BAIK DI DUNIA BAIK DI AKHIRAT
Allah mengetahui bahwa kamu tidak mau menerima nasihat, maka Dia mencobakan suatu rasa kepadamu dari rasa dunia, apa mudah kamu meninggalkannya.
Memang sudah watak manusia memiliki sifat bandel, tidak mau sadar dan percaya apabila di nasihati atau di beri gambaran-gambaran, seperti halnya di beri nasihat tentang bahaya terlalu memperturutkan kehidupan dunia yang sementara dan penuh dengan tipuan-tipuan yang malah bisa menyesatkan.Nasihat-nasihat seperti ini biasanya di abaikan dan di acuhkan, dalam hal ini Allah tidaklah memberi jalan hanya seperti itu saja dalam menyadarkan manusia, melainkan Allah juga memberi peringatan kepada mereka melalui memberikan jalan-jalan keburukan pada mereka seperti memberikan adanya sakit dan berbagai macam ujian dan cobaan yang di timpakan kepada mereka secara langsung untuk melihat, apakah seperti ini bisa untuk menyadarkan mereka bahwasanya ada yang bisa membuat mereka susah di kehidupan ini.
Semua ini bertujuan untuk membuat manusia jadi bosan dengan kesusahan yang di alami agar mau berpindah menempuh jalan menuju ke akhirat pula dengan merubah sikap menjadi ahli ibadah dan menyadari akan segala kesalahannya terhadap Allah. Dan secara umum biasanya manusia apabila mengalami sesuatu yang tidak enak maka baru sadar dan ingat dan baru ia mau untuk mendekatkan diri kepada Allah, kita harus tahu, bahwa di tengah-tengah kesibukan manusia dalam mengolah keperluan hidupnya, maka seorang demi seorang dari mereka yang asalnya sibuk dalam mengurus dunia, akhirnya berangkat juga meninggalkan dunia yang ramai ini alias mati.
Mati telah memisahkan kita dari kehidupan dunia yang fana ini dan mau tak mau akan mengalami satu bentuk lain dari kehidupan dunia, masuk liang kubur dan berganti alam yaitu alam barzakh yang mempunyai tata cara kehidupan sendiri pula, di mulai sejak menutup mata akhir untuk tidak melihat dan menmpuh dunia ini lagi selama-lamanya dan pergi kealam lain yang tidak akan pernah kembali lagi ke dunia, hal ini di rasakan semua kalangan, baik itu presiden atau pejaabat lain semuanya akan mati dan mengalami perpindahan alam.
Begitu juga kekayaan, kecantikan, ketampanan, berilmu atau tidak, seorang rendahan atau orang berpengaruh dari yang kaya hingga yang melarat semua sama, mati!!! Salah seribu kali salah bila manusia mengira bahwa hidup ini dialah yang punya, seperti kekayaan, rumah mewah, barang mewah, jabatan tinggi dan lain sebagainya, hidup ini hakikatnya kepunyaan Allah yang Maha Hidup, maka itulah ketika shalat kita selalu membaca hal ini agar sadar tentang kepemilikan kehidupan, yaitu : “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan semesta Alam. (Q.S. Al-An’am : 162). Memang kita lahir kedunia bukan menurut kehendak kita dan kita meninggal dunia bukan pula menurut keinginan kita, kita lahir dan mati menurut Kodrat dan Iradat Allah Yang Maha Kuasa, umur atau ajal adalah ketentuan-Nya.
Kalau umur masih ada dan ajal belum datang, manusia tidak akan mati walau seluruh dunia mengusirnya untuk mati dan sebaliknya bila umur dan ajal telah datang, maka manusia akan mati walaupun seluruh dunia mempertahankannya untuk mati.
Salah satu fungsi agama yang di tentukan Allah adalah mengatur hidup ini agar mencapai kejayaan, kemakmuran, keridhaan yang sesuai dengan ketentuan Allah itu sendiri, yang bila patuh dan tunduk kepada ketentuan Allah maka akan memperoleh kehidupan yang terhormat di dunia dan mendapat hasanah di akhirat.
Sa’adah di dunia dan sa’adah di akhirat, inilah garis yang di berikan Allah dengan agama Islam kepada umat manusia guna sebagai jalan untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat, membicarakan masalah kehidupan yang menegaskan bahwa benar-benar menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan ibadah yang membersihkan jiwa dan amal terhadap Allah.
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk itu menurut qudrat-Nya, kemudian Dia tentukankan mati sesudah hidup agar tidak seorang juapun di dunia ini tamak untuk mengekalkan diri dalam kehidupan dunia, segala sesuatu sudah di berikan waktu dan ajalnya, yang tidak dapat di maju mundurkan sedikitpun, hal ini Allah katakan seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Yunus : 49, “Tiap-tiap umat mempunyai ajal, apabila datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya.” Oleh sebab itu bagi setiap orang hendaklah yakin bahwasanya ia akan mati.
Manusia beriman akan terjun dalam pergolakan dan perjuangan dunia sesuai dengan aturan agamanya, lalu ingin mencapai husnul khatimah atau mati yang baik, setelah menjalani dan melalui proses yang berbelit dan berliku dalam tata tertib hidup yang di ridhai Allah.
Dengan keyakinan pula bahwa pusaka bagi seorang manusia kepada anak-anaknya nanti bukanlah hakikatnya kebendaan duniawi, harta bertumpuk-tumpuk begitu pula pangkat, derajat dan jabatan, tetapi di harapkan adalah matinya itu dengan iman dan taqwa yang seimbang antara dunia dan akhirat. Fir’aun dan Qarun menjadi durhaka adalah karena beranggapan bahwa hidup ini kekal dan lupa akan mati, karenanya ia bertindak sewenang-wenang sampai kelewat batas.
Abu Bakar AsShiddiq mengatakan bahwa mati itu adalah pintu dan semua manusia pasti akan masuk pintu itu. Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ : 78 mengatakan “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” Dari itu, maka dalam gelimang dunia yang gulung gemulung ini, manusia beriman akan selalu berusaha dalam membina hidup yang baik dan ridha Allah agar di akhir hidupnya mendapatkan taraf mati yang husnul khatimah, hidup baik dan matipun dalam keadaan baik.
Hari tua bukanlah sekedar untuk menikmati sisa masa pensiunan dengan harta yang cukup, tetapi untuk mencari bagaimana agar bisa mendapatkan mati dengan suasana husnul khatimah, tapi hal ini jangan pula salah persepsi, bahwa ibadah itu hanya di lakukan di masa pensiun atau masa tua saja, tapi mulai dari mendapatkan anugrah kesadaran dari Allah dan segera melakukannya hingga akhir hayat, inilah manusia yang baik dan beriman, dalam menetukan sikap hidup adalah diri sendiri, ingin baik atau buruk maka pikir dengan baik jelas dan tegas dan laksanakan kebaikan sebanyak-banyaknya selagi mampu dan sempat, bila sudah mati maka bisa apa? Hanya mendapat murka Allah saja.
Dan perlu untuk di renungkan, “Barangsiapa lupa akan mati setelah tertimpa bencana atau cobaan, berarti dia sudah celaka dalam hidupnya yang kedua kalinya nanti.
Memang sudah watak manusia memiliki sifat bandel, tidak mau sadar dan percaya apabila di nasihati atau di beri gambaran-gambaran, seperti halnya di beri nasihat tentang bahaya terlalu memperturutkan kehidupan dunia yang sementara dan penuh dengan tipuan-tipuan yang malah bisa menyesatkan.Nasihat-nasihat seperti ini biasanya di abaikan dan di acuhkan, dalam hal ini Allah tidaklah memberi jalan hanya seperti itu saja dalam menyadarkan manusia, melainkan Allah juga memberi peringatan kepada mereka melalui memberikan jalan-jalan keburukan pada mereka seperti memberikan adanya sakit dan berbagai macam ujian dan cobaan yang di timpakan kepada mereka secara langsung untuk melihat, apakah seperti ini bisa untuk menyadarkan mereka bahwasanya ada yang bisa membuat mereka susah di kehidupan ini.
Semua ini bertujuan untuk membuat manusia jadi bosan dengan kesusahan yang di alami agar mau berpindah menempuh jalan menuju ke akhirat pula dengan merubah sikap menjadi ahli ibadah dan menyadari akan segala kesalahannya terhadap Allah. Dan secara umum biasanya manusia apabila mengalami sesuatu yang tidak enak maka baru sadar dan ingat dan baru ia mau untuk mendekatkan diri kepada Allah, kita harus tahu, bahwa di tengah-tengah kesibukan manusia dalam mengolah keperluan hidupnya, maka seorang demi seorang dari mereka yang asalnya sibuk dalam mengurus dunia, akhirnya berangkat juga meninggalkan dunia yang ramai ini alias mati.
Mati telah memisahkan kita dari kehidupan dunia yang fana ini dan mau tak mau akan mengalami satu bentuk lain dari kehidupan dunia, masuk liang kubur dan berganti alam yaitu alam barzakh yang mempunyai tata cara kehidupan sendiri pula, di mulai sejak menutup mata akhir untuk tidak melihat dan menmpuh dunia ini lagi selama-lamanya dan pergi kealam lain yang tidak akan pernah kembali lagi ke dunia, hal ini di rasakan semua kalangan, baik itu presiden atau pejaabat lain semuanya akan mati dan mengalami perpindahan alam.
Begitu juga kekayaan, kecantikan, ketampanan, berilmu atau tidak, seorang rendahan atau orang berpengaruh dari yang kaya hingga yang melarat semua sama, mati!!! Salah seribu kali salah bila manusia mengira bahwa hidup ini dialah yang punya, seperti kekayaan, rumah mewah, barang mewah, jabatan tinggi dan lain sebagainya, hidup ini hakikatnya kepunyaan Allah yang Maha Hidup, maka itulah ketika shalat kita selalu membaca hal ini agar sadar tentang kepemilikan kehidupan, yaitu : “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan semesta Alam. (Q.S. Al-An’am : 162). Memang kita lahir kedunia bukan menurut kehendak kita dan kita meninggal dunia bukan pula menurut keinginan kita, kita lahir dan mati menurut Kodrat dan Iradat Allah Yang Maha Kuasa, umur atau ajal adalah ketentuan-Nya.
Kalau umur masih ada dan ajal belum datang, manusia tidak akan mati walau seluruh dunia mengusirnya untuk mati dan sebaliknya bila umur dan ajal telah datang, maka manusia akan mati walaupun seluruh dunia mempertahankannya untuk mati.
Salah satu fungsi agama yang di tentukan Allah adalah mengatur hidup ini agar mencapai kejayaan, kemakmuran, keridhaan yang sesuai dengan ketentuan Allah itu sendiri, yang bila patuh dan tunduk kepada ketentuan Allah maka akan memperoleh kehidupan yang terhormat di dunia dan mendapat hasanah di akhirat.
Sa’adah di dunia dan sa’adah di akhirat, inilah garis yang di berikan Allah dengan agama Islam kepada umat manusia guna sebagai jalan untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat, membicarakan masalah kehidupan yang menegaskan bahwa benar-benar menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan ibadah yang membersihkan jiwa dan amal terhadap Allah.
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk itu menurut qudrat-Nya, kemudian Dia tentukankan mati sesudah hidup agar tidak seorang juapun di dunia ini tamak untuk mengekalkan diri dalam kehidupan dunia, segala sesuatu sudah di berikan waktu dan ajalnya, yang tidak dapat di maju mundurkan sedikitpun, hal ini Allah katakan seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Yunus : 49, “Tiap-tiap umat mempunyai ajal, apabila datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya.” Oleh sebab itu bagi setiap orang hendaklah yakin bahwasanya ia akan mati.
Manusia beriman akan terjun dalam pergolakan dan perjuangan dunia sesuai dengan aturan agamanya, lalu ingin mencapai husnul khatimah atau mati yang baik, setelah menjalani dan melalui proses yang berbelit dan berliku dalam tata tertib hidup yang di ridhai Allah.
Dengan keyakinan pula bahwa pusaka bagi seorang manusia kepada anak-anaknya nanti bukanlah hakikatnya kebendaan duniawi, harta bertumpuk-tumpuk begitu pula pangkat, derajat dan jabatan, tetapi di harapkan adalah matinya itu dengan iman dan taqwa yang seimbang antara dunia dan akhirat. Fir’aun dan Qarun menjadi durhaka adalah karena beranggapan bahwa hidup ini kekal dan lupa akan mati, karenanya ia bertindak sewenang-wenang sampai kelewat batas.
Abu Bakar AsShiddiq mengatakan bahwa mati itu adalah pintu dan semua manusia pasti akan masuk pintu itu. Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ : 78 mengatakan “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” Dari itu, maka dalam gelimang dunia yang gulung gemulung ini, manusia beriman akan selalu berusaha dalam membina hidup yang baik dan ridha Allah agar di akhir hidupnya mendapatkan taraf mati yang husnul khatimah, hidup baik dan matipun dalam keadaan baik.
Hari tua bukanlah sekedar untuk menikmati sisa masa pensiunan dengan harta yang cukup, tetapi untuk mencari bagaimana agar bisa mendapatkan mati dengan suasana husnul khatimah, tapi hal ini jangan pula salah persepsi, bahwa ibadah itu hanya di lakukan di masa pensiun atau masa tua saja, tapi mulai dari mendapatkan anugrah kesadaran dari Allah dan segera melakukannya hingga akhir hayat, inilah manusia yang baik dan beriman, dalam menetukan sikap hidup adalah diri sendiri, ingin baik atau buruk maka pikir dengan baik jelas dan tegas dan laksanakan kebaikan sebanyak-banyaknya selagi mampu dan sempat, bila sudah mati maka bisa apa? Hanya mendapat murka Allah saja.
Dan perlu untuk di renungkan, “Barangsiapa lupa akan mati setelah tertimpa bencana atau cobaan, berarti dia sudah celaka dalam hidupnya yang kedua kalinya nanti.
Posting Komentar untuk "BAIK DI DUNIA BAIK DI AKHIRAT"
Terimakasih atas kunjungan anda...