BERHATI-HATILAH LAKSANAKAN IBADAH
Zaman sekarang ini kesannya agama Islam sudah mulai cacat, dengan di tandainya begitu banyaknya kemaksiatan yang di lakaukan secara terang – terangan, seperti banyaknya praktek perzinahan yang bebas (prostitusi) yang sebagaimana kita lihat ada di mana – mana, hal ini sangat sedikit yang bisa di lakukan pembinaan, bukannya berkurang malah semakin menjamur dengan bebasnya. Hal ini merupakan suatu kecacatan abagi kehidupan beragama kita, sudah dapat dengan jelas kita temukan sabda Rasulullah Saw beberapa abad yang silam, yaitu : “Yang menyebabkan agama cacat ialah hawa nafsu.” (H.R Asy-Syihaab). Juga pada hadist ini : Dari Anas bin Malik Ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Di antara tanda - tanda hari kiamat ialah di angkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak yang meminum arak, dan timbulnya perzinaan.” Juga pada hadist ini : Dari Abdullah bin Amru bin Ash Ra, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin - pemimpin yang bodoh yang apabila di tanya mereka akan memberikan fatwa tanpa di dasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan.” (H.R Muslim).
Sekarang ini bukannya tiada ulama, tetapi malah sangat subur pertumbuhan para ulama tersebut, akan tetapi sedikit sekali yang mau memperhatikan ajaran Islam secara Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, mereka kebanyakan mengajar para umat dengan meringankan syari’at dan lebih banyak membuat bid’ah, aqidak dan akhlak umat manusia banyak yang rusak, contohnya adalah Rasulullah Saw sudah melarang para kaum lelaki untuk memakai emas, nah sekarang ini banyak para lelaki yang memakai cincin dan kalung emas, Rasulullah Saw melarang para wanita untuk menyambung rambut (sasak), nah zaman sekarang ini sudah sangat banyaknya praktek salon untuk pelaksanaan pekerjaan masalah penyambungan rambut ini, padahal jika di tanya dia menjawab bahwa dia seorang muslim atau muslimat, tetapi dalam kehidupan kesehariannya sarat dengan pendurhakaan terhadap hukum Allah Swt yang di sampaikan RasulNya, jadi mana peran ulama untuk memperingatkan pada masalah – masalah yang seperti ini? Jadi sebelum terlambat dan mendaptkan murka Allah Swt, marilah kita kembali kejalan dan kehidupan beragama yang benar sebagaimana perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang jelas dan Shahih serta bertaubatlah sesegera mungkin, sebab hal yang seperti tadi sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari di zaman ini.
Dengan semakin memperturutkan hawa dan nafsu maka dapat membuat aqidah cacat dan rusak, yang mana hal ini adalah merupakan pendurhakaan terhadap Allah Swt secara nyata, sebab pada zaman sekarang ini semua umat manusia dan apapun agamanya, yang mana mengenai hal perzinahan, korupsi kolusi dan lain sebagainya yang sudah merajalela sekarang adalah Hukumnya Dosa atau Maksiat terhadap Tuhannya. Tetapi para pemimpin – pemimpin malah terkesan lamban dan lalai dalam menyikapi kemaksiatan yang seakan – akan terang – terangan dan nyata ini, bagaimana Allah Swt menghidayahkan rahmat dan rahimNya? Sementara para manusia selalu bergelimang dengan kemaksiatan secara gotong royong.
Belum lagi syari’at agama banyak yang di susupi oleh ibadah secara bid’ah (mengada – ngadakan hukum baru) dan terkesan jauh menyimpang dari tuntunan Al-Qur’an dan ajaran Rasulullah Saw yang mana sekarang ini kita namakan dengan Sunnah Rasul. Hal ini secara periodik seiring dengan perkembangan zaman selalu saja ada bermunculan beberapa paham dalam Islam mengenai ibadah kepada Allah Swt yang di buat menambah – nambah di luar ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang benar mengenai tata cara beribadah, hal ini selalu di tularkan oleh para ulama – ulama Islam itu sendiri di tengah – tengah kalangan masyarakat muslim, padahal ajaran tersebut sudah menyimpang dari hukum dan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebagaimana di nyatakan oleh Rasulullah Saw, yaitu : “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada penghujung tiap seratus tahun orang yang memperbaharui (ajaran) agama mereka.” (H.R. Abu Dawud dan Al-Hakim).
Jika ingin benar – benar menuju kepada ibadah yang benar dan hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt, maka haruslah di hindari ibadah – ibadah yang tidak ada dasar syari’atnya, contoh : “Zaman sekarang di bidang dzikir kepada Allah Swt sangat banyak ragam dan tata caranya, yakni seseorang guru pembimbing akan mengajarkan kepada murid – muridnya beberapa faedah atau dzikir rutin kepada Allah Swt secara tata cara tertentu, mereka di beri amalan yang akan di ucapkan (dzikir) sebanyak bilangan yang di tentukan, ucapan dzikirnya adalah berdasarkan pada tilikan kepribadian seseorang murid, umpamanya si A di beri amalan dzikir Yaa Kariim, sedangkan si B di beri amalan dzikir Yaa Ghaffar dengan bilangan tertentu, begitulah seterusnya pada murid yang lain dan tiada sama, nah di sinilah muncul persoalan dalam ibadah dzikir yang banyak beradar dan menjamur sekarang ini, yaitu :
1. APAKAH SESEORANG HAMBA MEMANG BERBEDA TINGKAT AMAL IBADAHNYA KEPADA ALLAH SWT, YANG DENGAN DEMIKIAN MAKANYA AMALAN DZIKIR SATU SAMA LAINNYA SALING BERBEDA, DAN DARIMANA PULA DASARNYA AJARAN DZIKIR YANG SEDEMIKIAN BENTUKNYA? SEHINGGA SESEORANG GURU BISA MEMBERIKAN AMALAN DZIKIR YANG MEMBUAT SESEORANG MURID BISA SAMPAI PADA TUHANNYA? SEDANGKAN UKURAN IMAN SESEORANG HAMBA ADALAH BERDASARKAN KETAQWAANNYA KEPADA ALLAH SWT DAN ITU ADALAH HAK OTORITASNYA ALLAH SWT, JANGAN COBA MANUSIA MERAMPAS SELENDANG ALLAH SWT TERSEBUT.
2. FAEDAH – FAEDAH AMALAN DZIKIR SUDAH SECARA NYATA DI JELASKAN RASULULLAH SAW, SEPERTI LAA ILAHA ILLALLAH, SUBHANALLAH DAN LAIN SEBAGAINYA YANG JELAS RIWAYAT DASAR HUKUMNYA, SEMENTARA ZAMAN SEKARANG INI, IBADAH DZIKIR YANG DI TENTUKAN OLEH SESEORANG GURU ADALAH DENGAN UCAPAN ASMA’UL HUSNA YANG BERBEDA PADA SESEORANG HAMBA SATU SAMA LAIN, BERARTI SESEORANG GURU TADI SUDAH BISA MENENTUKAN TINGKAT KETAQWAAN DAN KEIMANAN PADA ALLAH SWT, SEDANGKAN MENGENAI HAL INI ADALAH JELAS DAN MUTLAK HANYA ALLAH SWT YANG MAHA TAHU.
3. AMALAN DZIKIR SEPERTI INI JUGA BISA MEMBUAT MURID JADI MENYIMPANG TUJUAN AMAL IBADAHNYA, YAKNI DIA AKAN BERKEHENDAK DAN LEBIH MENJURUS KEPADA HAWA DAN NAFSU AKAN DUNIA SEMATA, BUKANLAH MURNI HANYA MENUJU KEPADA KERIDHAAN ALLAH SWT, SEBAB UCAPAN DZIKIR SEPERTI ITU ADALAH LEBIH DI BERATKAN SUPAYA BISA INI DAN BISA ITU ATAU AGAR BISA BERHUBUNGAN DENGAN BANGSA JIN YANG MANA HAL INI SUDAH ADA TEGURANNYA PADA SURAH AL-JIN KARENA TIADA MANFAATNYA MALAH LEBIH BESAR MUDHARATNYA, JELAS IBADAH YANG SEPERTI INI ADALAH DI KARENAKAN DENGAN SESUATU MUSABAB DAN KEHENDAK DUNIA SEMATA, BUKANLAH TUJUANNYA UNTUK MENGHARAPKAN RIDHA ALLAH SWT.
Jika kita uraikan lagi efek negatifnya tentu lebih banyak lagi, alangkah baiknya jika beribadah secara hukum sya’i yang jelas sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Inilah sebagian kecil ibadah bid’ah yang beredar pada zaman sekarang, semoga Allah Swt menjauhkan kita dari amal ibadah yang sedemikian, amiin.
Rasulullah Saw bersabda : “Laksanakan segala apa yang di wajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bertaqwa.” (H.R. Ath-Thabrani). Untuk menyikapi ucapan dan ajaran Rasulullah Saw ini kita harus senantiasa melaksanakan praktek ibadah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, agar kita dapat selamat dunia dan akhirat.
Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt, laksanakanlah semampunya dan jangan di paksakan, sebab Allah Swt lebih menyukai seseorang hamba beribadah kepadaNya walaupun sedikit tetapi rutin dan tidak pernah melalaikannya, dan jangan berbuat ibadah yang tida dasarnya sama sekali dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, sebab amal ibadah yang sedemikian adalah tertolak dan tidak menghasilkan apa – apa dan malah mendaptkan kemurkaanNya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw : “Amal (kebaikan) yang di sukai Allah ialah yang rutin (lenggeng) meskipun sedikit.” (H.R. Bukhari) juga pada hadist ini : “Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu, jangan membiasakan ibadah lalu meninggalkannya.” (H.R. Ad-Dailami). Yang di maksud dalam hal ini ialah ibadah selain yang fardhu. Rasulullah Saw juga bersabda, yaitu : “Sebaik - baik ibadah ialah yang di rahasiakan (tidak di pamerkan/ria).” (H.R. Asysyihaab).
Allah Swt juga membenci ibadah yang ada unsur ria, apalagi ria terang –terangan, akibatnya adalah dapat merusak ibadah dan tidak di terima oleh Allah Swt, sebab ada mengandung syirik di sana yang mana dosa syirik adalah dosa besar. Dalam keseharian janganlah hanya menikmati nikmatnya saja, tetapi penuhi jugalah kewajiban kepada Allah Swt dengan melaksanakan ibadah kepadaNya, karena Allah Swt sudah memenuhi apa – apa segala kebutuhan kita di dunia ini setiap harinya, bahkan kebutuhan dalam hitungan di bawah detik dari hari kehari, sebagaimana pada Hadist Qudsy ini : Allah Swt berfirman: "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan, kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (H.R. Tarmidzi dan Ibnu Majah).
Seseorang hamba yang berlebihan dalam beribadah sehingga melupakan kewajibannya lain di dunia, seperti untuk menghidupi anak dan isteri dalam rangka usaha untuk mencari nafkah, sedangkan dia selalu sibuk dengan hanya urusan ibadah, seperti melakukan amalan – amalan dzikir secara jangka waktu tertentu, sedangkan keluarga jadi terlalaikan, apalagi amalannya ini tergolong bid’ah pula, maka hal ini adalah tidak di sukai oleh Allah Swt juga akan mendapat murka Allah Swt, lakukan secara normal dan jaga setiap tata caranya dan laksanakan segala kewajiban sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, maka seseorang hamba yang seperti inilah yang sangat di sukai oleh Allah Swt dan mendapatkan rahmat serta keridhaan dariNya. Karena hal ini sudah di peringatkan oleh Rasulullah Saw, yaitu : “Binasalah orang - orang yang berlebih - lebihan dalam beribadah.” (H.R. Muslim).
Oleh karena itu marilah kita sama – sama menjaga dan bangkitkan lagi ajaran syari’at Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, saringlah selalu setiap ajaran amalan ibadah yang di ajarkan oleh seseorang dan carilah terlebih dahulu apakah dasar amal ibadah tersebut sesuai dengan di syari’atkan.
Sekarang ini bukannya tiada ulama, tetapi malah sangat subur pertumbuhan para ulama tersebut, akan tetapi sedikit sekali yang mau memperhatikan ajaran Islam secara Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, mereka kebanyakan mengajar para umat dengan meringankan syari’at dan lebih banyak membuat bid’ah, aqidak dan akhlak umat manusia banyak yang rusak, contohnya adalah Rasulullah Saw sudah melarang para kaum lelaki untuk memakai emas, nah sekarang ini banyak para lelaki yang memakai cincin dan kalung emas, Rasulullah Saw melarang para wanita untuk menyambung rambut (sasak), nah zaman sekarang ini sudah sangat banyaknya praktek salon untuk pelaksanaan pekerjaan masalah penyambungan rambut ini, padahal jika di tanya dia menjawab bahwa dia seorang muslim atau muslimat, tetapi dalam kehidupan kesehariannya sarat dengan pendurhakaan terhadap hukum Allah Swt yang di sampaikan RasulNya, jadi mana peran ulama untuk memperingatkan pada masalah – masalah yang seperti ini? Jadi sebelum terlambat dan mendaptkan murka Allah Swt, marilah kita kembali kejalan dan kehidupan beragama yang benar sebagaimana perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang jelas dan Shahih serta bertaubatlah sesegera mungkin, sebab hal yang seperti tadi sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari di zaman ini.
Dengan semakin memperturutkan hawa dan nafsu maka dapat membuat aqidah cacat dan rusak, yang mana hal ini adalah merupakan pendurhakaan terhadap Allah Swt secara nyata, sebab pada zaman sekarang ini semua umat manusia dan apapun agamanya, yang mana mengenai hal perzinahan, korupsi kolusi dan lain sebagainya yang sudah merajalela sekarang adalah Hukumnya Dosa atau Maksiat terhadap Tuhannya. Tetapi para pemimpin – pemimpin malah terkesan lamban dan lalai dalam menyikapi kemaksiatan yang seakan – akan terang – terangan dan nyata ini, bagaimana Allah Swt menghidayahkan rahmat dan rahimNya? Sementara para manusia selalu bergelimang dengan kemaksiatan secara gotong royong.
Belum lagi syari’at agama banyak yang di susupi oleh ibadah secara bid’ah (mengada – ngadakan hukum baru) dan terkesan jauh menyimpang dari tuntunan Al-Qur’an dan ajaran Rasulullah Saw yang mana sekarang ini kita namakan dengan Sunnah Rasul. Hal ini secara periodik seiring dengan perkembangan zaman selalu saja ada bermunculan beberapa paham dalam Islam mengenai ibadah kepada Allah Swt yang di buat menambah – nambah di luar ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang benar mengenai tata cara beribadah, hal ini selalu di tularkan oleh para ulama – ulama Islam itu sendiri di tengah – tengah kalangan masyarakat muslim, padahal ajaran tersebut sudah menyimpang dari hukum dan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebagaimana di nyatakan oleh Rasulullah Saw, yaitu : “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada penghujung tiap seratus tahun orang yang memperbaharui (ajaran) agama mereka.” (H.R. Abu Dawud dan Al-Hakim).
Jika ingin benar – benar menuju kepada ibadah yang benar dan hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt, maka haruslah di hindari ibadah – ibadah yang tidak ada dasar syari’atnya, contoh : “Zaman sekarang di bidang dzikir kepada Allah Swt sangat banyak ragam dan tata caranya, yakni seseorang guru pembimbing akan mengajarkan kepada murid – muridnya beberapa faedah atau dzikir rutin kepada Allah Swt secara tata cara tertentu, mereka di beri amalan yang akan di ucapkan (dzikir) sebanyak bilangan yang di tentukan, ucapan dzikirnya adalah berdasarkan pada tilikan kepribadian seseorang murid, umpamanya si A di beri amalan dzikir Yaa Kariim, sedangkan si B di beri amalan dzikir Yaa Ghaffar dengan bilangan tertentu, begitulah seterusnya pada murid yang lain dan tiada sama, nah di sinilah muncul persoalan dalam ibadah dzikir yang banyak beradar dan menjamur sekarang ini, yaitu :
1. APAKAH SESEORANG HAMBA MEMANG BERBEDA TINGKAT AMAL IBADAHNYA KEPADA ALLAH SWT, YANG DENGAN DEMIKIAN MAKANYA AMALAN DZIKIR SATU SAMA LAINNYA SALING BERBEDA, DAN DARIMANA PULA DASARNYA AJARAN DZIKIR YANG SEDEMIKIAN BENTUKNYA? SEHINGGA SESEORANG GURU BISA MEMBERIKAN AMALAN DZIKIR YANG MEMBUAT SESEORANG MURID BISA SAMPAI PADA TUHANNYA? SEDANGKAN UKURAN IMAN SESEORANG HAMBA ADALAH BERDASARKAN KETAQWAANNYA KEPADA ALLAH SWT DAN ITU ADALAH HAK OTORITASNYA ALLAH SWT, JANGAN COBA MANUSIA MERAMPAS SELENDANG ALLAH SWT TERSEBUT.
2. FAEDAH – FAEDAH AMALAN DZIKIR SUDAH SECARA NYATA DI JELASKAN RASULULLAH SAW, SEPERTI LAA ILAHA ILLALLAH, SUBHANALLAH DAN LAIN SEBAGAINYA YANG JELAS RIWAYAT DASAR HUKUMNYA, SEMENTARA ZAMAN SEKARANG INI, IBADAH DZIKIR YANG DI TENTUKAN OLEH SESEORANG GURU ADALAH DENGAN UCAPAN ASMA’UL HUSNA YANG BERBEDA PADA SESEORANG HAMBA SATU SAMA LAIN, BERARTI SESEORANG GURU TADI SUDAH BISA MENENTUKAN TINGKAT KETAQWAAN DAN KEIMANAN PADA ALLAH SWT, SEDANGKAN MENGENAI HAL INI ADALAH JELAS DAN MUTLAK HANYA ALLAH SWT YANG MAHA TAHU.
3. AMALAN DZIKIR SEPERTI INI JUGA BISA MEMBUAT MURID JADI MENYIMPANG TUJUAN AMAL IBADAHNYA, YAKNI DIA AKAN BERKEHENDAK DAN LEBIH MENJURUS KEPADA HAWA DAN NAFSU AKAN DUNIA SEMATA, BUKANLAH MURNI HANYA MENUJU KEPADA KERIDHAAN ALLAH SWT, SEBAB UCAPAN DZIKIR SEPERTI ITU ADALAH LEBIH DI BERATKAN SUPAYA BISA INI DAN BISA ITU ATAU AGAR BISA BERHUBUNGAN DENGAN BANGSA JIN YANG MANA HAL INI SUDAH ADA TEGURANNYA PADA SURAH AL-JIN KARENA TIADA MANFAATNYA MALAH LEBIH BESAR MUDHARATNYA, JELAS IBADAH YANG SEPERTI INI ADALAH DI KARENAKAN DENGAN SESUATU MUSABAB DAN KEHENDAK DUNIA SEMATA, BUKANLAH TUJUANNYA UNTUK MENGHARAPKAN RIDHA ALLAH SWT.
Jika kita uraikan lagi efek negatifnya tentu lebih banyak lagi, alangkah baiknya jika beribadah secara hukum sya’i yang jelas sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Inilah sebagian kecil ibadah bid’ah yang beredar pada zaman sekarang, semoga Allah Swt menjauhkan kita dari amal ibadah yang sedemikian, amiin.
Rasulullah Saw bersabda : “Laksanakan segala apa yang di wajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bertaqwa.” (H.R. Ath-Thabrani). Untuk menyikapi ucapan dan ajaran Rasulullah Saw ini kita harus senantiasa melaksanakan praktek ibadah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, agar kita dapat selamat dunia dan akhirat.
Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt, laksanakanlah semampunya dan jangan di paksakan, sebab Allah Swt lebih menyukai seseorang hamba beribadah kepadaNya walaupun sedikit tetapi rutin dan tidak pernah melalaikannya, dan jangan berbuat ibadah yang tida dasarnya sama sekali dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, sebab amal ibadah yang sedemikian adalah tertolak dan tidak menghasilkan apa – apa dan malah mendaptkan kemurkaanNya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw : “Amal (kebaikan) yang di sukai Allah ialah yang rutin (lenggeng) meskipun sedikit.” (H.R. Bukhari) juga pada hadist ini : “Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu, jangan membiasakan ibadah lalu meninggalkannya.” (H.R. Ad-Dailami). Yang di maksud dalam hal ini ialah ibadah selain yang fardhu. Rasulullah Saw juga bersabda, yaitu : “Sebaik - baik ibadah ialah yang di rahasiakan (tidak di pamerkan/ria).” (H.R. Asysyihaab).
Allah Swt juga membenci ibadah yang ada unsur ria, apalagi ria terang –terangan, akibatnya adalah dapat merusak ibadah dan tidak di terima oleh Allah Swt, sebab ada mengandung syirik di sana yang mana dosa syirik adalah dosa besar. Dalam keseharian janganlah hanya menikmati nikmatnya saja, tetapi penuhi jugalah kewajiban kepada Allah Swt dengan melaksanakan ibadah kepadaNya, karena Allah Swt sudah memenuhi apa – apa segala kebutuhan kita di dunia ini setiap harinya, bahkan kebutuhan dalam hitungan di bawah detik dari hari kehari, sebagaimana pada Hadist Qudsy ini : Allah Swt berfirman: "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan, kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (H.R. Tarmidzi dan Ibnu Majah).
Seseorang hamba yang berlebihan dalam beribadah sehingga melupakan kewajibannya lain di dunia, seperti untuk menghidupi anak dan isteri dalam rangka usaha untuk mencari nafkah, sedangkan dia selalu sibuk dengan hanya urusan ibadah, seperti melakukan amalan – amalan dzikir secara jangka waktu tertentu, sedangkan keluarga jadi terlalaikan, apalagi amalannya ini tergolong bid’ah pula, maka hal ini adalah tidak di sukai oleh Allah Swt juga akan mendapat murka Allah Swt, lakukan secara normal dan jaga setiap tata caranya dan laksanakan segala kewajiban sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, maka seseorang hamba yang seperti inilah yang sangat di sukai oleh Allah Swt dan mendapatkan rahmat serta keridhaan dariNya. Karena hal ini sudah di peringatkan oleh Rasulullah Saw, yaitu : “Binasalah orang - orang yang berlebih - lebihan dalam beribadah.” (H.R. Muslim).
Oleh karena itu marilah kita sama – sama menjaga dan bangkitkan lagi ajaran syari’at Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, saringlah selalu setiap ajaran amalan ibadah yang di ajarkan oleh seseorang dan carilah terlebih dahulu apakah dasar amal ibadah tersebut sesuai dengan di syari’atkan.
Posting Komentar untuk "BERHATI-HATILAH LAKSANAKAN IBADAH"
Terimakasih atas kunjungan anda...