Melatih Diri Untuk Menolak Musuh Allah
Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah Saw bersabda: ً( الصَوْمُ جٌُّت puasa adalah benteng). Artinya, ibadah puasa akan menjadi "penjaga" bagi yang mengerjakannya dari keburukan-keburukan yang datang, baik dari berbuat maksiat dan dosa, dari perilaku yang buruk dan akhlak yang tidak terpuji, juga dari murka Allah dan neraka.
Diriwayatkan dari Jabir, dari Anas Ra, dari Rasulullah Saw, Nabi Saw bersabda:
خَؿِيَيًُأَذِقَوءًَتُؤقِطًُاؾصٖوِمًَ.ًأَىًِتُلِطٔلًُثَوَابَهًُ.ًاَؾْؽَٕٔبًُوَاؾْغٔقِلَيًُوَاؾـٖؿٔقِؿَيًُ
وَاؾْقَؿٔقِنًُاؾْغَؿُوِسًُوَاؾـٖظًُْٖبٔشَفِوَةًٕ.ً
“Lima perkara yang membatalkan puasa : bohong, mengumpat (membicarakan kejelekan orang lain), memfitnah (adu-domba), sumpah bohong dan melihat dengan syahwat”.
Di dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw juga bersabda:
اَؾـٖظًُْٖدَفِمًْؿَيِؿُوِمًْؿٔنًِدٔفَومًِإِبِؾٔقًَِ٘ؾَعِـَيًُآٔ.ًػَؿَنًِتََٖؽَفَوًخَوِػًوًؿٔنًَآًٔ
آتَوهُ ًآُ ًعَٖٗ ًوَجَلٖ ًإِقِؿَوـّو ًقَهُٔٔ ًحَلاَوَتَهُ ًػٔي ًؼَؾْلٔهٔ ً. ً(صووو ًإدـوده ًعنً
خٕقػي)ً
“Melihat adalah panah beracun dari panah iblis, mudah-mudahan Allah melaknatnya, maka barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, Allah Azza Wa Jalla, akan mendatangkan keimanan kepadanya yang hatinya akan merasakan manisnya.” (Sanadnya shahih dari Khudhaifah).
Orang yang sedang berpuasa, secara otomatis mereka akan menjaga dirinya dari berbuat jelek, seperti berkata bohong, mengumpat, memfitnah, bersumpah palsu dan melihat dengan pandangan syahwat.
Hal-hal yang tidak terpuji tersebut, dijaganya selama dua puluh empat jam dalam sehari dan didawamkan selama satu bulan penuh, dasarnya bukan karena takut kepada siapa-siapa, melainkan hanya kepada Allah.
Tidak hanya diucapkan dilisan saja, tapi dilaksanakan dan dirasakan di dalam hati, bahkan tidak hanya itu, waktu-waktu luang yang sudah dikosongkan dari kejelekan tersebut dan waktu-waktu yang selain itu, menjadi kesempatan baik untuk diisi dengan amal ketaatan dan kebajikan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Adakah sarana latihan hidup yang lebih baik lagi daripada itu? Itulah hakikat mujahadah dan riyadlah, masa-masa latihan yang diadakan Allah untuk orang-orang yang percaya (beriman), dengan latihan itu supaya mereka menjadi orang yang bertaqwa.
Allah telah menegaskan dengan firman-Nya: “Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (QS. Al-Baqarah : 2/183).
Bahkan di bulan suci Ramadhan itu Allah sedang membentangkan fasilitas di relung dada orang-orang beriman dengan pancaran Nurhidayah, sehingga isi dada mereka terasa lapang, itulah 'inayah azaliah', dari dalam, berbentuk terbitnya semangat kuat untuk beribadah dan dari luarnya, rute-rute ibadah dimudahkan dan langkah-langkah penghambaan diteguhkan.
Dengan inayah tersebut yang hakikatnya adalah 'tarbiyah azaliah', seorang hamba diharapkan mampu mengembarakan ruhaniahnya untuk terbang tinggi ke haribaan Allah, bermi‘raj menuju wushul kepada-Nya. Dengan Inayah itu, seorang hamba dapat mencintai dan dicintai-Nya, meridlai dan diridlaiNya.
Allah telah menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya: ”Sesungguhnya Waliku adalah Allah yang telah menurunkan kitab, dan Dia mentarbiyah orang-orang yang shaleh". (QS. 7 : 196). Itulah rahmat utama yang hanya dikhususkan bagi hamba-hamba beriman, kalau sekiranya tidak ada rahmat yang utama itu, tidak ada tarbiyah dari Allah, tidak ada bulan suci Ramadhan, tidak ada puasa dan tarawih, tadarus serta shadaqah, maka barangkali tidak ada lagi manusia yang dapat selamat dalam menjalani tantangan kehidupan di dunia ini.
Terlebih di dalam era bumi tua seperti sekarang ini, seandainya tidak ada bulan suci Ramadhan, barangkali semua manusia akan celaka dan binasa, baik di dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, karena mereka tidak akan mampu lagi mengendalikan hawa nafsu dan menolak syetan.
Allah telah berfirman: “Dan kalau sekiranya tidak karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentunya kamu mengikuti syetan kecuali sebagian kecil saja (diantara kamu).” (QS. An-Nisa‘ : 4/83).
Ibadah puasa juga berarti menolak syetan jin, sebab musuh utama manusia setelah hawa nafsunya sendiri adalah syetan jin, syetan jin mempergunakan jalan nafsu syahwat untuk memperdaya dan menguasai manusia, padahal kuatnya nafsu syahwat itu dengan banyaknya makan dan minum, maka dengan puasa berarti orang beriman telah menyempitkan jalan masuk syetan ke dalam tubuhnya.
Rasulullah Saw telah menyatakan yang demikian itu dengan sabdanya:
إِنًٖاؾشٖقِطَونًَؾَقَهِِٖىًؿٔنًِابِنًِآَدَمًَؿَهَِٖىًاؾٖٔمًِػَضَقٚؼُوِاًؿَهَورِقَهًُبٔوؾْهُوِعًِ.ً
“Sesungguhnya setan masuk ke dalam anak Adam melalui aliran jalan darah, maka sempitkanlah jalan alirannya dengan lapar (puasa).” Allah juga telah memberi peringatan akan hal itu dengan firman-Nya:
إِنًٖاؾشٖقِطَونًَؾَؽُمًِعَُٔوًٙػَوتٖىُٕٔوهًُعَُٔو٘اًإِـٖؿَوًقَِٔعُوًحِٔٗبَهًُؾٔقَؽُوـُواًؿٔنًِأَصِوَوبًٔ
اؾيٖعٔيرِ(ػورٖ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. Fathir : 35/6).
Diriwayatkan dari Jabir, dari Anas Ra, dari Rasulullah Saw, Nabi Saw bersabda:
خَؿِيَيًُأَذِقَوءًَتُؤقِطًُاؾصٖوِمًَ.ًأَىًِتُلِطٔلًُثَوَابَهًُ.ًاَؾْؽَٕٔبًُوَاؾْغٔقِلَيًُوَاؾـٖؿٔقِؿَيًُ
وَاؾْقَؿٔقِنًُاؾْغَؿُوِسًُوَاؾـٖظًُْٖبٔشَفِوَةًٕ.ً
“Lima perkara yang membatalkan puasa : bohong, mengumpat (membicarakan kejelekan orang lain), memfitnah (adu-domba), sumpah bohong dan melihat dengan syahwat”.
Di dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw juga bersabda:
اَؾـٖظًُْٖدَفِمًْؿَيِؿُوِمًْؿٔنًِدٔفَومًِإِبِؾٔقًَِ٘ؾَعِـَيًُآٔ.ًػَؿَنًِتََٖؽَفَوًخَوِػًوًؿٔنًَآًٔ
آتَوهُ ًآُ ًعَٖٗ ًوَجَلٖ ًإِقِؿَوـّو ًقَهُٔٔ ًحَلاَوَتَهُ ًػٔي ًؼَؾْلٔهٔ ً. ً(صووو ًإدـوده ًعنً
خٕقػي)ً
“Melihat adalah panah beracun dari panah iblis, mudah-mudahan Allah melaknatnya, maka barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, Allah Azza Wa Jalla, akan mendatangkan keimanan kepadanya yang hatinya akan merasakan manisnya.” (Sanadnya shahih dari Khudhaifah).
Orang yang sedang berpuasa, secara otomatis mereka akan menjaga dirinya dari berbuat jelek, seperti berkata bohong, mengumpat, memfitnah, bersumpah palsu dan melihat dengan pandangan syahwat.
Hal-hal yang tidak terpuji tersebut, dijaganya selama dua puluh empat jam dalam sehari dan didawamkan selama satu bulan penuh, dasarnya bukan karena takut kepada siapa-siapa, melainkan hanya kepada Allah.
Tidak hanya diucapkan dilisan saja, tapi dilaksanakan dan dirasakan di dalam hati, bahkan tidak hanya itu, waktu-waktu luang yang sudah dikosongkan dari kejelekan tersebut dan waktu-waktu yang selain itu, menjadi kesempatan baik untuk diisi dengan amal ketaatan dan kebajikan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Adakah sarana latihan hidup yang lebih baik lagi daripada itu? Itulah hakikat mujahadah dan riyadlah, masa-masa latihan yang diadakan Allah untuk orang-orang yang percaya (beriman), dengan latihan itu supaya mereka menjadi orang yang bertaqwa.
Allah telah menegaskan dengan firman-Nya: “Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (QS. Al-Baqarah : 2/183).
Bahkan di bulan suci Ramadhan itu Allah sedang membentangkan fasilitas di relung dada orang-orang beriman dengan pancaran Nurhidayah, sehingga isi dada mereka terasa lapang, itulah 'inayah azaliah', dari dalam, berbentuk terbitnya semangat kuat untuk beribadah dan dari luarnya, rute-rute ibadah dimudahkan dan langkah-langkah penghambaan diteguhkan.
Dengan inayah tersebut yang hakikatnya adalah 'tarbiyah azaliah', seorang hamba diharapkan mampu mengembarakan ruhaniahnya untuk terbang tinggi ke haribaan Allah, bermi‘raj menuju wushul kepada-Nya. Dengan Inayah itu, seorang hamba dapat mencintai dan dicintai-Nya, meridlai dan diridlaiNya.
Allah telah menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya: ”Sesungguhnya Waliku adalah Allah yang telah menurunkan kitab, dan Dia mentarbiyah orang-orang yang shaleh". (QS. 7 : 196). Itulah rahmat utama yang hanya dikhususkan bagi hamba-hamba beriman, kalau sekiranya tidak ada rahmat yang utama itu, tidak ada tarbiyah dari Allah, tidak ada bulan suci Ramadhan, tidak ada puasa dan tarawih, tadarus serta shadaqah, maka barangkali tidak ada lagi manusia yang dapat selamat dalam menjalani tantangan kehidupan di dunia ini.
Terlebih di dalam era bumi tua seperti sekarang ini, seandainya tidak ada bulan suci Ramadhan, barangkali semua manusia akan celaka dan binasa, baik di dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, karena mereka tidak akan mampu lagi mengendalikan hawa nafsu dan menolak syetan.
Allah telah berfirman: “Dan kalau sekiranya tidak karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentunya kamu mengikuti syetan kecuali sebagian kecil saja (diantara kamu).” (QS. An-Nisa‘ : 4/83).
Ibadah puasa juga berarti menolak syetan jin, sebab musuh utama manusia setelah hawa nafsunya sendiri adalah syetan jin, syetan jin mempergunakan jalan nafsu syahwat untuk memperdaya dan menguasai manusia, padahal kuatnya nafsu syahwat itu dengan banyaknya makan dan minum, maka dengan puasa berarti orang beriman telah menyempitkan jalan masuk syetan ke dalam tubuhnya.
Rasulullah Saw telah menyatakan yang demikian itu dengan sabdanya:
إِنًٖاؾشٖقِطَونًَؾَقَهِِٖىًؿٔنًِابِنًِآَدَمًَؿَهَِٖىًاؾٖٔمًِػَضَقٚؼُوِاًؿَهَورِقَهًُبٔوؾْهُوِعًِ.ً
“Sesungguhnya setan masuk ke dalam anak Adam melalui aliran jalan darah, maka sempitkanlah jalan alirannya dengan lapar (puasa).” Allah juga telah memberi peringatan akan hal itu dengan firman-Nya:
إِنًٖاؾشٖقِطَونًَؾَؽُمًِعَُٔوًٙػَوتٖىُٕٔوهًُعَُٔو٘اًإِـٖؿَوًقَِٔعُوًحِٔٗبَهًُؾٔقَؽُوـُواًؿٔنًِأَصِوَوبًٔ
اؾيٖعٔيرِ(ػورٖ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. Fathir : 35/6).
Posting Komentar untuk "Melatih Diri Untuk Menolak Musuh Allah"
Terimakasih atas kunjungan anda...