Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

KONTROLLAH HAWA NAFSU

Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah Swt, dan dari keakuan, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera akan ilmu-Nya, lenyapnya diri dari manusia, yang ditandai dengan memutuskan diri sepenuhnya dari mereka, dan bebaskanlah jiwa dari segala harapan mereka, tanda melenyapkan diri dari segala bentuk hawa dan nafsu dengan cara yang utama adalah membuang segala upaya untuk terlalu gemar guna mengejar sarana-sarana duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu yang bermanfaat, menghindarkan diri dari hal-hal kemudharatan dan tak bergerak demi kepentingan pribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tidak melindungi atau membantu diri akan hal-hal yang memperturutkan hawa nafsu, tetapi pasrahkanlah semuanya hanya kepada Allah Swt, karena Ia-lah pemilik segalanya dari awal hingga akhir, sebagaimana kuasa-Nya, ketika kamu masih disusui.

Hilangnya kemauanmu dengan kehendak-Nya, yang ditandai dengan tidak mau tahu akan diri sendiri, tak bertujuan hidup, sebab tak satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu hanya kehendak Allah Swt yang berlaku didunia ini, maka, kehendak Allah Swt yang wujud dalam dirimu, sehingga kala kehendak-Nya berlaku, maka pasiflah segala organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah wajah dan rohanimu, dan kamu atasi kebutuhan-kebutuhan kebendaan duniawi berkat berhubungan dengan Sang Pencipta segalanya.

Tangan Kekuasaan Allah Swt senantiasa menggerakkanmu, lidah keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan memberi pakaian bagimu dengan nur-Nya berupa busana rohani, dan membuatmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.

Sesudah ini, kamu tentu akan selalu berhasil menaklukkan diri (hawa nafsu), hingga tiada lagi pada dirimu keakuan yang sombong dan angkuh serta takabbur, bagaikan sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan, dan kamu jauh dari segala gerak manusiawi dan akhlak yang buruk, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah Swt.

Pada maqam (tingkatan) ini, keajaiban dan akan dialami dan akan ternisbahkan kepadamu, hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya dari Allah Swt jua segala sesuatu, maka kamu diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan keakuannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan kehidupan sehari-hari yang berakhlak mulia.

Mengenai maqam ini, Rasulullah Saw, telah bersabda : "Tiga hal yang kusenangi dari dunia, yaitu wewangian, wanita (isteri shalehah) dan shalat yang pada mereka menyejukkan mataku." (H.R Muslim). Setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana firman Allah Swt : "Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku." Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai keakuanmu sirna, dan bila keakuanmu telah sirna, dan kamu abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah Swt menyegar bugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kamu berkehendak pada apa-apa yang hanya diridhai-Nya, bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda paling kecil sekalipun, maka Allah Swt meremukkanmu lagi, hingga kamu senantiasa patah-hat dan gundah gulana, dengan cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila keakuan masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa') dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah Swt : "Aku bersama orang-orang yang putus asa demi Aku”, dan makna kata : "Keakuan masih maujud" ialah masih kukuhnya dan masih puasnya dengan keinginan-keinginan barumu yang cenderung kepada dunia.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Swt berfirman kepada Nabi Saw : "Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan." Maka taklah diragukan lagi, beginilah keadaan fana akan pengabdian seseorang hamba kepada Tuhannya.

Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya, sehingga kamu menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan yang membahagiakan dunia dan akhirat, maka larutlah ke-fana-an (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para hamba-hamba yang shaleh dan shaleha.

Orang-orang shaleh-shaleha terdahulu, dari berbagai maqam (tingkatan iman), senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi keduniaan kepada kehendak Allah Swt yang Maha Mulia dan Maha Agung, sebab itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang asal kata diturunkan dari badala, yang berarti : “berubah”).

Bagi pribadi-pribadi yang baik inilah, bisa menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak Allah Swt sebagai dasar landasan iman dan taqwa, selain itu adalah hanya suatu dosa belaka, bila mereka senantiasa lalai, selalu terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayang-Nya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar dan berlindung kepada Tuhannya, sebab tak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak diri, kecuali para malaikat.

Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi dan Rasul senantiasa terbebas dari keakuan, sedangkan para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi kecuali mengikuti kepada Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Nabi Saw, tentu saja, para orang-orang shaleh dan shaleha akan terlindung dari keakuan karena ketaqwaan mereka dan memimpin hawa nafsunya, bukan hawa nafsunya yang memimpin dirinya, walau mereka tak bisa juga dianggap terbebas dari dua keburukan ini, namun mereka selalu bertaubat dari dosa karena lalai, kalau dosa-dosa kecil dan besar lainnya mereka sudah jelas jauh daripadanya karena mereka senantiasa taat beribadah, namun dosa kelalaianlah yang senantiasa merundung bagi orang-orang yang beriman, bukan dosa-dosa berdasarkan kesalahan fisik, seperti mencuri, merampok dan lain sebagainya, begitu juga dengan dosa hati atau kalbu, mereka hanya terpaut pada dosa lalai, bukan dosa karena misalnya iri hati, dengki, pemarah dan lains sebagainya, inilah perbedaan orang-orang yang shaleh dan shaleha pada sisi aktifitas akhlak dan ibadah sehari-hari disisi Allah Swt, hanya hal inilah bagi mereka yang cenderung hanya kepada dua kelemahan diatas, tapi Allah Swt tetap senantiasa melimpahi rahmat-Nya dan menyadarkan mereka atas dua hal tersebut, sehingga mereka selalu bertaubat karenanya.

2 komentar untuk "KONTROLLAH HAWA NAFSU "

  1. Kalau belaja ilmu tareqat dgn nabi khaidir mcm mana pulak?

    BalasHapus
  2. Kalau yang dari Nabi Khaidir kami tiada mengetahui.

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda...