat 16-17. “Iblis menjawab : "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar - benar akan (menghalang - halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.”
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
Tujuan hidup manusia semestinya adalah untuk beribadah kepada Allah Swt dengan arti melaksanakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan segala sesuatu laranganNya, untuk tujuan manusia ini maka iblis bersumpah guna menyesatkan manusia dengan berbagai cara dengan segenap kekuatan bala tentaranya (syetan) sampai hari kiamat.
Ketaqwaan adalam melaksanakan segala perintah Allah Swt dan RasulNya harus dengan sunguh – sungguh agar dapat mengalahkan bujuk rayuan dari iblis dan syetan yang masuk pada diri manusia tanpa terasa dan di sadari.
Hati merupakan hal yang paling halus pada manusia, hatilah yang menggerakkan seluruh anggota badan, hati juga dapat menjadi penghubung antara manusia dengan tuhannya, Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 17-18 : “Dan orang - orang yang menjauhi Thaghut (iblis/syetan) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba – hambaKu.”
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka itulah orang - orang yang telah di beri Allah petunjuk dan mereka itulah orang - orang yang mempunyai akal.
Hati ini perannya sangat penting, karena Allah Swt meletakkan nur (cahaya) keimanan yang bersifat Lathaif (lembut) dan sifat Rabbaniyah (keyuhanan) dan Rohaniyah (rohani), dengan nur yang terdapat dalam hati makanya manusia dapat mengenal tuhannya (ma’rifat), nah apabila hati ini senantiasa di didik dengan dzikrullah, maka dapat memancarkan mata air ilmu laduni kedalam hatinya, ini adalah karunia Allah Swt yang tak ternilai bagi manusia.
Hati sebagai tempat berkumpulnya ilmu hakikat karena dia adalah salah satu lathaif untuk mencapai tahap mengerti akan Allah Swt dan dari sinilah yang mengatur sekalian anggota jasmani (zahir) dan hati juga sebagai penembus hakikat segala sesuatu, karena begitu pentingnya hati ini, maka syetan menyerang manusia mengutamakan dari titik strategis ini (hati) dengan bisikan – bisikannya yang menghanyutkan serta terbuai, padahal sesungguhnya hal ini adalah kesesatan akan Allah Swt dan mendurhakaiNya.
Hati apabila sudah di huni atau di tutupi oleh syetan, maka hati tersebut tidak akan mendapatkan nur illahi, jadi jika hati telah di tutupi oleh iblis dan syetan, maka yang utama baginya adalah hawa nafsu yang membawa kepada durhaka terhadap Allah Swt dan RasulNya, hati apabila telah buta maka mendatangkan sifat jahil dan lalai, jahil ini di sebabkan sifat tercela yang di tanamkan oleh syetan tanpa di sadari karena tingkat keimanan yang lemah dan tidak mau tahu untuk beribadah yang selalu melalaikannya.
Sifat yang di tanamkan oleh iblis dan syetan berupa syirik, takbur, sombong, iri hati, dengki, rakus, loba, tamak, kikir, bakhil penzina dan lain sebagainya yang sifatnya serba buruk dan jelek, oleh karena itulah makanya hati harus selalu kita isi dengan dzikrullah untuk membentengi hal tersebut dan kita selalu minta perlindungan kepadaNYa, agar di jauhkan dari terhempasnya kepada lembah kehinaan dan kenistaan, hati jangan sampai menjadi buta karena memperturutkan sifat tercela, ini di siratkan oleh Allah Swt dengan firmanNya pada Surah Al-Haj Ayat 46 : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Hati yang begini berarti sudah berpenyakit dan kotor berdebu yang dapat menutupi terbukanya akan cahaya keimanan, penyakitnya adalah segala sifat yang tercela (buruk), maka ini harus segera di obati, obatnya adalah dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan berbagai cara, termasuk melazimkan dzikir pada hati tersebut, karena sekali lagi penyakit ini sangat berbahaya dan menjerumuskan manusia ke neraka jahannam, na’uzubillahi min zalik.
Surah At-Taubah Ayat 125 yang berbunyi : “Dan adapun orang - orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.”
Bersihkanlah hati dari kehendak hawa nafsu yang keji, ini fardhu ‘ain hukumnya, tetapi pekerjaan ini sangat sulit tanpa di imbangi dengan riyadhah (perjuangan) yang kuat dan sunguh – sungguh, tasawwuf mengobati penyakit hati dengan melazimkan dzikrullah setelah ibadah yang fardhu atau wajib dan mereka senantiasa istiqamah dengan hal ini, karena mereka tahu dengan pasti akan bahayanya yang dapat menghela kepada kemusyrikan damn kesesatan di sebabkan oleh kerjanya para iblis dan syetan ini.
Senantiasa bertaubat, taubat akan segala kesalahan dan perbuatan dosa yang jelas dan nyata utamanya, seterusnya taubat akan segala kelalaian dalam ingat kepada Allah Swt, latihannya selalu dengan berhadap hati (tawajjuh) kepada Allah Swt dan senantiasa bertaqarrub kepadaNya, dengan selalu ingat kepada Allah Swt maka dapat menolak akan bujuk rayu syetan, seperti firmanNya dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 152 : “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku.”
Rasulullah Saw juga bersabda mengenai hal ini : “Bahwasanya hati itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah dzikrullah, bagi setiap sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah dzikrullah, dan jauhkanlah syetanmu itu dengan ucapan LAILAHAILLALLAH MUHAMMADURRASULULLAH, karena syetan itu akan kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan di atasnya, dzikir kepada Allah swt menjadi benteng dari godaan syetan.”
Dzikir adalah mengingat Allah Swt, dengan setiap ibadah, seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain - lain yang di lakukan semata - mata atas nama Allah Swt atau dengan mengingat Allah adalah dzikir, tetapi di samping pelaksanaan hal - hal tersebut, laksanakanlah dzikir dengan secara khusus, yang merupakan cara pembersihan ruhaniyah manusia pada sisi Allah Swt (hati) secara ajaran tata cara sufiyah atau tasawwuf, yaitu dengan menyebut dzikir atau Allah dengan sendirian maupun berjama’ah dengan tata cara dan kaifiyat serta maqamat atau lathaif penempatannya pada bathin, untuk hal ini maka di perlukan seorang guru pembimbing dalam hal berdzikir cara tasawwuf atau sufi.
Posting Komentar untuk "JALAN UNTUK MENCAPAI MA'RIFAT Bagian 1"
Terimakasih atas kunjungan anda...