ADAB PADA AL-QUR'AN
DO'A DAN ADAB TERHADAP AL-QUR'AN
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang - orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbul ‘alamiin, maka apakah kamu menganggap remeh saja Al - Qur'an ini?”
Al Waaqi'ah, Ayat 56 : 77- 81
Setelah membaca Qur’an , bacalah doa berikut:
اللهم ارحمنى بالقرأن واجعله لى إماما و نـورا و هدى ورحـمة. اللهم ذكرنى منه ما نسـيت وعلمني منه ما جهلت وارزقنى تلاوته أناء الليل و أطراف النهار واجعله لى حجة يا رب العالمـين
“Allahummar hamnii bil qur’aan waj’alhu lii imaamaaw wa nuuraw wa hudaw wa rahmah. Allahumma dzakkirnii minhumaa nasiita wa ‘alimna minhuma jahiltu wardzuknii tilaawatahu anaa allayli wa athraafan nahaari waj’alhulii hujjatallana laa hujjata yaa rabbil ‘aalamiin...”
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al - Qur'an, jadikanlah ia pimpinan bagiku, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al - Qur'an apa - apa yang aku terlupa, ajarkan kepadaku melaluinya apa - apa yang aku tidak tahu, berilah aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )
Adab Waktu Membaca Qur'an
1. Disunnahkan berwudhu;
2. Menghadap kiblat;
3. Ada sikap penghormatan hati untuk :
a. Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran,
b. Membenarkan dan meyakini
c. Niat mengamalkan Al - Qur'an
d. Niat untuk menyampaikan / mengajarkan lagi kepada orang lain;
4. Tempat yang bersih;
5. Sunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan.
Firman Allah :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk". (Q.S. An-Nahl Ayat 98).
6. Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai membaca Al - Qur'an pun dengan membaca Basmallah;
7. Sabda Nabi SAW :
كل أمر لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمـن الرحـيم فهو أجذم
“Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta)." (H.R. Ahmad dan An-Nasai).
8. Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar;
9. Berusaha untuk menangis;
10. Membaca dengan suara merdu;
11. Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh sendiri);
12. Memenuhi hak - hak Al - Qur'an;
13. Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain;
14. Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi;
15. Tidak menjadikan Al - Qur'an untuk bantal.
ADAB TERHADAP AL-QUR'AN
1. Membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis dan dengan duduk yang sopan dan tenang;
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang di baca;
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’;
4. Membaguskan suara di dalam membacanya;
5. Di mulai dengan Isti’adzah;
6. Berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang di baca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya;
7. Tidak mengganggu orang yang sedang shalat, tidak perlu membacanya dengan suara yang keras, bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara khusyu’;
8. Jika ada yang membaca Al-Qur’an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang;
9. Membaca Al-Qur’an dengan saling bergantian;
10.Berdo’a setelah membaca Al-Qur’an.
TA'AWUDZ DAN BASMALLAH DALAM MEMBACA AL - QUR'AN
Membaca ta’awwudz yaitu lafadz a’udzu billahi minasysyaithanirrajim adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca Al - Qur'an.
Sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing - masing juz itu terkait dengan tanggal kelahiran seseorang.
Para shahabat hingga para tabi’in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak pernah mengaitkan urutan juz dalam Al - Qur'an dengan tanggal kelahiran seseorang. Perbuatan ini tidak lebih dari bid’ah (dibuat - buat) oleh para kufur zindiq yang bertujuan mengacaukan ilmu Al - Qur'an, hanya orang bodoh saja yang akan tertipu dengan pola pembagian juz Al - Qur'an dengan menggunakan tanggal kelahiran.
RENUNGKANLAH AL - QUR'AN
Merenungkan makna Al - Qur’an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam illahi, konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati terhadap makna - makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaanNYA, meninggalkan ketergantungan terhadap pengetahuan dan akalnya, melepaskan segala rasa keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan kemampuan pemahamannya.
Seseorang yang membaca Al - Qur’an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan Al - Qur’an itu, dan dirinyalah yang mendapat ancaman, dan kisah - kisah yang ada memberikan pelajaran, mMaka ketika itu dia membaca Al - Qur’an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya, maka hendaklah dia merenungkan Kitab dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya.
Kewajiban bagi siapa saja yang di khususkan oleh Allah Swt dengan menghafal Al - Qur’an agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya (haqqah tilawatil), tadabbur dengan hakikat dan pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang asing baginya.
Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan - pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan Al - Qur’an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang di firmankanNYA itu.
Memuliakan Al - Qur’an juga hendaknya berhenti pada ayat - ayat janji (wa’d) dan berharap kepada Allah Swt serta memohon keutamaan dariNYA, berhenti pada ayat ancaman (wa’id) dan memohon perlindungan kepada Allah darinya.
Bila membaca Al - Qur’an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada mengkhatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman, dan juga lebih bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa manisnya Al - Qur’an.
Kriteria tartil yang paling minimal adalah dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca Al - Qur’an, dan yang sempurna adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat - ayat itu, memahaminya, serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.
Seseorang yang membaca Al - Qur’an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan rasa takut dan dengan tadabbur.
Hendaknya hati sibuk memikirkan makna - makna ayat yang di lafadzkan, sehingga mengetahui masing - masing ayat, lalu merenungkan perintah - perintah dan larangan - larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima itu semua.
Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut dan meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih kepada Allah Swt, maka hendaknya menyucikan dan mengagungkanNYA, atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah diri dan memintanya.
Dalam membaca Al - Qur’an hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafadz sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada arah pembicaraan serta kepada siapa pembicaraan itu di tujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca itu dengan pendapatnya dalam ayat yang lainnya.
Hendaknya dia mengetahui bahwa Al - Qur’an di tujukan untuk memberi petunjuk kepada seluruh manusia.
Jika seorang memang telah mencurahkan seluruh perhatian dalam memahami Al - Qur’an maka Allah Swt akan memuliakan hambaNYA, dan Allah Swt tentu akan membukakan ilmu-NYA berupa hal - hal yang tadinya tidak mampu dia usahakan.
MEMBACA AL - QUR'AN TIDAK TERTIB?
"Dalam membaca Al - Qur’an di sunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan - angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang di baca." (Q.S. Al-Muzammil Ayat 4, Surah Shad Ayat 27).
Bila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafadzkan dengan tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa, namun bukan berarti boleh terus menerus membaca apa adanya, kita harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid, karena kesalahan membaca (hurufnya dan panjang - pendeknya) tentu akan merubah makna dan tujuan yang tersirat, juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling penting dalam membaca Al - Qur’an yaitu bertadabbur (mengangan - angan) akan makna dan maksud setiap ayat.
HUKUM TIDAK MAU MEMBACA AL - QUR'AN
Sunnah bagi seorang muslimin dan muslimat untuk membanyakkan bacaan terhadap Al - Qur'an di sertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf ataupun hafalan.
Memperbanyak bacaan Al - Qur’an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah Swt di sertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu.
Tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci, sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa - apa sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu’.
HUKUM UCAPAN SHADAQALLAHUL'AZIM SELESAI MEMBACA AL - QUR'AN
Mengucapkan “Shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al - Qur’an adalah bid’ah, sebab Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya, demikian juga para Khulafa’ur Rasyidin, seluruh sahabat Radhiyallahu ‘anhu (Ra) dan imam para Salafus Shalihin, padahal mereka banyak membaca Al - Qur’an, mereka sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan membiasakan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al - Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang di ada - adakan sekarang ini.
HUKUM MEMBACA AL - QUR'AN BERSAMA - SAMA
Membaca Al - Qur’an haruslah dengan tata cara sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkannya bersama para shahabat beliau, Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para shabatnya, bahwa mereka membacanya dengan cara bersama - sama dengan satu suara, akan tetapi mereka membacanya sendiri - sendiri atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya.
Jika yang di maksud adalah mereka membacanya dengan satu suara dengan ‘waqaf’ dan berhenti yang sama, maka ini tidak di syari'atkan, paling tidak hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah SAW maupun para shahabat beliau dengan cara demikian, namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut tidak apa - apa.
Apabila yang di maksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al - Qur’an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing - masing membaca sendiri - sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini di syari’atkan.
Membagi judz - judz Al - Qur’an untuk orang - orang yang hadir dalam perkumpulan, agar masing - masing membacanya sendiri - sendiri dari Al - Qur’an, hal ini tidaklah di anggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al - Qur’an bagi masing - masing yang membacanya, adapun tujuan mereka dalam membaca Al - Qur’an untuk mendapatkan berkahnya saja, tidaklah cukup.
Sebab Al - Qur’an itu di baca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan diri kepada Allah Swt dan untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum - hukumnya, mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam membacanya dan berbagai macam faedah - faedah lainnya.
MENCIUM AL - QUR'AN
Kebanyakan orang mengatakan bahwa perbuatan mengecup/mencium mushaf Al - Qur'an tersebut tidak lain kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al - Qur`an, namun bentuk pemuliaan dan pengagungan seperti itu tidak di lakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para shahabat Rasulullah SAW, demikian pula oleh Tabi’in dan Atba’ut tabi’in”, tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.” Jadi perbuatan mencium Al - Qur’an merupakan perbuatan bid’ah (di buat - buat).
CARA MENGHAFAL AL - QUR'AN
Cara menghafal Al - Qur’an:
1. Niat ikhlas,
2. Hatinya bersih, perbanyak ber-istighfar,
3. Mohon kepada Allah agar Ia tolong kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita,
4. Hafalkan sedikit demi sedikit, 1 ayat sehari,
5. Setelah beberapa hari gabung ayat2 yang sudah dihafalkan.
6. Demikian seterusnya sampai khatam seluruh AlQuran.
Singkatnya adalah : Niat ikhlas, Istighfar sungguh - sungguh, Minta tolong pada Allah untuk di pahamkan, Sedikit demi sedikit, Di ulang - ulang, Istiqamah dan sabar.
PARA HAFIDZ AL - QUR'AN
Para hafiz Al - Qur’an memiliki kemulian tersendiri di hadapan Allah Swt,
Imam At-Thabrani, Ra meriwayatkan dari Anas bin Malik, Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Al - Qur’an, maka dosa - dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan di ampuni.
Dan barang siapa yang mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al - Qur’an, maka pada hari kiamat ia akan di bangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dia akan berkata kepada anaknya, "Mulailah membaca Al - Qur’an,’ ketika anaknya mulai membaca satu ayat Al - Qur’an, maka bapaknya di naikkan satu derajat oleh Allah Swt, sehingga terus bertambah tinggi hingga tamat bacaan Al - Qur'an tersebut.”
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang - orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbul ‘alamiin, maka apakah kamu menganggap remeh saja Al - Qur'an ini?”
Al Waaqi'ah, Ayat 56 : 77- 81
Setelah membaca Qur’an , bacalah doa berikut:
اللهم ارحمنى بالقرأن واجعله لى إماما و نـورا و هدى ورحـمة. اللهم ذكرنى منه ما نسـيت وعلمني منه ما جهلت وارزقنى تلاوته أناء الليل و أطراف النهار واجعله لى حجة يا رب العالمـين
“Allahummar hamnii bil qur’aan waj’alhu lii imaamaaw wa nuuraw wa hudaw wa rahmah. Allahumma dzakkirnii minhumaa nasiita wa ‘alimna minhuma jahiltu wardzuknii tilaawatahu anaa allayli wa athraafan nahaari waj’alhulii hujjatallana laa hujjata yaa rabbil ‘aalamiin...”
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al - Qur'an, jadikanlah ia pimpinan bagiku, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al - Qur'an apa - apa yang aku terlupa, ajarkan kepadaku melaluinya apa - apa yang aku tidak tahu, berilah aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )
Adab Waktu Membaca Qur'an
1. Disunnahkan berwudhu;
2. Menghadap kiblat;
3. Ada sikap penghormatan hati untuk :
a. Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran,
b. Membenarkan dan meyakini
c. Niat mengamalkan Al - Qur'an
d. Niat untuk menyampaikan / mengajarkan lagi kepada orang lain;
4. Tempat yang bersih;
5. Sunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan.
Firman Allah :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk". (Q.S. An-Nahl Ayat 98).
6. Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai membaca Al - Qur'an pun dengan membaca Basmallah;
7. Sabda Nabi SAW :
كل أمر لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمـن الرحـيم فهو أجذم
“Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta)." (H.R. Ahmad dan An-Nasai).
8. Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar;
9. Berusaha untuk menangis;
10. Membaca dengan suara merdu;
11. Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh sendiri);
12. Memenuhi hak - hak Al - Qur'an;
13. Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain;
14. Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi;
15. Tidak menjadikan Al - Qur'an untuk bantal.
ADAB TERHADAP AL-QUR'AN
1. Membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis dan dengan duduk yang sopan dan tenang;
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang di baca;
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’;
4. Membaguskan suara di dalam membacanya;
5. Di mulai dengan Isti’adzah;
6. Berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang di baca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya;
7. Tidak mengganggu orang yang sedang shalat, tidak perlu membacanya dengan suara yang keras, bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara khusyu’;
8. Jika ada yang membaca Al-Qur’an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang;
9. Membaca Al-Qur’an dengan saling bergantian;
10.Berdo’a setelah membaca Al-Qur’an.
TA'AWUDZ DAN BASMALLAH DALAM MEMBACA AL - QUR'AN
Membaca ta’awwudz yaitu lafadz a’udzu billahi minasysyaithanirrajim adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca Al - Qur'an.
Sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing - masing juz itu terkait dengan tanggal kelahiran seseorang.
Para shahabat hingga para tabi’in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak pernah mengaitkan urutan juz dalam Al - Qur'an dengan tanggal kelahiran seseorang. Perbuatan ini tidak lebih dari bid’ah (dibuat - buat) oleh para kufur zindiq yang bertujuan mengacaukan ilmu Al - Qur'an, hanya orang bodoh saja yang akan tertipu dengan pola pembagian juz Al - Qur'an dengan menggunakan tanggal kelahiran.
RENUNGKANLAH AL - QUR'AN
Merenungkan makna Al - Qur’an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam illahi, konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati terhadap makna - makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaanNYA, meninggalkan ketergantungan terhadap pengetahuan dan akalnya, melepaskan segala rasa keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan kemampuan pemahamannya.
Seseorang yang membaca Al - Qur’an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan Al - Qur’an itu, dan dirinyalah yang mendapat ancaman, dan kisah - kisah yang ada memberikan pelajaran, mMaka ketika itu dia membaca Al - Qur’an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya, maka hendaklah dia merenungkan Kitab dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya.
Kewajiban bagi siapa saja yang di khususkan oleh Allah Swt dengan menghafal Al - Qur’an agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya (haqqah tilawatil), tadabbur dengan hakikat dan pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang asing baginya.
Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan - pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan Al - Qur’an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang di firmankanNYA itu.
Memuliakan Al - Qur’an juga hendaknya berhenti pada ayat - ayat janji (wa’d) dan berharap kepada Allah Swt serta memohon keutamaan dariNYA, berhenti pada ayat ancaman (wa’id) dan memohon perlindungan kepada Allah darinya.
Bila membaca Al - Qur’an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada mengkhatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman, dan juga lebih bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa manisnya Al - Qur’an.
Kriteria tartil yang paling minimal adalah dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca Al - Qur’an, dan yang sempurna adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat - ayat itu, memahaminya, serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.
Seseorang yang membaca Al - Qur’an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan rasa takut dan dengan tadabbur.
Hendaknya hati sibuk memikirkan makna - makna ayat yang di lafadzkan, sehingga mengetahui masing - masing ayat, lalu merenungkan perintah - perintah dan larangan - larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima itu semua.
Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut dan meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih kepada Allah Swt, maka hendaknya menyucikan dan mengagungkanNYA, atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah diri dan memintanya.
Dalam membaca Al - Qur’an hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafadz sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada arah pembicaraan serta kepada siapa pembicaraan itu di tujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca itu dengan pendapatnya dalam ayat yang lainnya.
Hendaknya dia mengetahui bahwa Al - Qur’an di tujukan untuk memberi petunjuk kepada seluruh manusia.
Jika seorang memang telah mencurahkan seluruh perhatian dalam memahami Al - Qur’an maka Allah Swt akan memuliakan hambaNYA, dan Allah Swt tentu akan membukakan ilmu-NYA berupa hal - hal yang tadinya tidak mampu dia usahakan.
MEMBACA AL - QUR'AN TIDAK TERTIB?
"Dalam membaca Al - Qur’an di sunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan - angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang di baca." (Q.S. Al-Muzammil Ayat 4, Surah Shad Ayat 27).
Bila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafadzkan dengan tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa, namun bukan berarti boleh terus menerus membaca apa adanya, kita harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid, karena kesalahan membaca (hurufnya dan panjang - pendeknya) tentu akan merubah makna dan tujuan yang tersirat, juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling penting dalam membaca Al - Qur’an yaitu bertadabbur (mengangan - angan) akan makna dan maksud setiap ayat.
HUKUM TIDAK MAU MEMBACA AL - QUR'AN
Sunnah bagi seorang muslimin dan muslimat untuk membanyakkan bacaan terhadap Al - Qur'an di sertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf ataupun hafalan.
Memperbanyak bacaan Al - Qur’an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah Swt di sertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu.
Tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci, sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa - apa sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu’.
HUKUM UCAPAN SHADAQALLAHUL'AZIM SELESAI MEMBACA AL - QUR'AN
Mengucapkan “Shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al - Qur’an adalah bid’ah, sebab Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya, demikian juga para Khulafa’ur Rasyidin, seluruh sahabat Radhiyallahu ‘anhu (Ra) dan imam para Salafus Shalihin, padahal mereka banyak membaca Al - Qur’an, mereka sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan membiasakan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al - Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang di ada - adakan sekarang ini.
HUKUM MEMBACA AL - QUR'AN BERSAMA - SAMA
Membaca Al - Qur’an haruslah dengan tata cara sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkannya bersama para shahabat beliau, Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para shabatnya, bahwa mereka membacanya dengan cara bersama - sama dengan satu suara, akan tetapi mereka membacanya sendiri - sendiri atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya.
Jika yang di maksud adalah mereka membacanya dengan satu suara dengan ‘waqaf’ dan berhenti yang sama, maka ini tidak di syari'atkan, paling tidak hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah SAW maupun para shahabat beliau dengan cara demikian, namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut tidak apa - apa.
Apabila yang di maksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al - Qur’an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing - masing membaca sendiri - sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini di syari’atkan.
Membagi judz - judz Al - Qur’an untuk orang - orang yang hadir dalam perkumpulan, agar masing - masing membacanya sendiri - sendiri dari Al - Qur’an, hal ini tidaklah di anggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al - Qur’an bagi masing - masing yang membacanya, adapun tujuan mereka dalam membaca Al - Qur’an untuk mendapatkan berkahnya saja, tidaklah cukup.
Sebab Al - Qur’an itu di baca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan diri kepada Allah Swt dan untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum - hukumnya, mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam membacanya dan berbagai macam faedah - faedah lainnya.
MENCIUM AL - QUR'AN
Kebanyakan orang mengatakan bahwa perbuatan mengecup/mencium mushaf Al - Qur'an tersebut tidak lain kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al - Qur`an, namun bentuk pemuliaan dan pengagungan seperti itu tidak di lakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para shahabat Rasulullah SAW, demikian pula oleh Tabi’in dan Atba’ut tabi’in”, tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.” Jadi perbuatan mencium Al - Qur’an merupakan perbuatan bid’ah (di buat - buat).
CARA MENGHAFAL AL - QUR'AN
Cara menghafal Al - Qur’an:
1. Niat ikhlas,
2. Hatinya bersih, perbanyak ber-istighfar,
3. Mohon kepada Allah agar Ia tolong kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita,
4. Hafalkan sedikit demi sedikit, 1 ayat sehari,
5. Setelah beberapa hari gabung ayat2 yang sudah dihafalkan.
6. Demikian seterusnya sampai khatam seluruh AlQuran.
Singkatnya adalah : Niat ikhlas, Istighfar sungguh - sungguh, Minta tolong pada Allah untuk di pahamkan, Sedikit demi sedikit, Di ulang - ulang, Istiqamah dan sabar.
PARA HAFIDZ AL - QUR'AN
Para hafiz Al - Qur’an memiliki kemulian tersendiri di hadapan Allah Swt,
Imam At-Thabrani, Ra meriwayatkan dari Anas bin Malik, Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Al - Qur’an, maka dosa - dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan di ampuni.
Dan barang siapa yang mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al - Qur’an, maka pada hari kiamat ia akan di bangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dia akan berkata kepada anaknya, "Mulailah membaca Al - Qur’an,’ ketika anaknya mulai membaca satu ayat Al - Qur’an, maka bapaknya di naikkan satu derajat oleh Allah Swt, sehingga terus bertambah tinggi hingga tamat bacaan Al - Qur'an tersebut.”
Posting Komentar untuk "ADAB PADA AL-QUR'AN"
Terimakasih atas kunjungan anda...