MASALAH HUBUNGAN MANUSIA DENGAN JIN
Sebagaimana manusia yang di wajibkan oleh Allah Swt untuk beribadah kepadaNya dan menjauhi segala laranganNya, maka bagi para bangsa Jin juga demikian, hanya saja mereka adalah makhluk ghaib yang telah di ciptakan Allah Swt juga untuk beribadah kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. (Q.S Adz-Dzariyat Ayat: 56), juga para Malaikat-malaikat-Nya, kita tidak dapat mengetahui informasi tentang jin serta alam ghaib lainnya kecuali hanya melalui suatu riwayat yang shahih dari Rasulullah Saw, baik melalui Al-Qur’an maupun hadist - hadist beliau yang shahih periwayatannya tanpa cacat dan cela sanad dan matannya.
Kita tidak akan dapat secara spesifik untuk berhubungan dengan mereka, karena mereka telah di tentukan oleh Allah Swt adalah gaib bagi para manusia. Karena sudah ada ketentuan dari Allah Swt dalam Al-Qur’an, yaitu : “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila (kapan) mereka akan dibangkitkan.” (Q.S An-Naml Ayat : 65) juga pada firman ini : “Dia adalah tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang di ridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga - penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul - rasul itu telah menyampaikan risalah - risalah tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmuNya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Q.S Al-Jin Ayat : 26-28).
Allah Swt tidak menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan dengan para makhluk gaib yang memang sangat samar dan halus bagi manusia, ini menunjukkan bahwa makhluk gaib memang tidak boleh berhubungan dengan manusia, tidak seperti halnya pada makhluk hidup lainnya di dunia ini yang tiada batasan dengan manusia untuk dapat berhubungan atau saling membutuhkan satu sama lain.
Para malaikat juga tidak di perkenankan oleh Allah Swt untuk sembarangan menampilkan diri kepada para manusia kecuali yang di kehendakiNya atau yang memang telah di tugaskan, seperti untuk menyampaikan wahyu dariNya kepada para Nabi dan Rasul atau untuk menolong para hambaNya yang shalihin selain dari para Nabi dan Rasul, inipun sangat langka dan adalah memang atas kehendak dan karunia Allah Swt bagi manusia, jadi hal ini tidak secara umum, tetapi hanya secara khusus sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah Swt.
Makhluk gaib ini atau jin di ciptakan Allah Swt dari nyala api yang sangat panas dan sebelum manusia di ciptakan, sesuai dengan firman Allah Swt : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang di beri bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas.” (Q.S Al-Hijr Ayat : 26-27). Rasulullah Saw bersabda : “Malaikat telah di ciptakan dari cahaya, jin di ciptakan dari nyala api, dan Adam di ciptakan dari tanah (yang telah di jelaskan kepada kalian).” (HR. Muslim).
Dari sini juga sudah jelas, bahwa dengan berbedanya asal kejadian, maka juga memastikan tidak boleh berhubungan satu sama lainnya sebagaimana dengan sesama mereka sendiri, jika para manusia ada suatu keperluan kepada bangsa mereka, memang dewasa ini bisa saja terjadi, tetapi biasanya akan membawa suatu persyaratan tertentu bagi manusia baru di penuhinya, efek samping dari hal ini akan terlebih banyak keburukannya daripada kebaikannya, dan lebih cenderung lebih membuat menyesatkan bagi para manusia terhadap aqidah dan akhlak serta mempengaruhi atas kaidah iman seseorang hamba terhadap tuhannya.
Golongan jin ini adalah identik pendurhakaannya kepada Allah Swt, dalah Al-Qur’an hal ini ada di jelaskan, yaitu : “Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan - turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang - orang yang zhalim.” (Q.S Al-Kahfi Ayat : 50).
Ayat ini menjelaskan secara nyata bahwasanya mereka membangkang atas perintah Allah Swt, sementara iblis ini merupakan kesamaan daripada golongan jin, nah pantaskah bagi kita para manusia mengambil hikmah atau pelajaran secara berhubungan langsung dengan mereka? Kita hanya boleh menarik pembelajarannya hanya berupa bahwa durhaka itu adalah sifatnya iblis, jin dan syaithan dari dulu, sedangkan mereka nyata – nyata musuh Allah Swt, asal kejadian manusia yang di namakan dengan Adam tidak pernah membuat kesalahan dan durhaka sedrastis itu, wajarkah kita sekarang ini malah berhubungan dengan mereka, sedangkan bapak moyangnya sampai dengan keturunannya sekarang ini adalah jelas dan nyata merupakan musuh Allah Swt dan sudah pasti musuh juga bagi para umat Nabi dan Rasul, sifat mereka sudah abadi hanyalah keburukan, jika dalam berhubungan dengan manusia walaupun nampak kebaikan atau kebenaran, tetapi sudah ada yang terselip di sana merupakan penyelewengan dan kemaksiatan pada akhirnya.
Hal ini sudah tersirat sejak dahulu yaitu bahwa ada segolongan dari manusia yang mencoba untuk berhubungan dengan para jin, akan tetapi turun firman Allah Swt melalui RasulNya, yaitu : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki - laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki - laki di antara jin, maka jin - jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Q.S Al-Jin Ayat : 6). Ayat ini jelas bahwa Allah Swt melarang bagi para manusia untuk berhubungan dengan para jin, sebab hanya lebih membawa kepada kemudharatan daripada kebaikan, pengertian ini sudah begitu jelas pada terjemahan ayat tersebut, mengapa para manusia malah membangkang peringatan Allah Swt ini? Atau sama jugakah membangkangnya dengan para jin tersebut? Di sini nampak sudah, bahwa belum apa – apa berhubungannya sudah jelas membantah peringatan Allah Swt pada surah tersebut di atas.
Para iblis, jin dan syaithan ini ini hanya kerjanya untuk menghasut dan menggoda para manusia agar menjadi sesat dan durhaka kepada Allah Swt, mereka ini adalah bos – bos atau pemimpinnya bagi manusia yang tidak beriman, sesuai dengan firman Allah Swt : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan - syaithan itu pemimpin - pemimpin bagi orang - orang yang tidak beriman.” (Q.S Al-A’raf Ayat : 27). Jadi bagi manusia yang beriman untuk apa berhubungan dengan mereka, sedangkan mereka di anjurkan untuk di lawan sepenuhnya agar mandapatkan karunia dan keridhaan Allah Swt. Memang para jin adalah ada juga yang beriman dan sudah tentu ada juga yang kafir, sebagaimana layaknya manusia juga, hanya saja sesuai dengan surah Al-Jin Ayat 6 di atas menyatakan bahwa Allah Swt melarang untuk berhubungan dengan mereka, sebab lebih banyak akibat buruk daripada baiknya hal tersebut.
Berhubungan dengan para golongan jin adalah salah satu jalan menuju kesesatan dan berpotensi untuk mendatangkan kemaksiatan dan kesyirikan bagi manusia yang berhubungan dengan mereka, sebab segala yang berhubungan tentu perjanjian tertentu yang harus di ikuti, sementara dalam Islam tidak di benarkan dalam keilmuan untuk mendapatkan hasil karenanya secara sengaja, akibat ini dapat tersingkap pada hadist qudsi dari Rasulullah Saw : “Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba - hambaKu semua dalam keadaan lurus, dan sungguh mereka lalu di datangi oleh syaithan - syaithan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukanKu dengan hal - hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun.” (H.R. Muslim).
Bagaimana pula jika di saat kita berhubungan dengan jin yang muslim? Tapi timbul pertanyaan di sini, bagaimana kita dapat melihatnya secara langsung sebagaimana layaknya para kyai, ustadz, syeikh dan ulama – ulama lainnya karena mereka adalah manusia biasa, tapi jin ini tidak semua manusia bisa menilainya, karena orang tertentu saja yang dapat melihatnya, itupun tidak sepenuhnya bisa di perhatikan kepribadiannya sehari – hari sebagaimana layaknya para manusia, jadi tidak ada kepercayaan soal keimanan mereka karena sulit untuk mendeteksinya, harus kembali lagi ke jalan yang benar, yaitu jangan berhubungan dengan mereka dengan dalih apapun juga, karena Allah Swt sudah jelas melarangnya dalam Al-Qur’an, juga para manusia selain dari Nabi Sulaiman As tidak ada yang bisa menundukkan jin dengan sepenuhnya, karena kemukjizatan ini hanya bagi Nabi Sulaiman As saja Allah Swt berikan. Sesuai firman Allah Swt dalam Al-Qur’an : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak di miliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi.” (Q.S Shad Ayat : 35).
Kemusyrikan dan kesyirikan banyak muncul sifat ini pada manusia akibat dari pengaruh bisikan dan hasutan para iblis, jin dan syaithan, ini merupakan lahan utama mereka untuk menjerumuskan manusia sebagaimana diri mereka yang telah di laknat dan di kutuk oleh Allah Swt sebagai penghuni neraka yang abadi, jadi mereka berusaha keras untuk membawa manusia sebagai temannya kelak di neraka, untuk itu meminta pertolongan kepada selain Allah Swt apapun bentuknya adalah di larang karena hal ini adalah syirik, minta tolong kepada para jin hanya mengakibatkan pada akhirnya kekufuran yang di dapat.
Zaman sekarang ini banyak praktek pengobatan dengan sarana bantuan para jin, hal ini adalah cara sangat kuno dan ada pada zaman jahiliyah sebelum islam di sampaikan oleh Rasulullah Saw, seperti menghadirkan arwah si anu dan sia anu atau si anu, padahal menyangkut urusan ruh setelah meninggal adalah hanya Allah Swt yang tahu di mana keberadaannya, mana pula mungkin dengan segampang itu di panggil oleh seseorang manusia yang berpraktek dengan cara ini, para jinlah yang menjelma menyerupai arwah tersebut, dan ini merupakan pintu utama untuk menuju kemusyrikan dan kekufuran bagi manusia yang melakukannya, dan pada syariat Islam cara ini tidak ada di syariatkan dan tidak ada dasarnya dari pengajaran atau anjuran Rasulullah Saw, dan Allah Swt telah melarangnya pula dalam Al-Qur’an, jika ada di syariatkan oleh Rasulullah Saw, tentu dapat di temui hadist – hadist riwayat mengenai hal ini atau ada riwayat Rasulullah Saw melakukan pengobatan dengan cara bantuan dari jin untuk mendeteksi suatu penyakit tersebut, tapi tiada di temui satupun riwayat mengenai hal ini, maka kembalilah kepada jalan benar dan mintalah hanya kepada Allah Swt dan ikuti cara pengobatan yang banyak periwayatannya dapat di temui dari hadist – hadist yang sudah begitu banyak terkumpul pada masa ini, janganlah berbuat sesuatu atas dasar keislaman, tetapi tidak ada dasar sama sekali, maka ini adalah bid’ah yang sesat dan menyesatkan, karena tidak ada Rasulullah Saw mensyariatkan dengan demikian.
Sebagian manusia yang melakukan permintaan bantuan kepada golongan jin dan beranggapan bahwa mereka meminta pertolongan kepada jin - jin yang muslim atau shaleh, anggapan ini tidaklah benar dan jangan lakukan, karena mereka tidaklah mungkin bercampur dan berinteraksi dengan jin - jin itu sehingga dapat menyingkap kesalehan atau kerusakan mereka, dapat di ketahui melalui pengalaman, bahwa kebanyakan di antara manusia yang memiliki hubungan yang kuat dengan jin - jin ternyata pada akhirnya mendapatkan penjelasan bahwa jin - jin itu bukanlah termasuk dari yang shaleh, Allah Swt berfirman : “Hai orang - orang beriman, sesungguhnya di antara isteri - isterimu dan anak - anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati - hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At -Taghabun Ayat : 14), demikianlah gambaran bagaimana manusia berhubungan dengan golongan jin, dan kesimpulan adalah di larang dalah syariat Islam, karena tidak ada dasar sama sekali yang membolehkan manusia untuk berhubungan dengan jin dalam bentuk apapun juga, baik dalam Al-ur’an maupun dalam riwayat hadist Rasulullah Saw tidak di temui hukum yang membolehkan hal ini.
Kita tidak akan dapat secara spesifik untuk berhubungan dengan mereka, karena mereka telah di tentukan oleh Allah Swt adalah gaib bagi para manusia. Karena sudah ada ketentuan dari Allah Swt dalam Al-Qur’an, yaitu : “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila (kapan) mereka akan dibangkitkan.” (Q.S An-Naml Ayat : 65) juga pada firman ini : “Dia adalah tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang di ridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga - penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul - rasul itu telah menyampaikan risalah - risalah tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmuNya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Q.S Al-Jin Ayat : 26-28).
Allah Swt tidak menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan dengan para makhluk gaib yang memang sangat samar dan halus bagi manusia, ini menunjukkan bahwa makhluk gaib memang tidak boleh berhubungan dengan manusia, tidak seperti halnya pada makhluk hidup lainnya di dunia ini yang tiada batasan dengan manusia untuk dapat berhubungan atau saling membutuhkan satu sama lain.
Para malaikat juga tidak di perkenankan oleh Allah Swt untuk sembarangan menampilkan diri kepada para manusia kecuali yang di kehendakiNya atau yang memang telah di tugaskan, seperti untuk menyampaikan wahyu dariNya kepada para Nabi dan Rasul atau untuk menolong para hambaNya yang shalihin selain dari para Nabi dan Rasul, inipun sangat langka dan adalah memang atas kehendak dan karunia Allah Swt bagi manusia, jadi hal ini tidak secara umum, tetapi hanya secara khusus sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah Swt.
Makhluk gaib ini atau jin di ciptakan Allah Swt dari nyala api yang sangat panas dan sebelum manusia di ciptakan, sesuai dengan firman Allah Swt : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang di beri bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas.” (Q.S Al-Hijr Ayat : 26-27). Rasulullah Saw bersabda : “Malaikat telah di ciptakan dari cahaya, jin di ciptakan dari nyala api, dan Adam di ciptakan dari tanah (yang telah di jelaskan kepada kalian).” (HR. Muslim).
Dari sini juga sudah jelas, bahwa dengan berbedanya asal kejadian, maka juga memastikan tidak boleh berhubungan satu sama lainnya sebagaimana dengan sesama mereka sendiri, jika para manusia ada suatu keperluan kepada bangsa mereka, memang dewasa ini bisa saja terjadi, tetapi biasanya akan membawa suatu persyaratan tertentu bagi manusia baru di penuhinya, efek samping dari hal ini akan terlebih banyak keburukannya daripada kebaikannya, dan lebih cenderung lebih membuat menyesatkan bagi para manusia terhadap aqidah dan akhlak serta mempengaruhi atas kaidah iman seseorang hamba terhadap tuhannya.
Golongan jin ini adalah identik pendurhakaannya kepada Allah Swt, dalah Al-Qur’an hal ini ada di jelaskan, yaitu : “Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan - turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang - orang yang zhalim.” (Q.S Al-Kahfi Ayat : 50).
Ayat ini menjelaskan secara nyata bahwasanya mereka membangkang atas perintah Allah Swt, sementara iblis ini merupakan kesamaan daripada golongan jin, nah pantaskah bagi kita para manusia mengambil hikmah atau pelajaran secara berhubungan langsung dengan mereka? Kita hanya boleh menarik pembelajarannya hanya berupa bahwa durhaka itu adalah sifatnya iblis, jin dan syaithan dari dulu, sedangkan mereka nyata – nyata musuh Allah Swt, asal kejadian manusia yang di namakan dengan Adam tidak pernah membuat kesalahan dan durhaka sedrastis itu, wajarkah kita sekarang ini malah berhubungan dengan mereka, sedangkan bapak moyangnya sampai dengan keturunannya sekarang ini adalah jelas dan nyata merupakan musuh Allah Swt dan sudah pasti musuh juga bagi para umat Nabi dan Rasul, sifat mereka sudah abadi hanyalah keburukan, jika dalam berhubungan dengan manusia walaupun nampak kebaikan atau kebenaran, tetapi sudah ada yang terselip di sana merupakan penyelewengan dan kemaksiatan pada akhirnya.
Hal ini sudah tersirat sejak dahulu yaitu bahwa ada segolongan dari manusia yang mencoba untuk berhubungan dengan para jin, akan tetapi turun firman Allah Swt melalui RasulNya, yaitu : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki - laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki - laki di antara jin, maka jin - jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Q.S Al-Jin Ayat : 6). Ayat ini jelas bahwa Allah Swt melarang bagi para manusia untuk berhubungan dengan para jin, sebab hanya lebih membawa kepada kemudharatan daripada kebaikan, pengertian ini sudah begitu jelas pada terjemahan ayat tersebut, mengapa para manusia malah membangkang peringatan Allah Swt ini? Atau sama jugakah membangkangnya dengan para jin tersebut? Di sini nampak sudah, bahwa belum apa – apa berhubungannya sudah jelas membantah peringatan Allah Swt pada surah tersebut di atas.
Para iblis, jin dan syaithan ini ini hanya kerjanya untuk menghasut dan menggoda para manusia agar menjadi sesat dan durhaka kepada Allah Swt, mereka ini adalah bos – bos atau pemimpinnya bagi manusia yang tidak beriman, sesuai dengan firman Allah Swt : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan - syaithan itu pemimpin - pemimpin bagi orang - orang yang tidak beriman.” (Q.S Al-A’raf Ayat : 27). Jadi bagi manusia yang beriman untuk apa berhubungan dengan mereka, sedangkan mereka di anjurkan untuk di lawan sepenuhnya agar mandapatkan karunia dan keridhaan Allah Swt. Memang para jin adalah ada juga yang beriman dan sudah tentu ada juga yang kafir, sebagaimana layaknya manusia juga, hanya saja sesuai dengan surah Al-Jin Ayat 6 di atas menyatakan bahwa Allah Swt melarang untuk berhubungan dengan mereka, sebab lebih banyak akibat buruk daripada baiknya hal tersebut.
Berhubungan dengan para golongan jin adalah salah satu jalan menuju kesesatan dan berpotensi untuk mendatangkan kemaksiatan dan kesyirikan bagi manusia yang berhubungan dengan mereka, sebab segala yang berhubungan tentu perjanjian tertentu yang harus di ikuti, sementara dalam Islam tidak di benarkan dalam keilmuan untuk mendapatkan hasil karenanya secara sengaja, akibat ini dapat tersingkap pada hadist qudsi dari Rasulullah Saw : “Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba - hambaKu semua dalam keadaan lurus, dan sungguh mereka lalu di datangi oleh syaithan - syaithan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukanKu dengan hal - hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun.” (H.R. Muslim).
Bagaimana pula jika di saat kita berhubungan dengan jin yang muslim? Tapi timbul pertanyaan di sini, bagaimana kita dapat melihatnya secara langsung sebagaimana layaknya para kyai, ustadz, syeikh dan ulama – ulama lainnya karena mereka adalah manusia biasa, tapi jin ini tidak semua manusia bisa menilainya, karena orang tertentu saja yang dapat melihatnya, itupun tidak sepenuhnya bisa di perhatikan kepribadiannya sehari – hari sebagaimana layaknya para manusia, jadi tidak ada kepercayaan soal keimanan mereka karena sulit untuk mendeteksinya, harus kembali lagi ke jalan yang benar, yaitu jangan berhubungan dengan mereka dengan dalih apapun juga, karena Allah Swt sudah jelas melarangnya dalam Al-Qur’an, juga para manusia selain dari Nabi Sulaiman As tidak ada yang bisa menundukkan jin dengan sepenuhnya, karena kemukjizatan ini hanya bagi Nabi Sulaiman As saja Allah Swt berikan. Sesuai firman Allah Swt dalam Al-Qur’an : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak di miliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi.” (Q.S Shad Ayat : 35).
Kemusyrikan dan kesyirikan banyak muncul sifat ini pada manusia akibat dari pengaruh bisikan dan hasutan para iblis, jin dan syaithan, ini merupakan lahan utama mereka untuk menjerumuskan manusia sebagaimana diri mereka yang telah di laknat dan di kutuk oleh Allah Swt sebagai penghuni neraka yang abadi, jadi mereka berusaha keras untuk membawa manusia sebagai temannya kelak di neraka, untuk itu meminta pertolongan kepada selain Allah Swt apapun bentuknya adalah di larang karena hal ini adalah syirik, minta tolong kepada para jin hanya mengakibatkan pada akhirnya kekufuran yang di dapat.
Zaman sekarang ini banyak praktek pengobatan dengan sarana bantuan para jin, hal ini adalah cara sangat kuno dan ada pada zaman jahiliyah sebelum islam di sampaikan oleh Rasulullah Saw, seperti menghadirkan arwah si anu dan sia anu atau si anu, padahal menyangkut urusan ruh setelah meninggal adalah hanya Allah Swt yang tahu di mana keberadaannya, mana pula mungkin dengan segampang itu di panggil oleh seseorang manusia yang berpraktek dengan cara ini, para jinlah yang menjelma menyerupai arwah tersebut, dan ini merupakan pintu utama untuk menuju kemusyrikan dan kekufuran bagi manusia yang melakukannya, dan pada syariat Islam cara ini tidak ada di syariatkan dan tidak ada dasarnya dari pengajaran atau anjuran Rasulullah Saw, dan Allah Swt telah melarangnya pula dalam Al-Qur’an, jika ada di syariatkan oleh Rasulullah Saw, tentu dapat di temui hadist – hadist riwayat mengenai hal ini atau ada riwayat Rasulullah Saw melakukan pengobatan dengan cara bantuan dari jin untuk mendeteksi suatu penyakit tersebut, tapi tiada di temui satupun riwayat mengenai hal ini, maka kembalilah kepada jalan benar dan mintalah hanya kepada Allah Swt dan ikuti cara pengobatan yang banyak periwayatannya dapat di temui dari hadist – hadist yang sudah begitu banyak terkumpul pada masa ini, janganlah berbuat sesuatu atas dasar keislaman, tetapi tidak ada dasar sama sekali, maka ini adalah bid’ah yang sesat dan menyesatkan, karena tidak ada Rasulullah Saw mensyariatkan dengan demikian.
Sebagian manusia yang melakukan permintaan bantuan kepada golongan jin dan beranggapan bahwa mereka meminta pertolongan kepada jin - jin yang muslim atau shaleh, anggapan ini tidaklah benar dan jangan lakukan, karena mereka tidaklah mungkin bercampur dan berinteraksi dengan jin - jin itu sehingga dapat menyingkap kesalehan atau kerusakan mereka, dapat di ketahui melalui pengalaman, bahwa kebanyakan di antara manusia yang memiliki hubungan yang kuat dengan jin - jin ternyata pada akhirnya mendapatkan penjelasan bahwa jin - jin itu bukanlah termasuk dari yang shaleh, Allah Swt berfirman : “Hai orang - orang beriman, sesungguhnya di antara isteri - isterimu dan anak - anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati - hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At -Taghabun Ayat : 14), demikianlah gambaran bagaimana manusia berhubungan dengan golongan jin, dan kesimpulan adalah di larang dalah syariat Islam, karena tidak ada dasar sama sekali yang membolehkan manusia untuk berhubungan dengan jin dalam bentuk apapun juga, baik dalam Al-ur’an maupun dalam riwayat hadist Rasulullah Saw tidak di temui hukum yang membolehkan hal ini.
Posting Komentar untuk "MASALAH HUBUNGAN MANUSIA DENGAN JIN"
Terimakasih atas kunjungan anda...