JANGAN HINAKAN DIRIMU DENGAN BERKELUH KESAH KEPADA SESAMA MAKHLUK
Allah Swt berfirman sehubungan dengan larangan keluh, kesah, resah, gelisah yang di sampaikan kepada sesama makhluk atau yang lazim di sebut sekarang ini adalah “CURAHAN HATI-CURHAT). “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka.” (Q.S. An-Nisaa’ : 114).
“Sesungguhnya manusia di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia di timpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Q.S. Al-Ma’aarij : 21).
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujuraat : 6).
Hadist Rasulullah Saw sehubungan dengan di atas di riwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Rasulullah Saw, beliau bersabda,“Orang Islam itu ialah orang yang mana orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya, dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang di larang oleh Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari Hammam, ia berkata : Dahulu kami bersama Hudzaifah, lalu di katakan kepadanya bahwa ada seorang laki-laki yang suka melaporkan pembicaraan kepada ‘Utsman, maka Hudzaifah Ra berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda,“Tidak akan masuk syurga orang yang suka berbuat namimah (mengadu-adu).” (H.R Bukhari dan Muslim). "Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang di kehendaki Allah menjadi orang yang baik maka di berinya cobaan.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi).
Keluh, kesah, gundah, resah dan gelisah ini adalah suatu sifat tercela (madzmumah) yang mengotori hati manusia pada daging yang segumpal di dalamnya, yang sebagai gambaran isi hati yang di rundung derita yang tak kunjung sirna akibat menjalani proses pada kehidupan ini, keluh kesah dalam jiwa manusia adalah hal yang wajar, sifat ini mempunyai kehendak yang selalu pada mulanya di motori oleh iblis dan syetan, sifat keluh kesah ini sama sekali tidak boleh di turuti kehendaknya, ia akan senantiasa menggambarkan ketidak berdayaan dalam mengarungi kehidupan dan berarti tidak percaya atas kehendak dan ketentuan Allah Swt pada dirinya, jika ingin merubah ketentuan dan kehendak pengaturan Allah Swt ini, maka hadapkanlah hati hanya kepada Allah Swt dan sampaikan kepada-Nya melalui shalat sebagaimana firman Allah Swt di atas, bukan kepada sesama makhluk, karena hal ini akan menjauh dari nilai-nilai kesabaran dan kepribadian yang qana’ah, jika di ikuti kemauannya maka stress dan putus asa akan selalu menghantuinya, lakukanlah shalat dan do’a, karena ini adalah sarana yang menghubungkan langsung antara hamba dengan Khaliq-Nya, juga sebagai penolong dan alat kontrol diri dan ini hanya dapat di rasakan oleh mereka yang shalatnya sejalan dengan anjuran dan ukuran Rasulullah Saw serta di iringi keikhlasan dan kekhusyuan yang mantap, adapun do’a merupakan isyarat permohonan seorang hamba kepada Rab-Nya atas segala apa yang di timpakan-Nya termasuk keluh, kesah, gundah, resah dan gelisah atas segala bentuk persoalan hidup, bukan kepada sesama makhluk, karena tiada satupun makhluk yang akan mampu untuk memberikan pertolongan terhadap manusia, apalagi untuk memberikan pertolongan yang berbentuk ketentuan dan pengaturan Allah Swt terhadap perjalanan kehidupan dunia ini.
Agama Islam tidak tertutup dalam menangani permasalahan keluh dan kesah ini, hukum membolehkan untuk melakukan keluh kesah kepada sesama makhluk hanya terbatas kepada mahramnya saja, jika di luar mahramnya sehubungan peringatan Rasulullah Saw pada hadist ini : "Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ucapan Rasulullah Saw ini sudah jelas pula hukumnya untuk jangan melakukan “CURAHAN HATI” kepada yang bukan mahramnya, pengertian “KHALWAT” di atas adalah berbicara hanya berdua tanpa adanya saksi saat itu atau adanya kehadiran mahramnya yang ikut mendengar, namun hukum telah mengatur segala bentuk keresahan, kegundahan, kesusahan hati yang tercurah hanya sampaikan kepada Allah Swt saja dan kepada ahli keluarga yang memang mahramnya, jika sebaliknya yang di lakukan akan menjadi petaka baginya karena bertentangan dengan aturan yang telah di gariskan Allah Swt dan Dia akan menghukum hamba-Nya yang melakukan ini, pada dasarnya ini adalah penyakit hati dan kalbu pada manusia yang merongrong akan keimanan hamba tersebut.
Makna mendasar firman Allah Swt di atas adalah, hendaknya manusia menyadari diri dan menghinakan diri dalam sesuatu persoalan yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini kepada makhluk lain kecuali hanya kepada Allah Swt, berkeluh kesah ini pada sesama makhluk hanya boleh di lakukan kepada mahramnya, sampaikanlah kepada ahli keluarga atau para mahramnya atas segala bentuk penderitaan atau apa saja yang mengakibatkan diri pribadi secara bathiniah dan rohaniah mengeluh, kalau memang harus di lakukan juga jika mengalami sesuatu persoalan yang pelik, baik itu tentang kehidupan dunia (penghidupan), pergaulan sehari-hari, akibat hubungan sesama manusia dan lain sebagainya, setelah itu bagi orang-orang yang beriman hendaklah untuk meningkatkan kesabaran dan ketaqwaannya kepada Allah Swt dan melakukan tafakkur serta muhasabah terhadap diri sendiri melalui ibadah shalat sunat istikharah yang memang telah di anjurkan dan di turunkan gunanya untuk hal ini sebagai sarana dan prasarana penyampaian atas segala bentuk keresahan, kegelisahan dan lain sebagainya atau sebagai curahan hati, sehingga hal sedemikian dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menghela kepada kemaksiatan, keingkaran, kemungkaran dan kejahatan lainnya.
Jika di lakukan kepada sesama makhluk maka akan berpotensi kepada hal-hal yang negatif yang dapat menghela kepada kerusakan yang lebih kepada diri sendiri, berakibat kurangnya percaya diri, kurangnya keimanan dan ketaqwaan, karena ia hanya melakukan keluh kesahnya kepada sesama makhluk, sementara yang menciptakan keluh kesah itu adalah Allah Swt, jadi hanya kepada Allah Swt sajalah tempat untuk mengadukan segala kesusahan hati, keresahan hati, kegundahan hati dan lain sebagainya yang menyangkut tentang hati dan perasaan yang sebagai sumber timbulnya rasa keluh dan kesah ini.
Istiqamah dan optimislah yang dapat menjaga eksistensi keberlangsungan iman dan Islam seorang mu’minin dan mu’minat (orang-orang yang beriman), ia tidak akan surut walau di terjang maut sekalipun atas akibat dari segala bentuk keluh dan kesah, ia akan senantiasa berpegang teguh pada aqidah yang menguncinya aturan perjalanan hidupnya sebagai wujud bahwa dirinya memenuhi janji dan syahadat yang di ikrarkannya, apabila istiqamah dan optimisme ini mampu membeku dalam qalbu, terpatri dalam hati, maka konsekuensinya rasa ridha, syukur dan ketenangan akan terlahir darinya atas karunia dan hidayah Allah Swt. Haram melakukan perkara-perkara yang bisa menghela kepada timbulnya perbuatan yang mungkar, seperti hawa, nafsu dan syahwat, timbulnya fitnah karena dan yang bisa membangkitkan hawa dan nafsu, contohnya yang berlaku pada kebanyakan umat manusia sekarang, di mana sms, e-mail, chat atau facebook atau jejaring sosial lainnya, bisa dengan mudahnya untuk menjadi alat sebagai dasar perantara perjanjian memadu kasih yang memuaskan nafsu di antara pasangan dan masing-masing melunaskan keinginan dan kesenangannya semata-mata, membicarakan perkara-perkara yang tiada guna, melakukan pembicaraan yang maksiat karena hanya terhubung berdua secara pribadi, ajang bercerita tentang aib keluarga, aib hati atau aib perasaannya kepada orang lain yang bukan mahramnya, yang mana hal ini adalah sangat berpotensi menimbulkan fitnah, lebih-lebih lagi hukumnya adalah haram.
Boleh saja beraktifitas mengikuti pada teknologi perkembangan dunia, karena semua ini di ciptakan Allah Swt hanya untuk kenikmatan umatnya juga, namun sikapi dan lakukanlah hanya untuk kebaikan dan bukan untuk menebar kemaksiatan, kemungkaran dan keingkaran melalui postingan porno, ucapan-ucapan atau kata-kata yang tidak perlu dan tiada manfaatnya dan lain sebagainya, namun lakukanlah hanya untuk yang baik-baik saja, seperti pendidikan, komunikasi penting dan berguna, bisnis untuk perekonomian, hal-hal keagamaan yang bersifat syi’ar dan lain sebagainya, tebarlah manfaat selagi sempat, jangan tebar kemaksiatan, kemungkaran dan keingkaran dalam waktu yang singkat ini.
“Sesungguhnya manusia di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia di timpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Q.S. Al-Ma’aarij : 21).
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujuraat : 6).
Hadist Rasulullah Saw sehubungan dengan di atas di riwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Rasulullah Saw, beliau bersabda,“Orang Islam itu ialah orang yang mana orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya, dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang di larang oleh Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari Hammam, ia berkata : Dahulu kami bersama Hudzaifah, lalu di katakan kepadanya bahwa ada seorang laki-laki yang suka melaporkan pembicaraan kepada ‘Utsman, maka Hudzaifah Ra berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda,“Tidak akan masuk syurga orang yang suka berbuat namimah (mengadu-adu).” (H.R Bukhari dan Muslim). "Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang di kehendaki Allah menjadi orang yang baik maka di berinya cobaan.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi).
Keluh, kesah, gundah, resah dan gelisah ini adalah suatu sifat tercela (madzmumah) yang mengotori hati manusia pada daging yang segumpal di dalamnya, yang sebagai gambaran isi hati yang di rundung derita yang tak kunjung sirna akibat menjalani proses pada kehidupan ini, keluh kesah dalam jiwa manusia adalah hal yang wajar, sifat ini mempunyai kehendak yang selalu pada mulanya di motori oleh iblis dan syetan, sifat keluh kesah ini sama sekali tidak boleh di turuti kehendaknya, ia akan senantiasa menggambarkan ketidak berdayaan dalam mengarungi kehidupan dan berarti tidak percaya atas kehendak dan ketentuan Allah Swt pada dirinya, jika ingin merubah ketentuan dan kehendak pengaturan Allah Swt ini, maka hadapkanlah hati hanya kepada Allah Swt dan sampaikan kepada-Nya melalui shalat sebagaimana firman Allah Swt di atas, bukan kepada sesama makhluk, karena hal ini akan menjauh dari nilai-nilai kesabaran dan kepribadian yang qana’ah, jika di ikuti kemauannya maka stress dan putus asa akan selalu menghantuinya, lakukanlah shalat dan do’a, karena ini adalah sarana yang menghubungkan langsung antara hamba dengan Khaliq-Nya, juga sebagai penolong dan alat kontrol diri dan ini hanya dapat di rasakan oleh mereka yang shalatnya sejalan dengan anjuran dan ukuran Rasulullah Saw serta di iringi keikhlasan dan kekhusyuan yang mantap, adapun do’a merupakan isyarat permohonan seorang hamba kepada Rab-Nya atas segala apa yang di timpakan-Nya termasuk keluh, kesah, gundah, resah dan gelisah atas segala bentuk persoalan hidup, bukan kepada sesama makhluk, karena tiada satupun makhluk yang akan mampu untuk memberikan pertolongan terhadap manusia, apalagi untuk memberikan pertolongan yang berbentuk ketentuan dan pengaturan Allah Swt terhadap perjalanan kehidupan dunia ini.
Agama Islam tidak tertutup dalam menangani permasalahan keluh dan kesah ini, hukum membolehkan untuk melakukan keluh kesah kepada sesama makhluk hanya terbatas kepada mahramnya saja, jika di luar mahramnya sehubungan peringatan Rasulullah Saw pada hadist ini : "Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ucapan Rasulullah Saw ini sudah jelas pula hukumnya untuk jangan melakukan “CURAHAN HATI” kepada yang bukan mahramnya, pengertian “KHALWAT” di atas adalah berbicara hanya berdua tanpa adanya saksi saat itu atau adanya kehadiran mahramnya yang ikut mendengar, namun hukum telah mengatur segala bentuk keresahan, kegundahan, kesusahan hati yang tercurah hanya sampaikan kepada Allah Swt saja dan kepada ahli keluarga yang memang mahramnya, jika sebaliknya yang di lakukan akan menjadi petaka baginya karena bertentangan dengan aturan yang telah di gariskan Allah Swt dan Dia akan menghukum hamba-Nya yang melakukan ini, pada dasarnya ini adalah penyakit hati dan kalbu pada manusia yang merongrong akan keimanan hamba tersebut.
Makna mendasar firman Allah Swt di atas adalah, hendaknya manusia menyadari diri dan menghinakan diri dalam sesuatu persoalan yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini kepada makhluk lain kecuali hanya kepada Allah Swt, berkeluh kesah ini pada sesama makhluk hanya boleh di lakukan kepada mahramnya, sampaikanlah kepada ahli keluarga atau para mahramnya atas segala bentuk penderitaan atau apa saja yang mengakibatkan diri pribadi secara bathiniah dan rohaniah mengeluh, kalau memang harus di lakukan juga jika mengalami sesuatu persoalan yang pelik, baik itu tentang kehidupan dunia (penghidupan), pergaulan sehari-hari, akibat hubungan sesama manusia dan lain sebagainya, setelah itu bagi orang-orang yang beriman hendaklah untuk meningkatkan kesabaran dan ketaqwaannya kepada Allah Swt dan melakukan tafakkur serta muhasabah terhadap diri sendiri melalui ibadah shalat sunat istikharah yang memang telah di anjurkan dan di turunkan gunanya untuk hal ini sebagai sarana dan prasarana penyampaian atas segala bentuk keresahan, kegelisahan dan lain sebagainya atau sebagai curahan hati, sehingga hal sedemikian dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menghela kepada kemaksiatan, keingkaran, kemungkaran dan kejahatan lainnya.
Jika di lakukan kepada sesama makhluk maka akan berpotensi kepada hal-hal yang negatif yang dapat menghela kepada kerusakan yang lebih kepada diri sendiri, berakibat kurangnya percaya diri, kurangnya keimanan dan ketaqwaan, karena ia hanya melakukan keluh kesahnya kepada sesama makhluk, sementara yang menciptakan keluh kesah itu adalah Allah Swt, jadi hanya kepada Allah Swt sajalah tempat untuk mengadukan segala kesusahan hati, keresahan hati, kegundahan hati dan lain sebagainya yang menyangkut tentang hati dan perasaan yang sebagai sumber timbulnya rasa keluh dan kesah ini.
Istiqamah dan optimislah yang dapat menjaga eksistensi keberlangsungan iman dan Islam seorang mu’minin dan mu’minat (orang-orang yang beriman), ia tidak akan surut walau di terjang maut sekalipun atas akibat dari segala bentuk keluh dan kesah, ia akan senantiasa berpegang teguh pada aqidah yang menguncinya aturan perjalanan hidupnya sebagai wujud bahwa dirinya memenuhi janji dan syahadat yang di ikrarkannya, apabila istiqamah dan optimisme ini mampu membeku dalam qalbu, terpatri dalam hati, maka konsekuensinya rasa ridha, syukur dan ketenangan akan terlahir darinya atas karunia dan hidayah Allah Swt. Haram melakukan perkara-perkara yang bisa menghela kepada timbulnya perbuatan yang mungkar, seperti hawa, nafsu dan syahwat, timbulnya fitnah karena dan yang bisa membangkitkan hawa dan nafsu, contohnya yang berlaku pada kebanyakan umat manusia sekarang, di mana sms, e-mail, chat atau facebook atau jejaring sosial lainnya, bisa dengan mudahnya untuk menjadi alat sebagai dasar perantara perjanjian memadu kasih yang memuaskan nafsu di antara pasangan dan masing-masing melunaskan keinginan dan kesenangannya semata-mata, membicarakan perkara-perkara yang tiada guna, melakukan pembicaraan yang maksiat karena hanya terhubung berdua secara pribadi, ajang bercerita tentang aib keluarga, aib hati atau aib perasaannya kepada orang lain yang bukan mahramnya, yang mana hal ini adalah sangat berpotensi menimbulkan fitnah, lebih-lebih lagi hukumnya adalah haram.
Boleh saja beraktifitas mengikuti pada teknologi perkembangan dunia, karena semua ini di ciptakan Allah Swt hanya untuk kenikmatan umatnya juga, namun sikapi dan lakukanlah hanya untuk kebaikan dan bukan untuk menebar kemaksiatan, kemungkaran dan keingkaran melalui postingan porno, ucapan-ucapan atau kata-kata yang tidak perlu dan tiada manfaatnya dan lain sebagainya, namun lakukanlah hanya untuk yang baik-baik saja, seperti pendidikan, komunikasi penting dan berguna, bisnis untuk perekonomian, hal-hal keagamaan yang bersifat syi’ar dan lain sebagainya, tebarlah manfaat selagi sempat, jangan tebar kemaksiatan, kemungkaran dan keingkaran dalam waktu yang singkat ini.
Subhanallah... semoga hati saya tercerahkan dan bersih hanya untuk Allah.. Amin..
BalasHapusH.R. Umar Faruq, Alhamdulillah, semoga diberkahi Allah....
BalasHapusBarakallah
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya.
Hapus