KHILAFIYAH (PERBEDAAN) DAN SEGI HUKUM TENTANG MEMBACA BASMALAH PADA AWAL SURAH DALAM SHALAT
Hampir seluruh para sahabat-sahabat Rasulullah Saw menuliskan dan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dipermulaan tiap-tiap surah-surah Al-Qur’an, tetapi ulama-ulama yang datang kemudian setelah masa para sahabat Rasulullah Saw saling berlainan pendapat (ikhtilaf) tentang hal ini, apakah kalimah “Bismillah” ini diawal tiap-tiap surah itu termasuk salah satu ayat dari surah itu sendiri atau tidak, tetapi semua mereka sepakat (ittifaq), bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” pada surah An-Naml adalah termasuk salah satu ayat dari surah tersebut.Ada yang berpendapat bahwa kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” diawal tiap-tiap surah itu termasuk salah satu ayat surah tersebut, dan ada pula yang berpendapat ayat tersendiri dan tidak termasuk surah, begitu pula pada surah Al-Fatiha bacaan “Bismillahirrahmanirrahim” pada awal surah Al-Fatiha tersebut adalah termasuk ayat pada surah tersebut tapi ada juga yang mengatakan tidak.
Umumnya ulama-ulama salaf yang memang berdekatan masa hidup mereka dengan masa hidup Rasulullah Saw dan para sahabat beliau, begitu pula pada masa ulama-ulama khalaf yang berjauhan dengan masa hidup mereka dengan masa Rasulullah Saw dan para sahabat-sahabatnya mengeluarkan pendapat bahwa itu tidak termasuk salah satu dari ayat surah tetapi dimaksudkan hanya sebagai tanda batas dari masing-masing syurah saja, pendapat ini berdasarkan dari hadist yang di riwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih yang berasal dari Ibnu Abbas Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak membutuhkan tanda apa-apa antara masing-masing surah sampai diturunkan kepada beliau kalimah “Bismillahirrahmanirrahim”.
Sedangkan menurut hadist yang dikeluarkan oleh Al-Hakim yang juga merupakan hadist mursal yang berasal dari Sa’id bin Jabir Ra dan Salamah Ra yang dikatakan bahwa Rasulullah Saw selalu membaca “Bismillahirrahmanirrahim” diawal surah Al-Fatiha didalam shalat, sebab itulah maka kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” dianggap salah satu ayat dari surah Al-Fatiha, akan tetapi menurut Ibnu Katsir dan ia mengatakan bahwa dalam hadist ini terdapat kelemahan (dha’if), bahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni yang berasal dari Abu Hurairah Ra (Hadist Marfu) yang juga berasal dari Ali bin Abi Thalib Ra dan Ibnu Abbas Ra yang dikatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari setiap surah selain dari surah Al-Bara’ah (At-Taubah) yang adalah satu satunya surah dalam Al-Qur’an tanpa kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” pada awalnya.
Diantara orang-orang yang mengatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari masing-masing surah selain surah Al-Baraah dari golongan sahabat adalah :
1. Ibnu Abbas,
2. Ibnu Umar,
3. Ibnu Zubair,
4. Abu Hurairah, dan
5. Ali bin Abi Thalib.
Sedangkan dari golongan ulama tabi’in yang mengatakan sedemikian adalah :
1. Athaa,
2. Thaawur,
3. Sa’id bin Jabir,
4. Makhuul, dan
5. Az-Zahri.
Ulama selanjutnya yang sependapat adalah :
1. Imam Ahmad bin Hanbal,
2. Imam As-Syafi’i,
3. Imam Abdullah bin Mubarak,
4. Ishaq bin Rahuwaih, dan
5. Abu Abiid Al-Qasim bin Saalam,
Ulama yang tidak sependapat bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah tidak termasuk ayat Al-Qur’an adalah :
1. Imam Abu Hanifah (Hanafi) dan segenap pengikut madzhabnya,
2. Imam Malik dan segenap pengikut madzhabnya
Untuk diketahui menurut keterangan riwayat Imam As-Syafi’i dalam salah satu perkataannya yang mengatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari surah Al-Fatiha, tetapi tidak termasuk pada masing-masing surah lainnya, namun keterangan beliau ini adalah termasuk pada kategori “Gharrib.”
Abu Daud berkata,”Kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” diawal tiap-tiap surah ini adalah ayat yang berdiri sendiri dan tidak termasuk menjadi salah satu ayat dari surah-surah, menurut keterangan dari riwayat imam-imam mahdzab maka yang sedemikian adalah juga pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Al-Hasan Al-Karkhi juga sependapat sedemikian dan kedua-duanya adalah ulama besar dari mahdzab Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi), sebagai akibat dari ikhtilaf tersebut diatas, maka beruntun pula pada terjadi ikhtilaf pada tentang ketentuan untuk menyaringkan atau membesarkan (menjaharkan) pembacaan kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” didalam shalat, orang yang berpendirian bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” termasuk surah Al-Fatiha maka tentu mereka menyaringkan suaranya sebagaimana pembacaan kelanjutan ayat lain berikutnya.
Akan tetapi bagi orang yang mengatakan tidak termasuk ayat surah Al-Fatiha maka tentunya tidak menyaringkan suaranya ketika mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” ini dalam shalatnya, namun mereka sir-kan (tidak bersuara) ketika membacanya, bahkan ada juga diantara mereka yang tidak membacanya sama sekali, baik jahar maupun sir.
Ikhtilaf tentang pembacaan kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” diawal tiap-tiap surah dalam shalat ini yang mengatakan ada yang membaca secara jahar dan ada pula yang membacanya dengan sir, Imam As-Syafi’i menjaharkan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” ketika ia membaca surah Al-Fatiha dan pada setiap surah yang dibacanya, dan beginilah yang banyak dilakukan oleh para sahabat-sahabat, tabi’in-tabi’in dan ulama-ulama salaf dan khalaf, diantara sahabat yang selalu menjaharkan pembacaaan “Bismillahirrahmanirrahim” dalam surah Al-Fatiha adalah Abu Hurairah Ra, Ibnu Abbas, Ibnu Umardam Muawiyah, dan diantara para tabi’in yang menjaharkan “Bismillahirrahmanirrahim” adalah Sa’id bin Jabbir, Akramah, Abu Qilabah, Az-Zahri, Ali bin Hasan dan anaknya yang bernama Muhammad, Sa’id bin Musayyab, “Atha, Thaawus, Mujahid, Saalim, Muhammad bin Ka’ab Al-Qarazdi, “Abiid, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abu Waail, Ibnu Sirrin, Muhammad bin Abdul Mukaddir, Ali bin Abdullah bin Abbas dan anaknya bernama Muhammad, Naafi’, Zaid bin Aslam, Umar bin Abdul Aziz, Al-Arzaq bin Qais, Haabib bin Abi Tsabit, Abu SySya’staa’ Makhuul, Abdullah bin Maghfal bin Maqram, lalu keterangan ditambah oleh Al-Baihaqi (Imam Hadist terkenal) dengan Abdullah bin Sofwaan, Muhammad bin Al-Hanafiyah dan Umar bin Dinaar.
Diriwayatkan oleh An-Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hubban dalam shahihnya, begitu juga dengan Al-Hakim yang berasal dari Abu HurairahRa, bahwa Abu Hurairah Ra jika shalat maka ia menjaharkan “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu sesudah shalat ia berkata,”Saya adalah orang yang paling dekat menyerupai Rasulullah Saw dalam mengerjakan shalat.” Hadist ini dipandang shahih oleh Ad-Daruquthni, Al-Khatiib, Al-Baihaqi dan lain-lain, begitu juga dengan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmidzi yang berasal dari Ibnu Abbas Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw memulai surah Al-Fatiha dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, dan diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas Ra yang menyaringkan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dan ia mengatakan hadist ini shahih dan terpercaya riwayatnya.
Dalam shahih Bukhari yang berasal dari Anas bin Malik Ra yang ketika ditanya orang tentang bacaan Rasulullah Saw, maka katanya,”Bacaan Rasulullah dipanjangkan, beliau membaca “Bismillahirrahmanirrahim” beliau panjangkan bismillaah, beliau panjangkan Ar-Rahmaan, beliau panjangkan Ar-Rahiim. Dan didalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Daud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim yang berasal dari Ummu Salamah Ra, katanya ”Adalah Rasulullah Saw memotong-motong bacaan beliau, Bismi-l-laahi-r-rahmaa-ni-r-rahiim (berhenti), Alhamdu li-l-laahi rabbii-l-aalamiin (berhenti), Ar-rahmaani-r-rahiim (berhenti), maalikiyaumi-d-diin.”
Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dengan sanad-sanad yang shahih, Imam Abu Abdullah Asy-Syafi’i dan Al-Hakim yang berasal dari Anas bin Mu’awiyah Ra, katanya,”Ia shalat di Madinah dengan tidak membaca Bismillah, lalu sesudah selesai shalat, orang-orang muhajirin yang turut shalat memprotesnya, lalu ia selalu membaca Bismillah dalam shalat-shalat yang berikutnya.”
Semua hadist-hadist dan atsar-atsar yang berupa keterangan dari para sahabat Rasulullah Saw yang tersebut diatas rasanya sudah cukup untuk dijadikan hujjah guna kebolehan untuk membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dalam surat ketika memulai membaca surah Al-fatiha dan surah-surah lainnya, sekalipun diantara hadist dan atsar itu ada mengandung pertentangan satu dengan yang lainnya, ada yang merupakan yiwayat-riwayat yang ghaarib (berasal dari satu sumber saja) yang berbagai macam pula thuruqnya (persambungan sanad-sanad) dan berbagai macam pula “illatnya (cacat atau terputusnya sambungan haadist tersebut) ataupun berbagai macam pula kelemahan hadist dan atsar tersebut, kebalikannya dari pendirian yang telah tersebut diatas ini, banyak pula diantar para sahabat, tabi’in, ulama salaf dan khalaf yang tidak menjaharkan pembacaan “Bismillahirrahmanirrahim” atau bahkan tidak membaca sama sekali, maka cukup pula sampai kepada kita keterangan bahwa para khulafaur rasyidin, beberapa ulama salaf, golongan tabi’in dan begitu pula sampai kepada golongan ulama-ulama khalaf, bahkan telah menjadi pendirian pula bagi mazhab Abu Hanifah (Hanafi), As-Tsauri dan Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa mereka semua bukannya tidak menjaharkan tetapi sama sekali tidak membaca “Bismillahirrahmanirrahim”, dan pendirian ini dianut oleh para Imam Masjidil Haram di Makkah dan di Masjidin Nabawi di Madinah dimasa sekarang ini, Saudi Arabia secara resmi mengikuti pada mazhab Imam Maliki.
Dalilnya adalah dari hadist yang diriwayatkan Muslim yang berasal dari ‘Aisyah Ra, dan ia berkata,”Adalah Rasululah Saw membuka shalat dengan Al-hamdu li-l-laahi rabbil alamiin.” Dan hadist lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaang bersumber dari Anas bin Malik Ra, ia berkata,”Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Ustman, mereka semuanya memulai Al-Fatiha dengan Al-hamdu li-l-laahi rabbil alamiin.” Sedangkan hadist Muslim mengenai tentang ini menyatakan : “Mereka tidak menyebut Bi-smi-l-laahi-r-rahmaani-r-rahiim paada permulaan bacaan (Al-Fatiha) dan tidak pula di akhirnya.”
Dan bersamaan dengan maksud hadist Bukhari dan Muslim yang diatas ini, diriwayat pula oleh ahli-ahli hadist lainnya, sehingga hadist yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw tidak membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dalam shalat adalah menjadi hadist yang masyhur atau mutawatir.
Berikut hadist-hadist berikut ini :
1. Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka memulai Al-Fatiha dengan Alhamdulillahirabbil’alamiin.”
2. Diriwayatkan juga oleh Muslim dari Anas bin Malik Ra juga, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka tidak menyebut Bismillahirrahmaanirrahiim pada permulaan bacaan (Al-Fatiha) dan tidak pula sesudahnya.”
3. Diriwayatkan oleh 6 (enam) Ahli Hadist dari Anas bin Malik Ra juga, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, tidak pernah ada mendengar salah seorang dari mereka membaca Bismillahirrahmaanirrahiim.”
4. Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i dari Ibnu Abdullah bin Muggaffal, dalam riwayat At-Tarmidzi tertulis hadist ini yaitu : “Bapakku mendengarkan aku membaca Bismillahirrahmaanirrahiim, lalu beliau berkata,”Hai anakku, engkau mengadakan, sekali-kali janganlah mengada-adakan.” Idak aku lihat seseorang dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw mengerjakan sesuatu yang paling dimarahi atau dibenci beliau ialah mengada-adakan sesuatu yang tak pernah diadakan oleh Rasulullah Saw.” Berkata lagi bapakku seterusnya,”Aku sudah shalat beserta Rasulullah Saw dan beserta Abu Bakar, Umar dan Utsman Ra, aku tidak mendengar salah seorang mereka membacanya, bila engkau shalat maka mulailah (sebutlah) Alhamdulillahirabbil’aalamiin.”
5. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah Ra, ia berkata : “Rasulullah Saw bila bangkit dari raka’at kedua, memulai bacaan dengan Alhamdulillahirabbil’aalamiin, dan beliau tidak terdiam sebelumnya, jadi baru saja bangkit pada raka’at kedua lantas beliau membaca Alhamdulillahirabbil’aalamiin, ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw tidak membaca Bismillahirahmaanirrahiim sama sekali, tidak dengan jahar dan tidak pula dengan sir, sebab kalau membaca dengan sir, tentu ada tempo terdiam sebentar sebelum membaca Alhamdulillahirabbil’aalamiin.”
Umumnya ulama-ulama salaf yang memang berdekatan masa hidup mereka dengan masa hidup Rasulullah Saw dan para sahabat beliau, begitu pula pada masa ulama-ulama khalaf yang berjauhan dengan masa hidup mereka dengan masa Rasulullah Saw dan para sahabat-sahabatnya mengeluarkan pendapat bahwa itu tidak termasuk salah satu dari ayat surah tetapi dimaksudkan hanya sebagai tanda batas dari masing-masing syurah saja, pendapat ini berdasarkan dari hadist yang di riwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih yang berasal dari Ibnu Abbas Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak membutuhkan tanda apa-apa antara masing-masing surah sampai diturunkan kepada beliau kalimah “Bismillahirrahmanirrahim”.
Sedangkan menurut hadist yang dikeluarkan oleh Al-Hakim yang juga merupakan hadist mursal yang berasal dari Sa’id bin Jabir Ra dan Salamah Ra yang dikatakan bahwa Rasulullah Saw selalu membaca “Bismillahirrahmanirrahim” diawal surah Al-Fatiha didalam shalat, sebab itulah maka kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” dianggap salah satu ayat dari surah Al-Fatiha, akan tetapi menurut Ibnu Katsir dan ia mengatakan bahwa dalam hadist ini terdapat kelemahan (dha’if), bahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni yang berasal dari Abu Hurairah Ra (Hadist Marfu) yang juga berasal dari Ali bin Abi Thalib Ra dan Ibnu Abbas Ra yang dikatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari setiap surah selain dari surah Al-Bara’ah (At-Taubah) yang adalah satu satunya surah dalam Al-Qur’an tanpa kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” pada awalnya.
Diantara orang-orang yang mengatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari masing-masing surah selain surah Al-Baraah dari golongan sahabat adalah :
1. Ibnu Abbas,
2. Ibnu Umar,
3. Ibnu Zubair,
4. Abu Hurairah, dan
5. Ali bin Abi Thalib.
Sedangkan dari golongan ulama tabi’in yang mengatakan sedemikian adalah :
1. Athaa,
2. Thaawur,
3. Sa’id bin Jabir,
4. Makhuul, dan
5. Az-Zahri.
Ulama selanjutnya yang sependapat adalah :
1. Imam Ahmad bin Hanbal,
2. Imam As-Syafi’i,
3. Imam Abdullah bin Mubarak,
4. Ishaq bin Rahuwaih, dan
5. Abu Abiid Al-Qasim bin Saalam,
Ulama yang tidak sependapat bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah tidak termasuk ayat Al-Qur’an adalah :
1. Imam Abu Hanifah (Hanafi) dan segenap pengikut madzhabnya,
2. Imam Malik dan segenap pengikut madzhabnya
Untuk diketahui menurut keterangan riwayat Imam As-Syafi’i dalam salah satu perkataannya yang mengatakan bahwa kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” itu termasuk salah satu ayat dari surah Al-Fatiha, tetapi tidak termasuk pada masing-masing surah lainnya, namun keterangan beliau ini adalah termasuk pada kategori “Gharrib.”
Abu Daud berkata,”Kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” diawal tiap-tiap surah ini adalah ayat yang berdiri sendiri dan tidak termasuk menjadi salah satu ayat dari surah-surah, menurut keterangan dari riwayat imam-imam mahdzab maka yang sedemikian adalah juga pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Al-Hasan Al-Karkhi juga sependapat sedemikian dan kedua-duanya adalah ulama besar dari mahdzab Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi), sebagai akibat dari ikhtilaf tersebut diatas, maka beruntun pula pada terjadi ikhtilaf pada tentang ketentuan untuk menyaringkan atau membesarkan (menjaharkan) pembacaan kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” didalam shalat, orang yang berpendirian bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” termasuk surah Al-Fatiha maka tentu mereka menyaringkan suaranya sebagaimana pembacaan kelanjutan ayat lain berikutnya.
Akan tetapi bagi orang yang mengatakan tidak termasuk ayat surah Al-Fatiha maka tentunya tidak menyaringkan suaranya ketika mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” ini dalam shalatnya, namun mereka sir-kan (tidak bersuara) ketika membacanya, bahkan ada juga diantara mereka yang tidak membacanya sama sekali, baik jahar maupun sir.
Ikhtilaf tentang pembacaan kalimah “Bismillahirrahmanirrahim” diawal tiap-tiap surah dalam shalat ini yang mengatakan ada yang membaca secara jahar dan ada pula yang membacanya dengan sir, Imam As-Syafi’i menjaharkan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” ketika ia membaca surah Al-Fatiha dan pada setiap surah yang dibacanya, dan beginilah yang banyak dilakukan oleh para sahabat-sahabat, tabi’in-tabi’in dan ulama-ulama salaf dan khalaf, diantara sahabat yang selalu menjaharkan pembacaaan “Bismillahirrahmanirrahim” dalam surah Al-Fatiha adalah Abu Hurairah Ra, Ibnu Abbas, Ibnu Umardam Muawiyah, dan diantara para tabi’in yang menjaharkan “Bismillahirrahmanirrahim” adalah Sa’id bin Jabbir, Akramah, Abu Qilabah, Az-Zahri, Ali bin Hasan dan anaknya yang bernama Muhammad, Sa’id bin Musayyab, “Atha, Thaawus, Mujahid, Saalim, Muhammad bin Ka’ab Al-Qarazdi, “Abiid, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abu Waail, Ibnu Sirrin, Muhammad bin Abdul Mukaddir, Ali bin Abdullah bin Abbas dan anaknya bernama Muhammad, Naafi’, Zaid bin Aslam, Umar bin Abdul Aziz, Al-Arzaq bin Qais, Haabib bin Abi Tsabit, Abu SySya’staa’ Makhuul, Abdullah bin Maghfal bin Maqram, lalu keterangan ditambah oleh Al-Baihaqi (Imam Hadist terkenal) dengan Abdullah bin Sofwaan, Muhammad bin Al-Hanafiyah dan Umar bin Dinaar.
Diriwayatkan oleh An-Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hubban dalam shahihnya, begitu juga dengan Al-Hakim yang berasal dari Abu HurairahRa, bahwa Abu Hurairah Ra jika shalat maka ia menjaharkan “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu sesudah shalat ia berkata,”Saya adalah orang yang paling dekat menyerupai Rasulullah Saw dalam mengerjakan shalat.” Hadist ini dipandang shahih oleh Ad-Daruquthni, Al-Khatiib, Al-Baihaqi dan lain-lain, begitu juga dengan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmidzi yang berasal dari Ibnu Abbas Ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw memulai surah Al-Fatiha dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, dan diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas Ra yang menyaringkan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dan ia mengatakan hadist ini shahih dan terpercaya riwayatnya.
Dalam shahih Bukhari yang berasal dari Anas bin Malik Ra yang ketika ditanya orang tentang bacaan Rasulullah Saw, maka katanya,”Bacaan Rasulullah dipanjangkan, beliau membaca “Bismillahirrahmanirrahim” beliau panjangkan bismillaah, beliau panjangkan Ar-Rahmaan, beliau panjangkan Ar-Rahiim. Dan didalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Daud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim yang berasal dari Ummu Salamah Ra, katanya ”Adalah Rasulullah Saw memotong-motong bacaan beliau, Bismi-l-laahi-r-rahmaa-ni-r-rahiim (berhenti), Alhamdu li-l-laahi rabbii-l-aalamiin (berhenti), Ar-rahmaani-r-rahiim (berhenti), maalikiyaumi-d-diin.”
Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dengan sanad-sanad yang shahih, Imam Abu Abdullah Asy-Syafi’i dan Al-Hakim yang berasal dari Anas bin Mu’awiyah Ra, katanya,”Ia shalat di Madinah dengan tidak membaca Bismillah, lalu sesudah selesai shalat, orang-orang muhajirin yang turut shalat memprotesnya, lalu ia selalu membaca Bismillah dalam shalat-shalat yang berikutnya.”
Semua hadist-hadist dan atsar-atsar yang berupa keterangan dari para sahabat Rasulullah Saw yang tersebut diatas rasanya sudah cukup untuk dijadikan hujjah guna kebolehan untuk membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dalam surat ketika memulai membaca surah Al-fatiha dan surah-surah lainnya, sekalipun diantara hadist dan atsar itu ada mengandung pertentangan satu dengan yang lainnya, ada yang merupakan yiwayat-riwayat yang ghaarib (berasal dari satu sumber saja) yang berbagai macam pula thuruqnya (persambungan sanad-sanad) dan berbagai macam pula “illatnya (cacat atau terputusnya sambungan haadist tersebut) ataupun berbagai macam pula kelemahan hadist dan atsar tersebut, kebalikannya dari pendirian yang telah tersebut diatas ini, banyak pula diantar para sahabat, tabi’in, ulama salaf dan khalaf yang tidak menjaharkan pembacaan “Bismillahirrahmanirrahim” atau bahkan tidak membaca sama sekali, maka cukup pula sampai kepada kita keterangan bahwa para khulafaur rasyidin, beberapa ulama salaf, golongan tabi’in dan begitu pula sampai kepada golongan ulama-ulama khalaf, bahkan telah menjadi pendirian pula bagi mazhab Abu Hanifah (Hanafi), As-Tsauri dan Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa mereka semua bukannya tidak menjaharkan tetapi sama sekali tidak membaca “Bismillahirrahmanirrahim”, dan pendirian ini dianut oleh para Imam Masjidil Haram di Makkah dan di Masjidin Nabawi di Madinah dimasa sekarang ini, Saudi Arabia secara resmi mengikuti pada mazhab Imam Maliki.
Dalilnya adalah dari hadist yang diriwayatkan Muslim yang berasal dari ‘Aisyah Ra, dan ia berkata,”Adalah Rasululah Saw membuka shalat dengan Al-hamdu li-l-laahi rabbil alamiin.” Dan hadist lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaang bersumber dari Anas bin Malik Ra, ia berkata,”Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Ustman, mereka semuanya memulai Al-Fatiha dengan Al-hamdu li-l-laahi rabbil alamiin.” Sedangkan hadist Muslim mengenai tentang ini menyatakan : “Mereka tidak menyebut Bi-smi-l-laahi-r-rahmaani-r-rahiim paada permulaan bacaan (Al-Fatiha) dan tidak pula di akhirnya.”
Dan bersamaan dengan maksud hadist Bukhari dan Muslim yang diatas ini, diriwayat pula oleh ahli-ahli hadist lainnya, sehingga hadist yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw tidak membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dalam shalat adalah menjadi hadist yang masyhur atau mutawatir.
Berikut hadist-hadist berikut ini :
1. Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka memulai Al-Fatiha dengan Alhamdulillahirabbil’alamiin.”
2. Diriwayatkan juga oleh Muslim dari Anas bin Malik Ra juga, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka tidak menyebut Bismillahirrahmaanirrahiim pada permulaan bacaan (Al-Fatiha) dan tidak pula sesudahnya.”
3. Diriwayatkan oleh 6 (enam) Ahli Hadist dari Anas bin Malik Ra juga, yaitu : “Aku shalat dibelakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, tidak pernah ada mendengar salah seorang dari mereka membaca Bismillahirrahmaanirrahiim.”
4. Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i dari Ibnu Abdullah bin Muggaffal, dalam riwayat At-Tarmidzi tertulis hadist ini yaitu : “Bapakku mendengarkan aku membaca Bismillahirrahmaanirrahiim, lalu beliau berkata,”Hai anakku, engkau mengadakan, sekali-kali janganlah mengada-adakan.” Idak aku lihat seseorang dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw mengerjakan sesuatu yang paling dimarahi atau dibenci beliau ialah mengada-adakan sesuatu yang tak pernah diadakan oleh Rasulullah Saw.” Berkata lagi bapakku seterusnya,”Aku sudah shalat beserta Rasulullah Saw dan beserta Abu Bakar, Umar dan Utsman Ra, aku tidak mendengar salah seorang mereka membacanya, bila engkau shalat maka mulailah (sebutlah) Alhamdulillahirabbil’aalamiin.”
5. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah Ra, ia berkata : “Rasulullah Saw bila bangkit dari raka’at kedua, memulai bacaan dengan Alhamdulillahirabbil’aalamiin, dan beliau tidak terdiam sebelumnya, jadi baru saja bangkit pada raka’at kedua lantas beliau membaca Alhamdulillahirabbil’aalamiin, ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw tidak membaca Bismillahirahmaanirrahiim sama sekali, tidak dengan jahar dan tidak pula dengan sir, sebab kalau membaca dengan sir, tentu ada tempo terdiam sebentar sebelum membaca Alhamdulillahirabbil’aalamiin.”
Posting Komentar untuk "KHILAFIYAH (PERBEDAAN) DAN SEGI HUKUM TENTANG MEMBACA BASMALAH PADA AWAL SURAH DALAM SHALAT "
Terimakasih atas kunjungan anda...