AKU,,,,ADALAH BAYANGAN PENCIPTA DI DUNIA
Tiap sesuatu dalam wujud nyata ini sesungguhnya adalah penampilan Allah Swt di alam lahiriah, Allah Swt tampak dalam setiap wujud sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masingdalam menerima dan menrapkan secara logika dan perasaan apa-apa yang di limpahkan oleh Allah Swt daripada sifat-sifat-Nya, pahami pada sifat Allah Swt.
Apabila benar-benar telah memahami akan hal tersebut dan jelas secara nyata tampak keadaannya yang merupakan sandaran kekuasaannya di muka bumi ini sekalian alam ciptaan-Nya yang di liputi-Nya, maka tentu akan mudah bagi manusia untuk memahami apa yang akan kami jelaskan dalam tulisan ini, yaitu sejauh mana umat manusia bias berkata “AKU”. Para sufi banyak berkata di saat mabuknya dengan perkataan “AKU ADALAH MISTERI TUHANKU DENGAN SYMBOL-NYA”, di sini maksudnya adalah aku merupakan tubuh yang menyimpan mutiara yang terbuat dari tanah tetapi ada unsure mutiara di dalamnya, yaitu cahaya nur illahi yang terpancar berdasarkan dari keimanan, ketaqwaan dan istiqamah dalam peribadatan, aku bias juga di katakan dengan bayangan yang di soroti oleh lampu di alam keremangan yang berkepanjangan selama hidup, lampu yang di maksud adalah Allah Swt dengan pancaran nur-Nya bagi hamba yang beriman.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “Apakah kamu tidak memperhatikan penciptaan tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan dan memendekkan baying-bayang, dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.” Q.S. 25 : 45-46.
Bayangan Allah Swt di bumi adalah para chalifah-Nya, alim ulama dan para ahli ibadah lainnya, sedangkan pembimbing manusia setelah masa kenabian adalah Al-Qur’an, Hadist dan Sunnah Rasul-Nya, Allah Swt melakukan bimbingan dengan nur hidayah, dan rahmat serta rahim-Nya atas hamba yang di kehendaki-Nya, Allah Swt telah menempatkan manusia di alam dunia dan secara perlahan-lahan kembali menarik kealam kekal abadi yang di ciptakan-Nya sesuai pada program penciptaan-Nya dengan cara menarik kembali atau mematikan seluruh makhluk hidup tanpa terkecuali, inilah yang di maksud dengan menarik secara perlahan-lahan, Allah Swt menariknya menuju kearah kebangkitan dan kehidupan alam barzakh, bukan menuju kealam kehampaan atau kesirnaan.
Ucapan para kaum sufi “Aku adalah gudang tuhanku dan symbol-Nya, aku adalah pemandangan bagi keindahan penampilan-Nya dan eksistensiku adalah sebagai bentuk lahiriah bagi mahzar atau bayangan sifat-Nya dan berguna bagiku untuk tersingkapnya hijab rahasia-Nya kepadaku.”
Semua itu adalah gambaran yang mengisyaratkan bahwa manusia hanya merupakan gambaran lahirian saja, sementara gambaran bathiniah adalah samar secara umum bagi manusia kebanyakan kecuali manusia yang telah di nyatakan hidayah-Nya di luar karunia terhadap para Nabi dan Rasul-Nya.
Jiwa manusia pada umumnya hanya menerima secara lahiriah saja, dalam hal ini penerimaan secara mendalam tidak sama antara satu dan lainnya atau saling berbeda satu sama lain, begitu juga dengan pemahaman dan pencernaan mengenai hal ini antara sesama manusia saling berbeda tingkat pemahamannya, terlebih lagi pemahaman terhadap ketuhanan yang memang sangat gaib bagi manusia secara umum.
Bagi kalangan manusia yang beriman tetap mereka akan berkata bahwasanya “Aku dan hatiku bias menerima gambaran ini,” apa yang kita saksikan adalah apapun penampilan-penampilan manusia di bumi atau dunia ini adalah merupakan bayangan penampilan daripada sifat dan asma-asma illahiyah yang di terima oleh jiwa manusia yang bersih sesuai dengan bakat dan kemampuan penerimaannya, segala yang tampak dalam dirimu dan dari dirimu adalah merupakan eksistensi bakat atau pemahamanmu juga mengenai pendalaman pemahaman gambaran atau bayangan Allah Swt di muka bumi ini.
“Yang di nyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya.” Q.S. 24 : 35. Ayat ini mengisyaratkan bahwa nur Allah Swt dan Dzat-Nya tidak terikat oleh sesuatu arah manapun, tempat, ruang, waktu dan perkiraan manusia, tidak di timur, barat, utara, selatan atau di antaranya, pengertian bagi kaum sufi ayat di atas adalah “Aku adalah contoh dari pantulan cahaya illahi, ketika tampil dengan nama-nama baik dan perhiasan-perhiasan baik adalah merupakan pantulan nur illahiyah padaku, aku adalah gambaran sifat-sifat dan asma-Nya, segenap kerinduan telah menuntunku kepada-Nya dan bendera-benderaku naik luhur di antara makhluk.”
Tajalli (penampakan nyata) adalah turunya majmal (secara global) kepada perincian bagi makhluk-Nya berdasarkan keseluruhan sifat-sifat-Nya kecuali yang “Maha” kepada seganap makhluk-Nya, ilmu yang dominan dalam mengatasi ketidak tahuan ini yang di turunkan melalu para Nabi dan Rasul-Nya, yang kemudian terinci secara baik berupa kitab-kitab sebagaimana yang kita lihat sekarang ini di samping melalui pengajaran dari para ulama yang shalihin, apapun yang di hasilkan jiwa adalah merupakan ilmu pengetahuan yang di tiupkan illahi melalui pancaran cahaya-Nya.
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”Q.S. 15 : 29, itulah maksud tiupan illahi yang terjadi berulang kali seiring dengan setiap kelahiran makhluk-Nya, seiring juga dengan kelahiran ini maka beruntun juga penyempurnaan atas kejadian makhluk-Nya ini dengan kesiapan limpahan nur karunia-Nya sepanjang manusia tersebut beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
Apabila benar-benar telah memahami akan hal tersebut dan jelas secara nyata tampak keadaannya yang merupakan sandaran kekuasaannya di muka bumi ini sekalian alam ciptaan-Nya yang di liputi-Nya, maka tentu akan mudah bagi manusia untuk memahami apa yang akan kami jelaskan dalam tulisan ini, yaitu sejauh mana umat manusia bias berkata “AKU”. Para sufi banyak berkata di saat mabuknya dengan perkataan “AKU ADALAH MISTERI TUHANKU DENGAN SYMBOL-NYA”, di sini maksudnya adalah aku merupakan tubuh yang menyimpan mutiara yang terbuat dari tanah tetapi ada unsure mutiara di dalamnya, yaitu cahaya nur illahi yang terpancar berdasarkan dari keimanan, ketaqwaan dan istiqamah dalam peribadatan, aku bias juga di katakan dengan bayangan yang di soroti oleh lampu di alam keremangan yang berkepanjangan selama hidup, lampu yang di maksud adalah Allah Swt dengan pancaran nur-Nya bagi hamba yang beriman.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “Apakah kamu tidak memperhatikan penciptaan tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan dan memendekkan baying-bayang, dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.” Q.S. 25 : 45-46.
Bayangan Allah Swt di bumi adalah para chalifah-Nya, alim ulama dan para ahli ibadah lainnya, sedangkan pembimbing manusia setelah masa kenabian adalah Al-Qur’an, Hadist dan Sunnah Rasul-Nya, Allah Swt melakukan bimbingan dengan nur hidayah, dan rahmat serta rahim-Nya atas hamba yang di kehendaki-Nya, Allah Swt telah menempatkan manusia di alam dunia dan secara perlahan-lahan kembali menarik kealam kekal abadi yang di ciptakan-Nya sesuai pada program penciptaan-Nya dengan cara menarik kembali atau mematikan seluruh makhluk hidup tanpa terkecuali, inilah yang di maksud dengan menarik secara perlahan-lahan, Allah Swt menariknya menuju kearah kebangkitan dan kehidupan alam barzakh, bukan menuju kealam kehampaan atau kesirnaan.
Ucapan para kaum sufi “Aku adalah gudang tuhanku dan symbol-Nya, aku adalah pemandangan bagi keindahan penampilan-Nya dan eksistensiku adalah sebagai bentuk lahiriah bagi mahzar atau bayangan sifat-Nya dan berguna bagiku untuk tersingkapnya hijab rahasia-Nya kepadaku.”
Semua itu adalah gambaran yang mengisyaratkan bahwa manusia hanya merupakan gambaran lahirian saja, sementara gambaran bathiniah adalah samar secara umum bagi manusia kebanyakan kecuali manusia yang telah di nyatakan hidayah-Nya di luar karunia terhadap para Nabi dan Rasul-Nya.
Jiwa manusia pada umumnya hanya menerima secara lahiriah saja, dalam hal ini penerimaan secara mendalam tidak sama antara satu dan lainnya atau saling berbeda satu sama lain, begitu juga dengan pemahaman dan pencernaan mengenai hal ini antara sesama manusia saling berbeda tingkat pemahamannya, terlebih lagi pemahaman terhadap ketuhanan yang memang sangat gaib bagi manusia secara umum.
Bagi kalangan manusia yang beriman tetap mereka akan berkata bahwasanya “Aku dan hatiku bias menerima gambaran ini,” apa yang kita saksikan adalah apapun penampilan-penampilan manusia di bumi atau dunia ini adalah merupakan bayangan penampilan daripada sifat dan asma-asma illahiyah yang di terima oleh jiwa manusia yang bersih sesuai dengan bakat dan kemampuan penerimaannya, segala yang tampak dalam dirimu dan dari dirimu adalah merupakan eksistensi bakat atau pemahamanmu juga mengenai pendalaman pemahaman gambaran atau bayangan Allah Swt di muka bumi ini.
“Yang di nyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya.” Q.S. 24 : 35. Ayat ini mengisyaratkan bahwa nur Allah Swt dan Dzat-Nya tidak terikat oleh sesuatu arah manapun, tempat, ruang, waktu dan perkiraan manusia, tidak di timur, barat, utara, selatan atau di antaranya, pengertian bagi kaum sufi ayat di atas adalah “Aku adalah contoh dari pantulan cahaya illahi, ketika tampil dengan nama-nama baik dan perhiasan-perhiasan baik adalah merupakan pantulan nur illahiyah padaku, aku adalah gambaran sifat-sifat dan asma-Nya, segenap kerinduan telah menuntunku kepada-Nya dan bendera-benderaku naik luhur di antara makhluk.”
Tajalli (penampakan nyata) adalah turunya majmal (secara global) kepada perincian bagi makhluk-Nya berdasarkan keseluruhan sifat-sifat-Nya kecuali yang “Maha” kepada seganap makhluk-Nya, ilmu yang dominan dalam mengatasi ketidak tahuan ini yang di turunkan melalu para Nabi dan Rasul-Nya, yang kemudian terinci secara baik berupa kitab-kitab sebagaimana yang kita lihat sekarang ini di samping melalui pengajaran dari para ulama yang shalihin, apapun yang di hasilkan jiwa adalah merupakan ilmu pengetahuan yang di tiupkan illahi melalui pancaran cahaya-Nya.
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”Q.S. 15 : 29, itulah maksud tiupan illahi yang terjadi berulang kali seiring dengan setiap kelahiran makhluk-Nya, seiring juga dengan kelahiran ini maka beruntun juga penyempurnaan atas kejadian makhluk-Nya ini dengan kesiapan limpahan nur karunia-Nya sepanjang manusia tersebut beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
Posting Komentar untuk "AKU,,,,ADALAH BAYANGAN PENCIPTA DI DUNIA"
Terimakasih atas kunjungan anda...