Keutamaan dan Manfaat Sedekah
Allah Ta'ala berfirman memerintahkan Nabi-Nya : "Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman : “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rizqi yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (Q.S. Ibrahim [14] : 31).
Allah berfirman : "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah..." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 195). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 254).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 267).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. At-Taghabun [64] : 16).
Diantara hadits yang menunjukkan mengenai keutamaan bersedekah, sabda Nabi Saw : “Tiada seorang (pun) dari kalian, melainkan (kelak) Allah akan berbicara kepadanya tanpa seorang penerjemah. Maka ia melihat ke kanan, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke kiri, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke depan, tidaklah dilihatnya melainkan neraka dihadapan wajahnya. Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Seorang yang memperhatikan nash-nash yang menyuruh dan mendorong untuk bersedekah akan mendapatkan bahwa amalan sedekah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh amalan selainnya. Sampai-sampai Umar Ra mengatakan, “Diriwayatkan kepadaku bahwa berbagai amal saling berbangga-bangga, maka amalan sedekah berkata, "Aku yang paling utama diantara kalian.”
Kedua, sedekah menghapuskan kesalahan dan memadamkan percikan apinya, sebagaimana sabda Nabi : “Sedekah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api.” (Shahih At-Targhib karya Asy-Syaikh Al-Albani).
Ketiga, sedekah menjaga pelakunya terhindari dari api neraka, sebagaimana sabda Nabi Saw : “Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan).”
Keempat, pelaku sedekah berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadits Uqbah bin Amir Ra menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Setiap orang berada di bawah naungan amalan sedekahnya, hingga digelar pengadilan di antara manusia.”
Yazid berkata : “Tidaklah satu hari Abu Martsad berbuat suatu kekeliruan, melainkan ia (segera) bersedekah dengan sesuatu apa saja di hari itu (juga), meskipun hanya dengan sepotong kue (ka'kah) atau bawang putih atau semacamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kelima, pada amalan sedekah terkandung penawar untuk berbagai jenis penyakit jasmani, sebagaimana sabda Nabi Sَaw : “Obatilah penyakit-penyakit kalian melalui sedekah.” (Terdapat dalam Shahih At-Targhib)
Ibnu Syaqiq menuturkan, “Aku mendengar Ibnul Mubarak ditanya oleh seorang pria mengenai nanah yang terus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun lalu. Sebenarnya ia telah berobat dengan bermacam-macam pengobatan dan ia pun telah berkonsultasi dengan banyak dokter, namun belum membuahkan hasil. Maka beliau menjawab, “Pergilah dan galilah sumur di daerah yang membutuhkan air. Maka sungguh aku berharap di sana akan muncul mata air dan (dengan usaha itu dapat) menghentikan darah yang keluar dari lututmu. Maka pria itu melakukannya, lalu sembuh.” (Shahih At-Targhib).
Keenam, demikian pada amalan sedekah ini juga terkandung penawar berbagai jenis penyakit hati, sebagaimana sabda Nabi Saw kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada beliau Saw : “Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (H.R. Imam Ahmad).
Ketujuh, bahwa Allah menolak berbagai macam musibah dengan sedekah, sebagaimana dalam wasiat Nabi Yahya ‘Alaihissalam kepada Bani Israil : “Allah memerintahkan kepada kalian bersedekah, maka perumpamaan hal itu seperti ibarat seorang laki-laki yang ditawan oleh musuh, kedua tangannya diikat ke lehernya, lalu mereka membawa pria tersebut untuk mereka penggal lehernya. Lalu tawanan ini berkata : "Saya tebus (diriku) dari kalian dengan (tuntutan tebusan) sedikit dan banyak‟. Lalu ia pun menebus dirinya dari mereka.” (Shahihul Jami’).
Maka sedekah memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menolak berbagai bentuk musibah, sekalipun mereka dari golongan orang fajir, zhalim, bahkan kafir sekalipun. Maka sesungguhnya Allah Ta'ala menolak berbagai jenis musibah melalui amalan sedekah ini.
Ini merupakan perkara yang telah diketahui oleh banyak orang, baik dari kalangan khusus mereka (para ulama) dan orang umum (awam) sekalipun, bahkan penduduk bumi lainnya karena mereka telah mencobanya.
Kedelapan, bahwa seorang hamba baru bisa sampai pada hakikat kebajikan sejati melalui amalan sedekah, sebagainya dalam firman-Nya Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).
Kesembilan, bahwa seorang yang bersedekah di doakan oleh seorang malaikat di setiap harinya, berbeda terbalik dengan orang yang menahan hartanya. Mengenai hal tersebut Rasulullah Saw bersabda : “Tiada sehari pun yang dilewati oleh para hamba-Nya melainkan turun dua orang malaikat, maka satu di antara mereka berkata: “Ya Allah berikanlah pengganti bagi orang yang berinfaq', dan malaikat lainnya berkata, 'Ya Allah berikanlah kebinasaan bagi orang yang menahannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kesepuluh, bahwa pelaku sedekah dikaruniakan keberkahan baginya pada hartanya, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi Saw mengenai hal tersebut dengan sabdanya : “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan.” (H.R. Imam Muslim).
Kesebelas, bahwa tidak ada harta yang tersisa bagi pemilik harta melainkan apa yang telah disedekahkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya Allah Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).
Ketika Nabi Saw bertanya kepada 'Aisyah Ra mengenai kambing yang dikurbankannya, “Apakah masih ada yang tersisa?”. 'Aisyah Ra menjawab : “Tidak ada yang tersisa (karena telah disedekahkan) melainkan bagian pundaknya (saja).”
Rasulullah Saw bersabda : “Tersisa semuanya melainkan bagian pundaknya (saja).” (H.R. Imam Muslim).
Kedua belas, bahwa Allah melipatgandakan ganjaran bagi orang yang bersedekah, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik lakilaki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak." (Q.S. Al-Hadiid [57] : 18).
Dan firman-Nya Ta'ala : "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 245).
Ketiga belas, bahwa pengamal sedekah akan dipanggil dari arah pintu khusus dari pintu-pintu surga, pintu yang disebut (dengan) pintu sedekah. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang menginfakkan sepasang barang dijalan Allah, di syurga dia akan dipanggil, "Wahai hamba Allah, (pintu) ini adalah lebih baik.‟ Maka barangsiapa dari kalangan pengamal shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Dan siapa dari kalangan praktisi jihad, akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa dari ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa dari kalangan pengamal puasa, akan dipanggil dari pintu Ar-Raiyan.”
Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya, "Wahai Rasulullah, Tidak adakah orang yang dipanggil dari banyak pintu-pintu penting (tersebut). Maka apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu-pintu ini?‟ Beliau menjawab, “Ya ada, dan aku harap engkau termasuk dari mereka.” (H.R. Imam Muslim).
Keempat belas, bahwa tiadalah amalan sedekah ini ketika berkumpul dengan amalan puasa dan mengantarkan jenazah serta menjenguk orang sakit pada satu hari yang bersamaan, melainkan demikian itu menjadikan pelakunya masuk syurga.
Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Siapa di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah mengantar jenazah?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku”. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah semua ini berkumpul pada diri seseorang melainkan ia masuk syurga.” (H.R. Imam Muslim).
Kelima belas, bahwa pada amalan sedekah terdapat didalamnya kelapangan dada, kenyamanan dan ketenangan hati. Maka sesungguhnya Nabi Saw menberikan tamtsil : “Perumpamaan orang bakhil dan orang yang bersedekah seperti ibarat dua orang yang mengenakan dua baju (jubatan) yang terbuat dari besi, melekat dari kedua buah dadanya hingga tulang selangka. Adapun orang yang bersedekah, tidaklah ia bersedekah melainkan semakin lapang (bajunya) atau memenuhi bagian-bagian kulitnya, hingga menutupi jari-jarinya dan menghilangkan bekas-bekas. Sedangkan orang bakhil, maka tidaklah ia enggan meng-infakkan sedikitpun (dari hartanya) melainkan setiap lingkaran semakin mengeret pada tempatnya, orang itu berusaha merenggangkannya, tetapi tidak merenggang-renggang (juga).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pengamal sedekah setiap kali ia bersedekah maka baginya ketenangan hati dan kelapangan dada, setiap kali ia bersedekah, makin luas dan tenang serta lapang, makin menguat kebahagiaannya dan makin besar kesenangannya.
Kalaulah pada amalan sedekah tidak ada yang diharapkan selain keuntungan ini saja, niscaya seorang hamba secara hakiki akan tetap terus memperbanyak dan menyegerakan sedekahnya. Allah Ta'ala berfirman : "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyir [59] : 9).
Keenam belas, bahwa orang yang bersedekah sekiranya dari kalangan ulama, maka dia berada di seutama-utamanya kedudukan di sisi Allah. Sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sesungguhnya (keadaan penduduk) dunia terbagi menjadi empat (keadaan), (yaitu) seorang hamba yang Allah karuniakan harta dan ilmu, maka dengannya ia bertaqwa kepada Rabbnya, menyambung tali silaturahmi dan ia mengetahui bahwa di dalamnya terdapat hak Allah, maka orang ini berada pada kedudukan yang paling utama .” (H.R. At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dan lainnya).
Ketujuh belas, bahwa Nabi Saw menempatkan kaya yang disertai sedekah berada di tingkatan yang sama dengan Al-Qur`an yang disertai pengamalannya. Demikian itu dalam sabda beliau Saw : “Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan al-Qur`an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam dan seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia meng-infakkannya di (jalan) kebenaran siang dan malam.” (H.R. Imam Muslim).
Maka bagaimana sekiranya Allah mengaruniakan taufik-Nya kepada seorang hamba-Nya dengan menghimpun demikian itu semuanya? Kita bermohon kepada Allah yang Maha Dermawan akan karunia-Nya.
Kedelapan belas, bahwa seorang hamba dianggap telah menepati perjanjian antara dirinya dengan Allah Ta'ala dan menyempurnakan akad transaksi jual beli yang terikat dengan-Nya, pada saat ia mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana yang disinyalir dalam firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah [9] : 111).
Kesembilan belas, bahwa sedekah merupakan bukti atas kesungguhan dan keimanan seorang hamba, sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sedekah itu adalah bukti.” (H.R. Imam Muslim).
Kedua puluh, bahwa sedekah pensuci bagi harta, melepaskannya dari sikap-sikap buruk (ad-dakhan) yang menerpanya, seperti kelalaian, sumpah dan dusta serta kealpaan. Sungguh Nabi Saw mewasiatkan kepada para pedagang dengan sabdanya : “Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada) perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan sedekah.” (H.R. Imam Ahmad dan An-Nasa`i dan Ibnu Majah, juga terdapat dalam Shahih Al-Jami'.)
Allah berfirman : "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah..." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 195). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 254).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 267).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. At-Taghabun [64] : 16).
Diantara hadits yang menunjukkan mengenai keutamaan bersedekah, sabda Nabi Saw : “Tiada seorang (pun) dari kalian, melainkan (kelak) Allah akan berbicara kepadanya tanpa seorang penerjemah. Maka ia melihat ke kanan, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke kiri, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke depan, tidaklah dilihatnya melainkan neraka dihadapan wajahnya. Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Seorang yang memperhatikan nash-nash yang menyuruh dan mendorong untuk bersedekah akan mendapatkan bahwa amalan sedekah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh amalan selainnya. Sampai-sampai Umar Ra mengatakan, “Diriwayatkan kepadaku bahwa berbagai amal saling berbangga-bangga, maka amalan sedekah berkata, "Aku yang paling utama diantara kalian.”
Berikut keutamaan dan manfaat sedekah
Pertama, sedekah dapat meredakan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi Saw : “Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi, (dapat) meredam murka Allah Ta'ala.” (Shahih At-Targhib).Kedua, sedekah menghapuskan kesalahan dan memadamkan percikan apinya, sebagaimana sabda Nabi : “Sedekah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api.” (Shahih At-Targhib karya Asy-Syaikh Al-Albani).
Ketiga, sedekah menjaga pelakunya terhindari dari api neraka, sebagaimana sabda Nabi Saw : “Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan).”
Keempat, pelaku sedekah berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadits Uqbah bin Amir Ra menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Setiap orang berada di bawah naungan amalan sedekahnya, hingga digelar pengadilan di antara manusia.”
Yazid berkata : “Tidaklah satu hari Abu Martsad berbuat suatu kekeliruan, melainkan ia (segera) bersedekah dengan sesuatu apa saja di hari itu (juga), meskipun hanya dengan sepotong kue (ka'kah) atau bawang putih atau semacamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kelima, pada amalan sedekah terkandung penawar untuk berbagai jenis penyakit jasmani, sebagaimana sabda Nabi Sَaw : “Obatilah penyakit-penyakit kalian melalui sedekah.” (Terdapat dalam Shahih At-Targhib)
Ibnu Syaqiq menuturkan, “Aku mendengar Ibnul Mubarak ditanya oleh seorang pria mengenai nanah yang terus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun lalu. Sebenarnya ia telah berobat dengan bermacam-macam pengobatan dan ia pun telah berkonsultasi dengan banyak dokter, namun belum membuahkan hasil. Maka beliau menjawab, “Pergilah dan galilah sumur di daerah yang membutuhkan air. Maka sungguh aku berharap di sana akan muncul mata air dan (dengan usaha itu dapat) menghentikan darah yang keluar dari lututmu. Maka pria itu melakukannya, lalu sembuh.” (Shahih At-Targhib).
Keenam, demikian pada amalan sedekah ini juga terkandung penawar berbagai jenis penyakit hati, sebagaimana sabda Nabi Saw kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada beliau Saw : “Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (H.R. Imam Ahmad).
Ketujuh, bahwa Allah menolak berbagai macam musibah dengan sedekah, sebagaimana dalam wasiat Nabi Yahya ‘Alaihissalam kepada Bani Israil : “Allah memerintahkan kepada kalian bersedekah, maka perumpamaan hal itu seperti ibarat seorang laki-laki yang ditawan oleh musuh, kedua tangannya diikat ke lehernya, lalu mereka membawa pria tersebut untuk mereka penggal lehernya. Lalu tawanan ini berkata : "Saya tebus (diriku) dari kalian dengan (tuntutan tebusan) sedikit dan banyak‟. Lalu ia pun menebus dirinya dari mereka.” (Shahihul Jami’).
Maka sedekah memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menolak berbagai bentuk musibah, sekalipun mereka dari golongan orang fajir, zhalim, bahkan kafir sekalipun. Maka sesungguhnya Allah Ta'ala menolak berbagai jenis musibah melalui amalan sedekah ini.
Ini merupakan perkara yang telah diketahui oleh banyak orang, baik dari kalangan khusus mereka (para ulama) dan orang umum (awam) sekalipun, bahkan penduduk bumi lainnya karena mereka telah mencobanya.
Kedelapan, bahwa seorang hamba baru bisa sampai pada hakikat kebajikan sejati melalui amalan sedekah, sebagainya dalam firman-Nya Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).
Kesembilan, bahwa seorang yang bersedekah di doakan oleh seorang malaikat di setiap harinya, berbeda terbalik dengan orang yang menahan hartanya. Mengenai hal tersebut Rasulullah Saw bersabda : “Tiada sehari pun yang dilewati oleh para hamba-Nya melainkan turun dua orang malaikat, maka satu di antara mereka berkata: “Ya Allah berikanlah pengganti bagi orang yang berinfaq', dan malaikat lainnya berkata, 'Ya Allah berikanlah kebinasaan bagi orang yang menahannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kesepuluh, bahwa pelaku sedekah dikaruniakan keberkahan baginya pada hartanya, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi Saw mengenai hal tersebut dengan sabdanya : “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan.” (H.R. Imam Muslim).
Kesebelas, bahwa tidak ada harta yang tersisa bagi pemilik harta melainkan apa yang telah disedekahkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya Allah Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).
Ketika Nabi Saw bertanya kepada 'Aisyah Ra mengenai kambing yang dikurbankannya, “Apakah masih ada yang tersisa?”. 'Aisyah Ra menjawab : “Tidak ada yang tersisa (karena telah disedekahkan) melainkan bagian pundaknya (saja).”
Rasulullah Saw bersabda : “Tersisa semuanya melainkan bagian pundaknya (saja).” (H.R. Imam Muslim).
Kedua belas, bahwa Allah melipatgandakan ganjaran bagi orang yang bersedekah, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik lakilaki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak." (Q.S. Al-Hadiid [57] : 18).
Dan firman-Nya Ta'ala : "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 245).
Ketiga belas, bahwa pengamal sedekah akan dipanggil dari arah pintu khusus dari pintu-pintu surga, pintu yang disebut (dengan) pintu sedekah. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang menginfakkan sepasang barang dijalan Allah, di syurga dia akan dipanggil, "Wahai hamba Allah, (pintu) ini adalah lebih baik.‟ Maka barangsiapa dari kalangan pengamal shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Dan siapa dari kalangan praktisi jihad, akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa dari ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa dari kalangan pengamal puasa, akan dipanggil dari pintu Ar-Raiyan.”
Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya, "Wahai Rasulullah, Tidak adakah orang yang dipanggil dari banyak pintu-pintu penting (tersebut). Maka apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu-pintu ini?‟ Beliau menjawab, “Ya ada, dan aku harap engkau termasuk dari mereka.” (H.R. Imam Muslim).
Keempat belas, bahwa tiadalah amalan sedekah ini ketika berkumpul dengan amalan puasa dan mengantarkan jenazah serta menjenguk orang sakit pada satu hari yang bersamaan, melainkan demikian itu menjadikan pelakunya masuk syurga.
Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Siapa di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah mengantar jenazah?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku”. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah semua ini berkumpul pada diri seseorang melainkan ia masuk syurga.” (H.R. Imam Muslim).
Kelima belas, bahwa pada amalan sedekah terdapat didalamnya kelapangan dada, kenyamanan dan ketenangan hati. Maka sesungguhnya Nabi Saw menberikan tamtsil : “Perumpamaan orang bakhil dan orang yang bersedekah seperti ibarat dua orang yang mengenakan dua baju (jubatan) yang terbuat dari besi, melekat dari kedua buah dadanya hingga tulang selangka. Adapun orang yang bersedekah, tidaklah ia bersedekah melainkan semakin lapang (bajunya) atau memenuhi bagian-bagian kulitnya, hingga menutupi jari-jarinya dan menghilangkan bekas-bekas. Sedangkan orang bakhil, maka tidaklah ia enggan meng-infakkan sedikitpun (dari hartanya) melainkan setiap lingkaran semakin mengeret pada tempatnya, orang itu berusaha merenggangkannya, tetapi tidak merenggang-renggang (juga).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pengamal sedekah setiap kali ia bersedekah maka baginya ketenangan hati dan kelapangan dada, setiap kali ia bersedekah, makin luas dan tenang serta lapang, makin menguat kebahagiaannya dan makin besar kesenangannya.
Kalaulah pada amalan sedekah tidak ada yang diharapkan selain keuntungan ini saja, niscaya seorang hamba secara hakiki akan tetap terus memperbanyak dan menyegerakan sedekahnya. Allah Ta'ala berfirman : "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyir [59] : 9).
Keenam belas, bahwa orang yang bersedekah sekiranya dari kalangan ulama, maka dia berada di seutama-utamanya kedudukan di sisi Allah. Sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sesungguhnya (keadaan penduduk) dunia terbagi menjadi empat (keadaan), (yaitu) seorang hamba yang Allah karuniakan harta dan ilmu, maka dengannya ia bertaqwa kepada Rabbnya, menyambung tali silaturahmi dan ia mengetahui bahwa di dalamnya terdapat hak Allah, maka orang ini berada pada kedudukan yang paling utama .” (H.R. At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dan lainnya).
Ketujuh belas, bahwa Nabi Saw menempatkan kaya yang disertai sedekah berada di tingkatan yang sama dengan Al-Qur`an yang disertai pengamalannya. Demikian itu dalam sabda beliau Saw : “Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan al-Qur`an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam dan seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia meng-infakkannya di (jalan) kebenaran siang dan malam.” (H.R. Imam Muslim).
Maka bagaimana sekiranya Allah mengaruniakan taufik-Nya kepada seorang hamba-Nya dengan menghimpun demikian itu semuanya? Kita bermohon kepada Allah yang Maha Dermawan akan karunia-Nya.
Kedelapan belas, bahwa seorang hamba dianggap telah menepati perjanjian antara dirinya dengan Allah Ta'ala dan menyempurnakan akad transaksi jual beli yang terikat dengan-Nya, pada saat ia mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana yang disinyalir dalam firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah [9] : 111).
Kesembilan belas, bahwa sedekah merupakan bukti atas kesungguhan dan keimanan seorang hamba, sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sedekah itu adalah bukti.” (H.R. Imam Muslim).
Kedua puluh, bahwa sedekah pensuci bagi harta, melepaskannya dari sikap-sikap buruk (ad-dakhan) yang menerpanya, seperti kelalaian, sumpah dan dusta serta kealpaan. Sungguh Nabi Saw mewasiatkan kepada para pedagang dengan sabdanya : “Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada) perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan sedekah.” (H.R. Imam Ahmad dan An-Nasa`i dan Ibnu Majah, juga terdapat dalam Shahih Al-Jami'.)
Posting Komentar untuk "Keutamaan dan Manfaat Sedekah"
Terimakasih atas kunjungan anda...